-----
Selasa, 23 Juli 2024
Alis Alami,
Identitas Sejati
Oleh: Asnawin Aminuddin
Dalam dunia kecantikan, tren mencukur alis
dan menggantinya dengan alis palsu semakin populer. Namun, praktik ini
menimbulkan sejumlah pertanyaan dari sudut pandang agama dan kesehatan.
Dari sudut pandang agama, mencukur alis
dan memakai alis palsu kerap dianggap melanggar aturan. Beberapa ajaran
menekankan pentingnya menerima dan mensyukuri bentuk alami yang diberikan
Tuhan. Mengubah penampilan dengan cara ini dianggap menyimpang dari sifat asli
dan keautentikan yang diinginkan oleh Pencipta.
Mencukur dan menghilangkan alis mata termasuk
perbuatan haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang
melakukannya. Perbuatan ini termasuk mengubah ciptaan Allah dan termasuk
perbuatan setan.
Jika suaminya yang memerintahkan untuk
mencukur alis tersebut, maka suaminya saat itu tidak perlu ditaati, karena
perbuatan itu adalah maksiat. Seseorang tidak boleh mentaati makhluk dalam
bermaksiat kepada Allah. Ketaatan hanyalah dalam kebaikan saja.
Wanita yang mencukur alis dilaknat oleh
Allah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Muslim; “Allah melaknat wanita yang
membuat tato dan yang minta dibuatkan (tato), yang mencukur alis dan yang
meminta dicukurkan.“
Mencukur alis atau menipiskannya, baik
dilakukan oleh wanita yang belum menikah atau sudah menikah, dengan alasan
mempercantik diri untuk suami atau lainnya tetap diharamkan, sekalipun
disetujui oleh suaminya.
Mencukur alis termasuk mengubah penciptaan
Allah yang telah menciptakannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dan telah
datang ancaman yang keras serta laknat bagi pelakunya. Ini menunjukkan bahwa
perbuatan tersebut adalah haram.
Dari sisi kesehatan, mencukur alis secara berlebihan dapat menimbulkan iritasi kulit, infeksi, dan kerontokan permanen. Alis memiliki fungsi melindungi mata dari keringat dan kotoran. Kehilangan alis alami dapat mengganggu perlindungan ini.
Salah satu bahaya terbesar dari cukur alis
adalah risiko infeksi. Infeksi dapat terjadi jika pisau cukur atau alat lain
yang digunakan tidak steril atau jika kulit wajah tidak dibersihkan dengan baik
sebelum melakukan cukur alis.
Infeksi seperti folikulitis (peradangan
folikel rambut), selulitis (peradangan jaringan kulit), atau bahkan abses
(kantung berisi nanah) dapat terjadi dan membutuhkan perawatan medis yang
serius.
Selain infeksi, cukur alis yang berlebihan
juga dapat menyebabkan iritasi kulit. Iritasi kulit bisa terjadi karena gesekan
yang terjadi saat mencukur alis atau karena bahan kimia yang digunakan selama
atau setelah proses cukur. Iritasi kulit dapat menyebabkan kemerahan,
gatal-gatal, dan bahkan terjadinya ruam atau luka kulit kecil pada area alis.
Dampak jangka panjang dari cukur alis
secara berlebihan juga patut diperhatikan. Cukur alis secara berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan pada akar rambut alis. Kerusakan pada akar rambut alis
bisa mengakibatkan alis yang tumbuh lebih tipis, jarang atau bahkan rambut alis
yang tidak tumbuh sama sekali.
Penyebab lainnya adalah jika alis dicukur
terlalu pendek atau terlalu sering, ini bisa membuat rambut alis terlihat tidak
rapi dan tidak simetris.
Di sisi lain, memakai alis palsu dapat
dilihat sebagai usaha untuk menyembunyikan identitas asli. Mengutamakan
penampilan di atas keaslian dapat mengaburkan rasa percaya diri dan identitas
sejati seseorang. Menerima diri sendiri apa adanya adalah langkah penting
menuju kesejahteraan emosional.
Pada akhirnya, setiap individu memiliki
kebebasan untuk memilih bagaimana mereka ingin mengekspresikan diri. Namun,
penting untuk mempertimbangkan implikasi dari keputusan tersebut, baik dari
perspektif agama, kesehatan, maupun keaslian diri. Biarkan alis tumbuh alami
dan jadikan keunikan sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Keaslian adalah
keindahan yang sejati.***