Kotak Kosong Pilgub Sulsel Sulit, Kecuali Bila Ada Calon Gubernur Menyerah

Muhammad Ramli Rahim.

 

----

Senin, 29 Juli 2024

 

Kotak Kosong Pilgub Sulsel Sulit, Kecuali Bila Ada Calon Gubernur Menyerah

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Isu kotak kosong di Pilgub Sulsel 2024 makin ramai diperbincangkan, padahal masih ada waktu satu bulan sebelum Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sulsel membuka pendaftaran.

Wacana kotak kosong muncul dengan semakin masifnya gerakan petahana Andi Sudirman Sulaiman berpasangan Fatmawati Rusdi yang mengincar hampir semua partai politik yang ada.

Sejauh ini pasangan tersebut sudah didukung Partai Nasdem (17 kursi), Partai Demokrat (7 kursi) dan PAN (4 kursi). Kemudian sekarang mengincar Partai Gerindra, Partai Golkar, dan PKS.

Kendati begitu, banyak pihak yang menilai bahwa wacana kotak kosong di Pilgub Sulsel akan sulit terwujud lantaran dinamika politik di tataran elite masih sangat dinamis. Setiap partai masih bisa mengubah arah dukungan mereka bahkan sehari sebelum pendaftaran pasangan calon di KPU.

Aktivis politik, Muhammad Ramli Rahim mengatakan, jangankan dalam hitungan bulan, bahkan dalam hitungan hari pun usungan parpol bisa berubah, bahkan bisa terjadi dalam hitungan jam.

Ia mencontohkan, pada tahun 2010 silam misalnya, dirinya pernah diusung oleh parpol non parlemen di Maros, namun berubah hanya dalam 30 menit sebelum pendaftaran di KPU ditutup.

“Lebih parahnya lagi, karena terjadi kekisruhan calon, yang menggantikan saya pun tak lolos dan dinyatakan gagal bertarung di Pilkada Maros 2010. Makanya mengapa isu kotak kosong ini berhembus, atau bisa dibaca dihembuskan jauh sebelum pendaftaran di KPU,” tutur Ramli dalam keterangan rilisnya, Ahad, 28 Juli 2024.

Menurut MRR, akronim nama Muhammad Ramli Rahim, jika pun kemudian terwujud kotak kosong di Pilkada Sulsel, itu pasti terjadi secara alamiah. Semua yang merasa pantas dan mau bertarung dalam kontestasi pastilah percaya bahwa dia mampu terjun ke lapangan dan bertarung dalam lintasan.

“Karena dalam dunia demokrasi saat ini, tak ada Tumanurung dan tak ada durian runtuh. Tak ada satupun kontestan yang ‘diam-diam baek’ di rumah lalu diajak ikut Pilkada. Jika pun pernah terjadi, mungkin hanya Anies Baswedan yang didatangi untuk dicalonkan 2007 silam,” kata salah satu Jubir Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Lanjut dia, mereka yang percaya bahwa dirinya bisa masuk dalam kontestasi, paling tidak telah pasang baliho, lobi kiri kanan, dan tentu saja sudah menyiapkan “isi tas” yang menjadi bekal utama dalam Pilkada.

“Pilkada pun sesungguhnya memiliki proses yang memungkinkan calon berkontestasi. Mereka yang tidak yakin dapat parpol atau lebih pede dengan dukungan masyarakat telah disiapkan jalur independen, mereka yang yakin dapat parpol juga disediakan jalur parpol. Nah, jika ternyata hanya ada satu calon, tetap bisa berlaga melawan kotak kosong,” beber MRR.

Maka dari itu, katanya, tak ada istilah begal-begalan dalam proses mendapatkan usungan. Jika tak percaya diri lewat parpol, bisa menggunakan jalur independent. Akan tetapi jangan terlalu percaya diri bisa dapat dukungan parpol karena penentuan parpol ada di tangan DPP.

“Jangankan yang bukan anggota parpol, sekaliber ketua parpol pun bisa saja tak diusung partainya dengan banyak pertimbangan,” tandas MRR.

Di sisi lain, ia meyakini, waktu masih sangat panjang, masih ada satu bulan untuk meraih dukungan parpol. Kandidat ibarat lelaki yang berupaya memikat hati wanita cantik, mereka akan melakukan segala cara untuk menaklukkan sang wanita. Jika perlu, mereka menggunakan jalur extra ordinary untuk mendapatkan sang wanita.

“Dan karena kandidat adalah lelaki, maka kandidat boleh berpoligami tapi partai yang jadi gadis cantik tak bisa poliandri,” imbuh MRR.

Pada akhirnya, ditekankan mantan Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), semua tetap akan berjalan alami. Semua calon pasti akan berjuang, bermanuver, berkalkulasi, bersiasat.

“Namun, bagaimanapun akhirnya tak semua sukses. Kata pepatah Bugis, ‘padallao teppada upe’. Itulah mengapa masih sebulan pendaftaran isu kotak kosong tiba-tiba hadir menyeruak. Bisa jadi karena para kandidat itu sudah lempar handuk kepagian, mereka tak kuat bertarung hingga titik akhir lalu mereka berteriak curang,” kata MRR. (rls)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama