Maman A Majid Binfas (kanan) berbincang dengan Arham Selo, tentang budaya komunikasi. Obrolan ini kemudian diunggah di Youtube. |
-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 09 Agustus
2024
Budaya
Diamku dalam Alif Lam Mim
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Budaya boleh dimaknai sebagai
gaya atau cara dalam desain gagasan menjadi corak karya cipta apapun, termasuk
berwujud dialog.
Awalnya dialogis ini,
sebenarnya bersifat kebetulan, tidak lain untuk bersua atas kerinduan yang
telah lama tak bersilaturahmi. Sekalipun, tidak boleh juga di_diksi_kan
terjebak tanpa diduga pula sebelumnya. Kemudian, didaulat untuk direkam oleh
tim Dr Arham Selo.
Di mana, awalnya hanya
berjanjian untuk bertemu di cafe guna meramu salam kerinduan, nan telah lama
jarak berjejak akan tempo romantis nan berlalu, di masa studi S3 di University
Kebangsaan Malaysia.
Ternyata pertemuan ini, saya
didaulat juga untuk berdialogis tentang Komunikasi Budaya, sebagaimana
tertampak apa adanya di dalam youtube; https://youtu.be/3S2UDgQ1WoM.
Walaupun, jujur ketika
didaulat dengan menyebut status dan identitas diri, saya masih merasa risih,
bah kebisingan gaya corak cafe yang memang lagi bermalam mingguan.
Namun demikian, saya sangat
salut akan kecekatan dengan kreatif oleh Dr Arham Sello yang mampu
memanfaatkan waktu di dalam desain dialogis dengan sanggar Koronis:
Komunikasi Romantis Humanis _diproduknya.
Walaupun, di balik itu semua
tidak mesti dikira dan atau diduga, mungkin jua ada misi memori lain dicorakkan
menjadi aroma produknya secara diam-diam pula. Hal itu, tentu hanya Tuhan dan
Dr Arham Selo yang faham. Namun, saya tetap dengan keyakinan istiqomah dalam
diamku yang ber_ Alif Lam Mim.
DIAMKU
Diamku adalah
membumi tiada bertepi
Kalbuku beLangitan
jingga tiada berhingga__
Jiwaku hanya
bertautan kepada Singgasana hampa terbatasi, Dalam Alif Lam Mim Diamku
Goresan diksi di atas, hadir
17 Juli 2024, kemudian, Senin, 07:55, 22/7/2024, diberkahi lagi dengan goresan;
Diam tanpa kata,
hanya senyum dalam Alif Lam Mim Ra,
_ Nafas iqra jadi
kalam Diamku
Kemudian, tepatnya hari
Selasa, 08:27, 23/7/2024, terekam lagi goresan berikut ini.
TEREKAM
Setiap ragam
gerakan akan otomatis terekam, baik terang atau remang remang nan tergenggam,
hingga ragam gulita berlanggam.
Bahkan denyut
jantung berdendang riang atau gamang terdiam.
Entah lagi
melancong atau juga berbaring, tetap jua 'kan terekam dan diterkam nan Karam
Budaya Komunikasi
Sebenar diksi tentang budaya
komunikasi global dan juga bukan gombalan, adalah penggalan akhir dari goresan
di Facebook, mengenai terekam oleh angel youtube ke-2 dari Dr Arham Sello
(2024), terkait diksi berikut ini.
Jangan pula
salahin kalam Tuhan,
bila melalui alam
Kalian akan
dikaramkan tanpa sisa dan dimatikan dengan sia sia __ atas ulahmu jua !
Entah itu, apakah
jadi number one atau kesekian lagi hingga berkelanjutan pula.
NUMBER ONE
Selanjutnya, Kamis sore, pukul
16:50, 8/8/2024, terkait topik, Budaya Komunikasi Arham Selo, Via KORONIS
(Komunikasi Romantis Harmonis), tergores rangkaian penggalan pertanyaan mahasiswa
dari pernyataan dialogis awal di Youtube pertama, yakni;
Number one bukan
perlombaan, namun hanya kebetulan
Bukan jua
kesantaian menjadi cerminan, tetapi menjadi gerakan kepastian mesti dilalui
tanpa beban berhingga menggapai harapan.
Tentu, dengan
ikhtiar penuh keikhlasan dan iringan doa kepada Tuhan yang Maha Number One.
Deretan rangkaian disksi di
atas, bukan juga menjadi durasi desainer di dalam meraih titelan akademisi an
sich.
OH TITELAN
AKADEMISI
Kemarin ada yang bertanya
sungguh menggelitik, dan sangat menukik rasa logika batin berakademisi!
Lebih kurang begini;_Apalah
arti status akademisi telah bertitel selangitan, tetapi di dalam goresan karya
dan oral berorasi pun, masih suka copy paste atau mencuri gagasan orang lain
dengan tanpa menyebutkan asal literaturnya!
Saya hanya menanggapi sembari
dengan senyum hangat, mungkin lagi khilaf, namanya manusia biasa. Terpenting,
tidak berulang dan menjadi budaya rutinitasnya.
Kan sekarang mudah ditelusuri
atau diturnitin segala bentuk karya, termasuk, segala ocehan tinggal digoogle
saja1_
Maka, berhati-hatilah dan
telitilah bila telah meraih titelan secara administratif di dalam ruang
akademisi an sich agar tidak dinilai kurang elokan!
Kini, mahasiswa atau siswa
pun, sudah pintar menilai kadar kualitas dosen atau gurunya!
Oh aduhai titelan desainer di
dalam statuta akademisi, semoga Tuhan merahmati saya agar jauh dari tuduhan
demikian, sambil bergumam sunyi di dalam denyutan batin yang berkalam Alif Lam
Mim.
Wallahualam