Kelong Pendidikan Religius (24): Taua Punnakkareso, Wassele’ Nakella-kella

Setiap orang bekerja (berbuat) selalu saja berharap hasil dan imbalan, tetapi bagiku, semuanya kuserahkan pada ketetapan, kehendak Allah.

 

-----

PEDOMAN KARYA

Sabtu, 06 Juli 2024

 

Kelong Pendidikan Religius (24):

 

Taua Punnakkareso, Wassele’ Nakella-kella, Mingka Inakke, Paero’namo Batara

 

Oleh: Bahaking Rama

(Kaprodi S3 Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Unismuh Makassar)

 

Ikhlas Beramal

 

Sivitas akademika UIN Alauddin Makassar (tentu banyak instansi lain di Indonesia) melaksanakan upacara bendera memperingati hari kelahiran Kementerian Agama RI ke 76, tanggal 03 Januari 2022.

Meskipun sarat perdebatan di kalangan pemangku kepentingan kemerdekaan bangsa, ada yang setuju dan tidak setuju dibentuknya kementerian agama dengan alasannya masing-masing. Namun pada akhirnya Kementerian Agama sepakat dibentuk, lahirlah pada tahun 1946 di tanggal 03 Januari, lima bulan setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Rektor UIN Alauddin Makassar yang bertidak selaku Inspektur Upacara, memimpin Hening Cipta untuk keselamatan para pahlawan syuhada kesuma bangsa dengan membacakan do'a ummul Qur'an Surah Al-Fatihah (terutama keselamatan bagi yang gigih berjuang melahirkan dan membesarkan Kementerian Agama).

Bangsa Indonesia memberi penghargaan, hadiah, kepada umat Islam Indonesia atas jasa besarnya berjihad merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari cengkeraman penjajah tanpa pamrih.

Para ulama dan umat Islam berbuat dan berjuang dengan ikhlas tanpa mencari keuntungan material. Manusia memang ada yang bekerja dengan mencari keuntungan pridadi, ada pula dengan keikhlasan. Hal ini, leluhur orang tua kita menggambarkan dalam kelong:

 

Taua punnakkareso

Wassele’ nakella-kella

Mingka inakke

Paero’namo batara

 

Arti bebasnya:

Setiap orang bekerja (berbuat) selalu saja berharap hasil dan imbalan, tetapi bagiku, semuanya kuserahkan pada ketetapan, kehendak Allah.

Para ulama dan umat Islam, tidak rela dijajah oleh siapapun. Mereka bangkit dengan kekuatan senjata seadanya, tetapi dengan semangat jihad yang membara, didorongkan oleh keinginan luhur.

Tua-muda, laki-perempuan, bergerak berjuang penuh semangat tanpa pamrih melawan penjajah, dengan semboyan “merdeka atau mati” dengan pekik suara lantang membahana “Allahu Akbar”, “Merdeka.”  

Umat ikhlas mengorbankan harta-bendanya, waktunya, perasaannya, darah, dan nyawanya sekalipun. Tidak sedikit ulama dan umat Islam gugur sebagai syuhada kesuma bangsa melawan penjajah demi kemerdekaan bangsanya.

Mereka dikubur pada Taman Makam pahlawan, baik berupa jazad maupun benda pengganti jasad (bagi syuhada yang tidak ditemukan jazadnya). Mereka ikhlas beramal, berjuang dan jihad. Apa hasil perjuangannya, umat menyerahkan kepada kehendak ilahi.

“Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan  dengan didorongkan oleh keinginan luhur, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Kalimat di atas diabadikan dalam Pembukaan UUD 45. Perjuangan para syuhada perlu dilanjutkan untuk menjaga kedaulatan bangsa, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Bangsa yang besar adalah yang meghargai pahlawannya. Meneruskan tujuan perjuangannya. Mari kita do'akan para syuhada pahkawan kesuma bangsa, semoga mereka selamat dan masuk surga karena hasil perjuangannya yang ikhlas beramal. Indonesia terus jaya dan rakyat semakin sejahtera. Pertahankan Pancasila dan lestarikan UUD 45.

Padamu Negeri, kami berjanji. Padamu Negeri, kami berbakti. Padamu Negeri kami mengabdi. Bagimu Negeri, Jiwa-Raga kami. Semoga, Aamiin.

 

Samata, Gowa, Senin, 03 Januari 2022

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama