Ayam Putih dan Gerbang Kematian

Agama Islam, memang meyakini akan firman Allah di dalam QS. Luqman ayat 34 tanpa ragu yang berarti: “Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti, apa yang akan dia kerjakan besok. Begitu pula, tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

 

-------

PEDOMAN KARYA

Kamis, 12 September 2024

 

Ayam Putih dan Gerbang Kematian

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

Baru ditetasin kebeletan dari cangkang telur oleh induk ayam potongnya, di dalam sangkar anyaman lapukan bambuan yang seharga tiga recehan saja. Sudah merasa telah jagoan bah ayam jago aduan siap bertarung hampa terkalahkan.

Bahkan, sungguh songong malah nekatan hendak bertarung buta berabun dengan Rajawali semesta Sang Pengembara rimba belantara tiada bertepian. _sungguh kedunguan tak terbendung dan terbanding!

Kalau demikian, maka patut berdiksikan; kasihan dikau ayam mestinya dipotong untuk digoreng hingga garing. Malah jadi songongan akibat dari salah asuhan yang kebeletan kasih sayang berakar pada logika tak memadai sesungguhnya.

Kasihan ayam putih berbintik hitam telah tiga hari bertengger senyapan, bah ngeram kemenyan, di samping taman pohon pepaya. Di atas umbul-umbulan belantara tiang pintu gerbang bercat kuning tua. Itu pun umbulan berlintasan dengan tali tapia tanpa keram tepian. Bahkan, teriringi hamburan beras warna-warni, bah kenduri sugihan batuan bertuan. Mungkin, tak lama lagi akan pergi tanpa kembali, dan pertanda lambaian perpisahan, sekalipun disiram tak berpaling jua, teruntuk kalian nan lagi galau gulana akan tembang bayangan diri sendiri.

Kasihan dikau ayam, kematian tetap berkalam tak bisa ditundain juga dimajuin. Terkecuali, atas noda kelakuan diri, dan itu logis saja dalam kehidupan mesti terjadi sebelum ditakdirin. Maka, eloknya mesti diterima dengan lapang dada, sekalipun kehadirannya juga tiba-tiba tanpa diduga pula.

Eloknya berpikir brilian dengan hati bernurani bening tanpa mementingkan arogansi diri sesatan duniawian semata. Tetapi mesti yakin kepada pesan surat cinta Tuhan di dalam QS. At-Tahrim: 6, berarti;

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras.”

Ayat di atas, hakikatnya menurut Ibnu Abbas ra. bahwa makna “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat, serta suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah berhingga maut kematian tiba, baik ada ataupun tidak bertanda apapun.

 

Tanda Kematian

Ada yang bertanya tentang tanda-tanda akan dekat waktu kematian. Terus saya menjawab kurang terlalu faham, namun sering saya dengar dari cerita orang masa lalu, di antaranya:

Bila ada atau sering berdenyut pusar di waktu ashar atau sore hari, menjadi pertanda, dan itu konon akan tidak lama tenggang waktu, mungkin hanya hitung hari hingga mingguan saja katanya.

Kemudian, orang yang dimaksudkan, manakala tiga kali telah menatap kosong langit-langit atau memandang nanar rumahnya, itu berarti pertanda perpisahan, dia akan pergi untuk selamanya.

Sekalipun, tak kelihatan sedang menderita sakit secara kasat mata tetapi raga batin telah dipertontonkan bah film layar lebar di alam lain mengenai dirinya. Yakin atau tidak, itu misteri nyata jadi suratan mesti diterima!

Filosofis leluhur mana pun, telah mempercayai hal demikian, terlepas atas berbeda agama, suku dan ragam budaya yang diyakininya.

Agama Islam, memang meyakini akan firman Allah di dalam QS. Luqman ayat 34 tanpa ragu yang berarti: “Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti, apa yang akan dia kerjakan besok. Begitu pula, tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

Namun, mesti diyakini ayat di atas ini, dan sesungguhnya kematian tetap berkalam tak bisa ditundain juga dimajuin. Terkecuali, atas noda kelakuan diri, dan itu mesti terjadi sebelum ditakdirin. Tentu, tidak mengenal frekuensi kadar usia dan status titelan apapun dikau.

 

Siapa Pun Dikau

Kenapa mesti kebakaran jenggotan nan berlebihan berhingga kesurupan muntahin darah kebangetan. Bahkan melampaui ngondokan siamangan. Bila tidak berkaitan dan terhubung, Ya, tenang dan enjoy aje bung. Tetapi kalau terhubung. Ya, apa boleh buat memang! Siapa pun kau dan di mana pun engkau nan lagi meradang.

Tak perlu lebay lempar lembing lagi dengan memuntahin mantra tiupan lendiran yang tidak berguna lagi. Dan justru nyata kembali memakan tuan sendiri beserta keluarga berhingga gerombolannya!

Goresan ini, sesungguhnya masih berharap dikau dan engkau agar segera siuman hingga tidak menjadi 'Ukhruj Ya ‘aduwallah' terabadikan bah mumi Fir'aun.

Atau terabaikan jejak Fir'aunan, gegara terhasutin oleh suara kodok belentung yang dipatok oleh ayam potong warna putih hingga akhirnya tumbang tertombak bareng _

Terisak sesak rasa sungguh tersiksa, akibat mati mendadak, dan di kemudian hari baru disesali. Namun, apalah gunanya telah jadi debu kuburan pula. Kenapa tak teliti dulu sebelum dikuliti agar logis, sehingga tidak bareng berkodok belentung jadi belatung dengan ayam potong. Akhirnya, sugihan ayam potong bah kain putih jadi pertanda kematiannya.

Wallahu 'alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama