-----
Ahad, 28 Juli 2024
Pesantren Mahasiswa
Unismuh Makassar Tamatkan 259 Mahasantri
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA).
Pesantren Mahasiswa KH Djamaluddin Amien (Pesmadina) Universitas Muhammadiyah
(Unismuh) Makassar menggelar Haflatuh Takhrij ath-Thalabah atau penamatan bagi 259
mahasantri Pendidikan Dokter Angkatan 2023-2024, di Mini Hal FKIK Lantai 2, Sabtu,
27 Juli 2024.
Ke-259 mahasantri tersebut terdiri atas 107
orang yang tinggal di asrama dan 152 orang yang tidak berasrama.
Acara ini
dihadiri Pelaksana Rektor Dr H Mawardi Pewangi yang juga Walik Rektor
IV, Wakil Dekan IV FKIP, dr Ihsan Jaya, Kiai Pesmadina Dr KH Abbas Baco Miro, Ketua
Konsorsium Pesmadina Unismuh, Sitti Chaerani Djaya, dan para pembina Pesmadina.
Hadir juga Ketua Asosiasi Pengelola Asrama Mahasiswa PTMA, Dr Wawan Kusnawan, via
zoom.
Acara penamatan diawali dengan pengajian oleh
Kiai Abbas Baco Miro, yang menjelaskan bahwa salah satu cara untuk dekat dengan
Allah SWT yakni dengan mengikuti perintah-Nya antara lain melaksanakan shalat.
“Begitu pentingnya melaksanakan shalat
sampai ini menjadi syarat untuk bisa mendapatkan cintanya Allah SWT,” ujar Kiai
Abbas.
Ia menambahkan orang yang mendapatkan cintanya Allah adalah
orang yang selalu bisa menjaga shalatnya dengan baik, dan orang ini dapat
dijamin mendapatkan ridhaNya Allah SWT.
Kepada Mahasantri Abbas Baco Miro berpesan
setelah keluar dari asrama, kebiasaan-kebiasaan selama dalam pembinaan di asrama
tetap terjaga dengan baik, terutama kebiasaan shalat dan kebiasaan membaca Al-Qur’an
tetap dipertahankan.
Pelaksana Rektor Dr Mawardi Pewangi,
berpesan selama satu tahun dibina di Pesmadina, maka apa yang sudah didapatkan
dipertahanka, kemudian menjaga iman karena ini akan bisa menuntun kita pada
jalan yang benar.
Ia mengingatkan bahwa kehidupan di luar
asrama sangat berbeda. Di luar asrama sudah banyak setannya dan tantangannya
juga sangat besar, untuk bisa selamat iman harus dijaga, ibadah dipelihara dengan baik terutama ibadah
wajib, shalat lail dan shalat dhuha.
“Juga terus mengembangkan ilmunya yang
sudah diperoleh dan tidak pernah berhenti belajar. Memperbanyak berbuat
kebajikan karena sebaik-baik manusia adalah yang banyak berbuat baik kepada
sesama,” ujar Mawardi.
Ia juga mengingatkan agar ibadah kepada
Allah dapat terpelihara maka yang pertama perintah Alquran adalah bergaul
dengan orang jujur, bergaul dengan anak baik-baik.
Wakil Dekan IV, dr Ihsan Jaya dalam
sambutannya mengatakan acara penamatan adalah salah satu fase pembinaan Al-Islam
dan Kemuhammadiyah (AIK), khususnya di FKIK. Proses pembinaan ini dilakukan
sejak awal mahasiswa masuk kuliah.
Dikatakan, bentuk pembinaan AIK di FKIK
diumpamakan celupan. Filosopinya seperti gula dalam minuman manis dimana gula disini telah mewarnai semuanya.
Tantangan yang dihadapi umat Islam
semakin besar di era modern ini maka
umat ini harus dibekali dengan pemahaman agama yang kuat.
Sementara Ketua Aslama PTMA, Dr Wawan
Kusnawan menyampaikan ucapan selamat kepada Mahasantri Pesmadina yang telah
diwisuda.
Atas nama Pengurus Aslama PTMA merasa
bersyukur bahwa dari 173 PTMA terdapat 56
PTMA yang sudah memiliki asrama PTMA.
“Para Mahasantri yang ada di seluruh PTMA
merupakan garda terdepan dalam melaksanakan pengkaderan di Muhammadiyah.
Jadilah Mahasantri yang berilmu dan amaliyah dan mari kita kembangkan yang kita
sudah pelajari dan jadilah ulama yang intelek bukan intelek yang tahu agama,” ujar
Wawan
Sebagai mahasantri yang mereka harus
lakukan sebut Wawan, yakni meluruskan aqidahnya, memperbaiki ibadahnya dan juga
muamalahnya.
Ketua Konsorsium Pesmadina Unismuh Sitti
Chaerani Djaya dalam sambutannya mengutip pesan almarhum KH Djamaluddin Amien bahwa mahasantri
yang dibina mengibaratkan telur yang dierami induknya.
“Telur yang dierami tidak semua bisa
menetas jadi ayam. Sama halnya membina mahasantri dengan beragam karakter dan
latar belakang yang berbeda, hasilnya juga pasti ada yang berbeda, namun karena
ini amanah dan tanggungjawab besar yang harus dijalankan, maka mohon dimaklumi dengan segala kekurangan yang
ada,” kata Chaerani.
Selama dalam pembinaan, lanjutnya, tidak
ada yang dibeda-bedakan semuanya sama, karena pengelola ingin semuanya bisa
berhasil.
Di akhir acara diumumkan dua mahasantri
terbaik yakni Fiqria Arrasyidah Hafsa dengan nilai 93, hafalan 10 juz, dan Dian
Nuril Sifa Yulandari, nilai 91 dengan hafalan 10 juz, dan kemudian dilanjutkan
pembagian rapor. (nas)