Jejak Kepemimpinan Rakhim Nanda di Unismuh Makassar

TIGA MENTOR. Abdul Rakhim Nanda (paling kanan), sosok yang penuh kesederhanaan, kini mengemban amanah sebagai Rektor Unismuh Periode 2024-2028. Tiga mentornya yang juga mantan Rektor Unismuh Makassar yakni KH Djamaluddin Amien (kiri atas), Prof Ambo Asse (kiri bawah), dan Prof Irwan Akib. 

 

-----

PEDOMAN KARYA

Selasa, 13 Agustus 2024

 

Jejak Kepemimpinan Rakhim Nanda di Unismuh Makassar

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Anggota Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)

 

Abdul Rakhim Nanda, sosok yang penuh kesederhanaan, kini mengemban amanah sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar untuk periode 2024-2028.

Meski perjalanan ini tidak dilaluinya dengan ambisi, namun dedikasi, keikhlasan, dan prestasinya telah mengantarkan Rakhim Nanda ke puncak kepemimpinan di Unismuh Makassar. Sebuah perjalanan yang penuh makna dan inspirasi.

Saat kuliah pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Unismuh Makassar (angkatan 1987/1988), Rakhim aktif pada salah satu organisasi otonom (Ortom Muhammadiyah), yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan ia cukup larut di organisasi tersebut.

Ketika kuliah itulah, pria kelahiran Enrekang tahun 1968, menjadi akrab dengan Rektor Unismuh Makassar, KH Djamaluddin Amien, yang merupakan mentor dan sekaligus “ayah ideologis” bagi Rakhim Nanda.

Rakhim Nanda cukup dekat dengan KH Djamaluddin Amien yang ketika itu bukan hanya menjabat Rektor Unismuh Makassar, melainkan juga Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel.

Kedekatan antara keduanya begitu erat, menciptakan sebuah ikatan batin yang dalam. Rakhim Nanda yang kala itu masih menjadi mahasiswa Teknik Sipil Unismuh, sering dipanggil oleh Pak Kiai, sapaan akrab KH Djamaluddin Amien. Ia kerap diminta oleh Pak Kiai menggantikannya memberikan ceramah.

Sebuah tugas yang berat bagi seorang mahasiswa, namun berkat bimbingan Pak Kiai, Rakhim pun mampu mengatasi keraguan dan menjalankan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab.

“Sewaktu masih kuliah, saya sering dipanggil ke rumahnya dan diminta menggantikannya kalau ada undangan ceramah. Sebenarnya agak risih, karena saya masih berstatus mahasiswa, tetapi beliau meyakinkan saya, maka saya pun meyakinkan diri dan berupaya percaya diri untuk menggantikannya,” ungkap Rakhim.

Kisah perjalanan Rakhim Nanda di Unismuh tidak lepas dari peran KH Djamaluddin Amien. Saat Rakhim lulus sebagai Sarjana Teknik pada 1994 dan bekerja di sebuah perusahaan konsultan dengan gaji cukup besar, Pak Kiai memintanya untuk kembali mengabdi sebagai dosen di almamaternya. Meski gaji sebagai dosen jauh lebih kecil, Rakhim memilih jalan tersebut, menghormati permintaan sang “ayah ideologis” yang sangat dihormatinya.

 

Menggapai Ilmu di Tanah Jawa

 

KH Djamaluddin Amien juga mendorong Rakhim Nanda untuk melanjutkan studi magister (S2) di Universitas Brawijaya, Malang. Sebelum berangkat, ia dinasihati untuk menikah agar tidak kesepian selama berada di Tanah Jawa.

Rakhim pun menikah dengan Nurnawati, teman kuliahnya, dan mereka berdua kemudian melanjutkan studi di Malang dan itu berarti mereka kuliah sambil berbulan madu di Jawa.

Bulan madu mereka ternyata tidak seindah yang dibayangkan, karena gaji dan biaya hidup yang diberikan oleh Unismuh Makassar, jauh di bawah standar untuk hidup layak. Cobaan tersebut ditambah dengan kehamilan sang isteri dan akhirnya melahirkan anak pertamanya saat masih kuliah di Malang.

“Kami kadang-kadang makan dengan memetik sayur kangkung yang tumbuh di sekitar tempat kost,” ungkap Rakhim.

Ada cerita lucu sekaligus agak miris saat mereka berdua masih tinggal di Malang dan masih dalam kondisi keuangan “Senin-Kamis.”

Suatu hari, Rakhim membeli seekor ikan bandeng dan sang isteri pun menggorengnya. Setelah ikan itu siap dimakan dan ketika mereka berdua sedang lengah, tiba-tiba seekor kucing menyambar ikan tersebut dan membawanya lari.

“Saya tidak sadar langsung mengejar kucing itu. Setelah itu barulah saya menyesal. Sangat menyesal, karena saya sadar bahwa ikan itu ternyata bukan rezeki kami,” kenangnya.

Dalam kondisi yang boleh dikata cukup memprihatinkan itu, mereka berdua kembali mendapat cobaan, yaitu anak pertama mereka yang masih bayi meninggal dunia. Cobaan yang cukup berat itu membuat Rakhim nyaris putus asa.

Sang isteri ternyata lebih tegar dan berkat ketegaran sang isteri itulah, ditambah dorongan semangat dari KH Djamaluddin Amien selaku Rektor Unismuh dan “ayah ideologisnya”, Rakhim Nanda akhirnya bersemangat kembali meneruskan kuliahnya.

Dan berkat keteguhan hati, dukungan istri, dan semangat dari KH Djamaluddin Amien, Rakhim mampu menyelesaikan studinya dan kemudian kembali mengabdi di Unismuh Makassar.

 

Mentor yang Membentuk Kepemimpinan

 

Perjalanan Rakhim Nanda sebagai pemimpin di Unismuh juga dibimbing oleh sosok penting lainnya, Prof Irwan Akib, yang pernah menjabat Rektor Unismuh Makassar dan kini Direktur Pascasarjana Unismuh Makassar, serta Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Pada periode terakhirnya sebagai rektor, Irwan Akib memilih Rakhim Nanda sebagai Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Al-Islam Kemuhammadiyahan, sebuah posisi strategis yang memperdalam pemahaman dan kontribusi Rakhim terhadap institusi.

Irwan Akib menjadi mentor yang berpengaruh dalam membentuk karakter kepemimpinan Rakhim. Secara tidak langsung, Rakhim mengikuti jejak Irwan Akib, yang juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Muhammadiyah Sulsel dan Rektor Unismuh, sebuah jejak yang kini dilanjutkan oleh Rakhim.

 

Kepemimpinan di Era Prof Ambo Asse

 

Empat tahun terakhir, Unismuh Makassar dipimpin oleh Prof Ambo Asse, yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel. Selama masa ini, Rakhim Nanda menjabat sebagai Wakil Rektor I, dan juga Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, menjalin duet kepemimpinan yang harmonis dengan Prof Ambo Asse.

Dalam kepengurusan Muhammadiyah Sulsel periode 2022-2027, Ambo Asse kembali terpilih sebagai ketua, sementara Rakhim Nanda dipercaya sebagai sekretaris.

Prof Ambo Asse hanya berencana memimpin Unismuh selama satu periode, dengan harapan suksesi kepemimpinan dapat berjalan lancar. Ketika tiba saatnya memilih rektor baru untuk periode 2024-2028, ada tiga calon yang diusulkan: Rakhim Nanda, Prof Andi Sukri Syamsuri (Wakil Rektor II), dan Dr Erwin Akib (Dekan FKIP).

Prof Ambo Asse menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah akhirnya memilih Rakhim Nanda sebagai rektor baru Unismuh Makassar.

 

Kebahagiaan dalam Kepemimpinan

 

Dalam salah satu perbincangan santai dengan penulis, Rakhim Nanda pernah mengatakan, “Jangan biasakan diri tidak Bahagia”. Sebuah ungkapan yang sederhana namun sarat makna, mencerminkan filosofi hidupnya yang selalu mencari kebahagiaan dalam setiap langkah, termasuk dalam menjalankan tanggung jawab besar sebagai pemimpin.

Kebahagiaan, bagi Rakhim Nanda, bukan hanya soal pencapaian materi, tetapi juga tentang keselarasan hati dalam menjalani amanah.

Dengan segala tantangan dan dinamika yang dihadapinya, Rakhim Nanda terus melangkah dengan penuh keyakinan, membawa Unismuh Makassar menuju masa depan yang lebih cerah, sebagaimana yang diimpikan oleh para pendahulunya.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama