------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 29 Agustus 2024
Dukun
pun Di-Google-nya
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi,
Budayawan)
Segala ragam jurus dari
berbagai penjuru para dukun digiring, mungkin telah ribuan untuk memperagakan
mantra gono gini, dan konon, paling mandraguna katanya. Bahkan, para dukun
diperolehnya, dari hasil sayembara, mulai kelas rongsongan loakan
berhingga mancanegara di google_nya, sungguh luar biasa dan binasa!
Namun, maut kematian tetap jua
menantinya dengan setia, jadi finishing kuburan di depan matanya. Hanya soal
detak waktu, jadi momentum untuk berbaring di dalam kuburan bersama gerombolan
sekutunya, dan memang juga ditahu telah dikutukin oleh Tuhan.
Kini tiba saatnya untuk
tuntasin, atas segala belenggu sesatan yang berlilitan dan menodai kebeningan
batin yang bernurani Ketuhanan. Hanya diksi berbenah diri yang berlafadzkan
kepada “Ukhruj ya ‘aduwallah” berarti “Keluarlah kamu, wahai musuh Allah”. (Silsilah
Shahihah, 6/1009-1010)
Dan kembalilah pada asal dari
kebiadaban yang menyuluk akan kedatanganmu. Dari segala wujud, baik berupa
manusia berkarakter binatang ke_Anjingan atau berupa apapun yang telah dikutuk
oleh Tuhan!
ANJING
Dini hari, ada tiga ekor
anjing loreng berlari hendak masuk gerbang, juga akhirnya tertombak bersama
penggiringnya
Memang, gerbang juga sengaja
dibuka, guna didagelani animal antar-penjaga topengan bersama anjingan, tanpa
gembok menyambung berpalang
Kasian binatang sekalipun
anjing, ia sebenarnya juga dapat membantu manusia untuk menggonggong, bila
dipelihara dengan baik tanpa berpaling
tetapi bila disalahguna, boleh
jadi pengguna mungkin lebih berguna anjing yang alami bersuara menggonggong,
dan tidak mesti ditombak bila berguna demikian
KATA BERTOMBAK
Bila kata tertancap bah tombak
menembusi jantung, tentu beranak pinang tertanam dan akan dikenang.
Itu, berarti tak akan
berhenti, dan akan padat setiap saat hingga maut terenggut serta kata mati
berkalimat.
Jangan pula terlalu lebay
mematikan api, dan juga air terhembusi angin nan terbenam di tanah jadi
kuburan.
Nanti, terakhiri hidup bah
harakiri, dan tergeletak hanya tertanda batu nisan bah tombak yang tertancap
tegap, baik siang terik bermatahari atau malam gulita hampa purnama.
MATAHARI SAPU RATA
Sapu rata bah tombak
Cleopatra, tanpa kata, bahkan lebih dari itu.
Jangankan, korner keverbanian
mata tajam bah matahari tengah hari nan bolong, lagi di atas ubun ubun nan
menghujam tatapan berujung.
Lirikan ekor mata pun kan
mencukil tajam, dan bisa mematikan juga meluluhlantakkan tebing berkarang.
Bukan hanya langkah raga terjaga, tetapi juga nyawa berlaga pun akan
melayang.
Mata helintar memang menyambar
bah mata matahari guna menyapu rata aroma kebiadaban hampa tepi
Sapu rata bah tombak Cleopatra
tanpa kata, bahkan lebih dari itu, dan tentu tak akan berarti segala mantra
jutaan para dukun apapun, sekalipun di-google berhingga kiamat pun akan tetap “Ukhruj
ya ‘aduwallah.”
Wallahu alam