PEDOMAN KARYA
Senin, 01 Juli 2024
Kelong
Pendidikan Religius (20):
Baruga Puan Tani
dan Literasi Pangan Alami di Sanrobone Takalar
Husniah Rachman, Anggota DPRD Takalar Periode
2019-2024, bertandang ke Baruga Puan Tani, di Dusun Bonto Panno, Desa
Paddinging, Kecamatan Sanrobone, Takalar, Slawesi Selatan, Ahad, 30 Juni 2024.
Srikandi Partai Demokrat itu mengagumi
bentuk rumah panggung tradisional yang berada di area pertanian alami milik
Irmawati Daeng So'na. Daeng So'na bersama Rayhana Anwarie merupakan pengelola
startup Sofresh'na Indonesia.
Sore itu, Daeng Tayu, begitu Husniah
Rachman akrab disapa, datang bersilaturrahim sekaligus melihat-lihat kegiatan “Jejak
Pena: Kelas Menulis Kreatif” yang diadakan oleh Sekolah Puan Tani. Fasilitator
kelas menulis ini adalah Rusdin Tompo, penulis dan editor buku, juga
Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan yang diadakan dua hari, Sabtu dan Ahad (29-30/6/2024) ini, diikuti
peserta berusia 17-25 tahun.
Husniah Rachman Daeng Tayu memotivasi
peserta kelas menulis agar terus meningkatkan kapasitas diri dengan rajin
membaca. Anggota dewan yang baru saja terpilih untuk periode ketiga pada
Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, salut pada peserta yang ternyata punya
perhatian terhadap pertanian.
Sebelumnya, pada hari yang sama, hadir
pula Hj Fatmawati Daeng Mami, pemilik Coto Makassar di Kalampa, Takalar.
Pemilik warung coto yang sudah membuka usahanya sejak 1996, dan punya beberapa
cabang, memuji Daeng So'na yang mengembangkan pertanian alami.
Diakui, sayuran dari pertanian alami
rasanya berbeda. Daeng Mami terinspirasi dari bentuk bangunan Baruga Puan Tani,
sehingga tertarik membangunan rumah ala Makassar tersebut.
Baruga Puan Tani yang berada di area The
Hidden Garden Sofresh'na Indonesia ini,
lokasinya tidak terlihat jika kita melewati Jalan Poros Galesong.
Padahal jaraknya kurang dari 50 meter dari arah jalan raya beraspal itu. Baruga
Puan Tani ini posisinya di Dusun Bonto Panno, Desa Paddinging, Kecamatan
Sanrobone
Rumah ini dibuat sendiri oleh Mudding
Daeng Liwang, ayah Daeng So'na. Atap yang terbuat dari daun pohon nipah juga
dianyam sendiri oleh Daeng Liwang. Mereka hanya membeli daun nipah di Desa
Pabbatangang, yang dikenal sebagai sentra pembuatan gerabah dan batu bata di
Kabupaten Takalar.
Tiang, ulu balla, dan pappadongko terbuat
dari batang kelapa, yang pohonnya diambil dari kebun di Lamberang. Pohon kelapa
itu ditanam kakek Daeng So'na. Bangunan baruga berukuran 5x6 meter ini berada
di bagian belakang lahan kebun yang ditumbuhi aneka tanaman.
Daeng So'na mengungkapkan, ada yang
mengira bangunan dan lahan ini milik masyarakat yang dibiayai donor. Padahal
merupakan hasil jerih payah sendiri, buah kerja keras, dan upaya kemandirian
yang dilakukan Daeng So'na, sejak 2019, setelah dia dan Rayhana merintis
Sofresh'na.
Diakui bahwa dirinya bertransformasi
setelah mendapat beasiswa Bekal Pemimpin dari Unity In Diversity (UID). Saat
itu, UID dipimpin oleh Mari Elka Pangestu, yang pernah jadi menteri dan salah
seorang direktur di Bank Dunia (World Bank).
Daeng So'na merancang Baruga Puan Tani ini
dengan meniru rumah tradisional orang-orangtua zaman dahulu. Rumah panggung
tradisional khas Makassar ini juga dibuat dengan prosesi adat yang biasa
dilakukan bila orang mendirikan rumah. Ada umba-umbanya, kulapisi, pallu golla,
dan unti tekne yang diletakkan di atas kappara.
Prosesi yang disebut picuru ini dilakukan
sebelum rangka bangunan didirikan. Daeng So'na bercerita, baju dan lipa sabbe
juga diikat di tiang tengah (benteng tangnga). Di situ digantung unti tekne
(pisang), gula merah, dan kelapa. Semua dibeli di Pasar Pattallassang, yang
dalam bahasa Makassar bermakna sumber kehidupan. Ini merupakan salah satu
tradisi masyarakat lokal, dengan harapan kehidupan masa depannya akan lebih
baik.
Daeng So'na dalam mengelola lahan
pertanian bersama ayahnya, dibantu oleh Daeng Lawa. Sebelum masuk ke pekarangan
baruga, kita bisa melihat tanaman ubi cilembu, kelor, jati belanda dan jati
lokal. Ada juga tebu, serei, sirsak, jambu kristal, ubi kayu dan kacang
panjang. Kunyit, lengkuas, markisa, beberapa jenis mangga, rambutan, kelapa,
belimbing, tabebuya, bidara, jeruk nipis, nagka, bunga telang, nenas, daun
pandan, dan kersen juga ada.
Di bagian belakang baruga, terdapat 3
jenis pohon bambu. Ada jenis bambu tali, yang sudah langka di Bonto Panno,
bahkan tinggal satu-satunya. Ada bambu banoa, bambu parring, dan bambu gading
yang berwarna kuning. Beberapa jenis pisang juga ditanam, seperti pisang
goroho, unti tunuang, serta pisang bainang yang enak bila digoreng.
Pohon inru (aren), lontar, dan paramunte,
buah sejenis markisa. Orang dulu, katanya, menganggap buah ini sebagai makanan
ular, tapi sebetulnya rasanya mirip markisa. Selain itu, terdapat green house,
yang tengah dilakukan pembibitan pepaya kalifornia dan pohon durian.
Daeng So'na mengimpikan Baruga Puan Tani
ini menjadi lokasi rekreasi keluarga yang edukatif terkait pertanian alami. Dia
berencana mengadakan kegiatan melukis dan literasi dengan melibatkan
murid-murid Sekolah Dasar. Menurutnya, keanekaragaman hayati perlu
diperkenalkan sejak dini.
Di Baruga Puan Tani ini, mereka yang
berkunjung bukan hanya bisa belajar, tapi sekaligus menikmati makanan yang
dioleh dari kebun yang terhampar di halaman baruga. Selain edukasi tanaman,
mereka yang datang juga akan mendapat pembelajaran terkait rumah panggung
tradisional Makassar. (rt)