Di Pilkada, Rakyat Dipaksa Memilih Calon Kepala Daerah yang Tidak Disukai

“Ada figur yang kita sukai, kita inginkan dia jadi kepala daerah, tapi tidak ada parpol yang mengusungnya. Parpol-parpol malah berkoalisi mengusung calon yang tidak dikenal atau tidak disukai oleh kebanyakan orang,” tutur Daeng Nappa’.

 

------

PEDOMAN KARYA

Selasa, 27 Agustus 2024

 

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:

 

Di Pilkada, Rakyat Dipaksa Memilih Calon Kepala Daerah yang Tidak Disukai

 

“Susahnya ini kalau begini,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi siang di warkop batas kota.

“Apanya seng yang susah?” tanya Daeng Tompo’.

“Ini di Pilkada,” kata Daeng Nappa.

“Kenapai?” tanya Daeng Tompo’.

“Rakyat dipaksa memilih calon kepala daerah yang dikenal atau tidak disukai,” kata Daeng Nappa’.

“Kenapaki’ bilang begitu?” tanya Daeng Tompo’.

“Ada figur yang kita sukai, kita inginkan dia jadi kepala daerah, tapi tidak ada parpol yang mengusungnya. Parpol-parpol malah berkoalisi mengusung calon yang tidak dikenal atau tidak disukai oleh kebanyakan orang,” tutur Daeng Nappa’.

“Terbalikmi,” kata Daeng Tompo’.

“Terbalik bagaimana? Apa yang terbalik?” tanya Daeng Nappa’.

“Seharusnya kedaulatan ada di tangan rakyat, ini malah kedaulatan ada di tangan parpol,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa, tapi Daeng Nappa’ hanya terdiam. (asnawin)

 

Selasa, 27 Agustus 2024

------

Keterangan:

Apanya seng = Apanya lagi

Kenapai? = Ada apa? 

Kenapaki’ = Mengapa Anda

Terbalikmi = Sudah terbalik

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama