Muhammadiyah Sulsel Telaah Qurban dari Tiga Perspektif

TELAAH QURBAN. Wakil Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof Arifuddin Ahmad (kiri) dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan Unhas Dr Hikmah M Ali membawakan materi pada pengajian umum dengan tema: “Telaáh Qurban dalam Perspektif Syariah, Ekonomi dan Sosial”, di Masjid Subulussalam Al-Khoory Kampus Unismuh Makassar, Kamis, 13 Juni 2024. (Foto: Asnawin Aminuddin)

 

-----

Sabtu, 15 Juni 2024

 

Muhammadiyah Sulsel Telaah Qurban dari Tiga Perspektif

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan menyelenggarakan acara pengajian umum dengan tema: “Telaáh Qurban dalam Perspektif Syariah, Ekonomi dan Sosial”, di Masjid Subulussalam Al-Khoory Kampus Unismuh Makassar, Kamis, 13 Juni 2024.

Kajian tiga perspektif ini dibawakan oleh Dr Hikmah M Ali (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar) yang membawakan materi “Udhiyah dalam Perspektif Ekonomi dan Sosial”, dan Prof Arifuddin Ahmad (Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel/Guru Besar UIN Alauddin Makassar) denga materi “Qurban dalam Perspektif Syariah.”

Pengajian umum dibuka oleh Wakil Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof Mustari Bosra, dan ditutup oleh Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse, serta dipandu oleh Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel Dr Nurdin Mappa.

Pengajian dihadiri Anggota PWM Sulawesi Selatan, Pimpinan Majelis/Lembaga PWM Sulawesi Selatan, Pimpinan Ortom tingkat Wilayah Sulawesi Selatan, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (Maros, Gowa, Takalar, Pangkep), Muballigh Muhammadiyah se-Kota Makassar, serta dosen, karyawan, dan mahasiswa Unismuh Makassar.

Ustadz Hikmah M Ali dalam kajiannya menekankan pentingnya perspektif sosial dalam ibadah qurban. Menurutnya, qurban bukan hanya tentang pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, melainkan juga tentang menciptakan dampak positif bagi lingkungan sosial.

“Salah satu keluhan yang banyak muncul di masjid dan sekitar masjid setelah Idul Qurban adalah bau yang muncul dari bekas pemotongan hewan qurban. Yang kedua adalah sumur-sumur masyarakat yang tinggal di sekitar masjid biasanya masih menerima dampak sampai sebulan setelah Idul Qurban,” ungkap Hikmah.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya memperhatikan pedoman pelaksanaan pemotongan hewan qurban yang berdampak pada lingkungan sosial. Salah satunya adalah dengan menampung dan memindahkan aliran darah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

Ustadz Arifuddin Ahmad, membahas qurban ditinjau dari perspektif normatif-teologis. Ia menegaskan bahwa esensi qurban bukan terletak pada jumlah hewan yang dikorbankan, melainkan pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT.

“Bukan pada persoalan berapa nyawa, berapa helai rambut, berapa darah mengalir, serta berapa kilo daging, tapi persoalan ketakwaan kita kepada Allah, sebagai momentum untuk membuktikan bahwa betapapun kita manusia mencintai duniawi termasuk hewan sebagai bagian dari kekayaan, dan kita diuji atas ketaatan, maka perintah harus didahulukan,” kata Arifuddin.

Pengajian diakhiri denga sesi tanya jawab, antara lain pertanyaan yang diajukan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Muhammadiyah Sulsel, Dr Hadisaputra, dan Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar, Andi Junaede.

 

Laporan: Adilah Nugria S

(Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Ma’had Al Birr, Fakultas Agama Islam, Unismuh Makassar)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama