-------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 12 September 2024
Ayam Putih dan
Gerbang Kematian
Oleh: Maman A.
Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi,
Budayawan)
Baru ditetasin kebeletan dari
cangkang telur oleh induk ayam potongnya, di dalam sangkar anyaman lapukan bambuan
yang seharga tiga recehan saja. Sudah merasa telah jagoan bah ayam jago aduan
siap bertarung hampa terkalahkan.
Bahkan, sungguh songong malah
nekatan hendak bertarung buta berabun dengan Rajawali semesta Sang Pengembara
rimba belantara tiada bertepian. _sungguh kedunguan tak terbendung dan
terbanding!
Kalau demikian, maka patut
berdiksikan; kasihan dikau ayam mestinya dipotong untuk digoreng hingga garing.
Malah jadi songongan akibat dari salah asuhan yang kebeletan kasih sayang
berakar pada logika tak memadai sesungguhnya.
Kasihan ayam putih berbintik
hitam telah tiga hari bertengger senyapan, bah ngeram kemenyan, di samping
taman pohon pepaya. Di atas umbul-umbulan belantara tiang pintu gerbang bercat
kuning tua. Itu pun umbulan berlintasan dengan tali tapia tanpa keram tepian.
Bahkan, teriringi hamburan beras warna-warni, bah kenduri sugihan batuan bertuan.
Mungkin, tak lama lagi akan pergi tanpa kembali, dan pertanda lambaian
perpisahan, sekalipun disiram tak berpaling jua, teruntuk kalian nan lagi galau
gulana akan tembang bayangan diri sendiri.
Kasihan dikau ayam, kematian
tetap berkalam tak bisa ditundain juga dimajuin. Terkecuali, atas noda kelakuan
diri, dan itu logis saja dalam kehidupan mesti terjadi sebelum ditakdirin.
Maka, eloknya mesti diterima dengan lapang dada, sekalipun kehadirannya juga
tiba-tiba tanpa diduga pula.
Eloknya berpikir brilian
dengan hati bernurani bening tanpa mementingkan arogansi diri sesatan
duniawian semata. Tetapi mesti yakin kepada pesan surat cinta Tuhan di
dalam QS. At-Tahrim: 6, berarti;
“Wahai orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan
keras.”
Ayat di atas, hakikatnya
menurut Ibnu Abbas ra. bahwa makna “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka” adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat, serta
suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah berhingga maut kematian tiba, baik
ada ataupun tidak bertanda apapun.
Tanda Kematian
Ada yang bertanya tentang
tanda-tanda akan dekat waktu kematian. Terus saya menjawab kurang terlalu
faham, namun sering saya dengar dari cerita orang masa lalu, di antaranya:
Bila ada atau sering berdenyut
pusar di waktu ashar atau sore hari, menjadi pertanda, dan itu konon akan tidak
lama tenggang waktu, mungkin hanya hitung hari hingga mingguan saja katanya.
Kemudian, orang yang
dimaksudkan, manakala tiga kali telah menatap kosong langit-langit atau
memandang nanar rumahnya, itu berarti pertanda perpisahan, dia akan pergi untuk
selamanya.
Sekalipun, tak kelihatan
sedang menderita sakit secara kasat mata tetapi raga batin telah dipertontonkan
bah film layar lebar di alam lain mengenai dirinya. Yakin atau tidak, itu
misteri nyata jadi suratan mesti diterima!
Filosofis leluhur mana pun,
telah mempercayai hal demikian, terlepas atas berbeda agama, suku dan ragam
budaya yang diyakininya.
Agama Islam, memang meyakini
akan firman Allah di dalam QS. Luqman ayat 34 tanpa ragu yang berarti: “Sesungguhnya
Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui
dengan pasti, apa yang akan dia kerjakan besok. Begitu pula, tidak ada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Namun, mesti diyakini ayat di atas ini, dan sesungguhnya kematian tetap berkalam tak bisa ditundain juga dimajuin. Terkecuali, atas noda kelakuan diri, dan itu mesti terjadi sebelum ditakdirin. Tentu, tidak mengenal frekuensi kadar usia dan status titelan apapun dikau.
Siapa Pun Dikau
Kenapa mesti kebakaran jenggotan nan berlebihan berhingga kesurupan muntahin darah kebangetan. Bahkan melampaui ngondokan siamangan. Bila tidak berkaitan dan terhubung, Ya, tenang dan enjoy aje bung. Tetapi kalau terhubung. Ya, apa boleh buat memang! Siapa pun kau dan di mana pun engkau nan lagi meradang.
Tak perlu lebay lempar lembing lagi dengan memuntahin mantra tiupan lendiran yang tidak berguna lagi. Dan justru nyata kembali memakan tuan sendiri beserta keluarga berhingga gerombolannya!
Goresan ini, sesungguhnya
masih berharap dikau dan engkau agar segera siuman hingga tidak menjadi 'Ukhruj
Ya ‘aduwallah' terabadikan bah mumi Fir'aun.
Atau terabaikan jejak
Fir'aunan, gegara terhasutin oleh suara kodok belentung yang dipatok oleh ayam
potong warna putih hingga akhirnya tumbang tertombak bareng _
Terisak sesak rasa sungguh
tersiksa, akibat mati mendadak, dan di kemudian hari baru disesali. Namun,
apalah gunanya telah jadi debu kuburan pula. Kenapa tak teliti dulu sebelum
dikuliti agar logis, sehingga tidak bareng berkodok belentung jadi belatung
dengan ayam potong. Akhirnya, sugihan ayam potong bah kain putih jadi pertanda
kematiannya.
Wallahu 'alam