-------
PEDOMAN KARYA
Senin, 30
September 2024
Bercermin
Pada Maut Hitam
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Jejak Virus Corona/Covid 19,
terkesan ditimpakan pada dunia tahun 2020, yang bermula di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, Tiongkok. Awalnya terindikasi hanya 3 orang yang tewas di Wuhan. Mereka
diindikasikan tersebut, setelah menderita pneumonia yang disebabkan virus tersebut.tepatnya
terjadi pada 01 Februari 2020.
Kemudian merambat hingga ke
seluruh dunia, dan sungguh menghebohkan, di sisi lain juga, menghasilkan bisnis
vaksinasi yang sungguh fantastis, termasuk di Indonesia yang dipelopori oleh
pemerintahnya.
Berhingga berakhir 2021 yang
dirangkum oleh World Health Organization (WHO) mengumumkan angka resmi jumlah
korban pandemi Covid-19 selama kurun 2020-2021. Berdasarkan data lembaga ini,
ada sekitar 14,9 juta orang, atau dalam kisaran lebih luas yakni 13,3-16,6 juta
orang, meninggal akibat pandemi Covid-19.
Namun, kesan dikorbankan oleh
wabah Covid 29, belum seberapa dibanding dengan wabah Pes menjadi maut hitam di
Eropa pada abad ke 14, berjumlah 50 juta orang.
Berdasarkan data ringkasan
dari seluruh web dan Pustaka Pengetahuan melalui Google_AI (29/9/2024),
dimaksudkan dengan Wabah pes adalah infeksi yang sebagian besar menyebar
ke manusia melalui kutu yang terinfeksi yang berpindah melalui tikus. Disebut
sebagai Wabah Hitam
Maut Hitam adalah pandemi
wabah pes yang terjadi di Eropa dari tahun 1346 hingga 1353. Wabah ini
merupakan salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia; sebanyak
50 juta orang meninggal, mungkin 50% dari populasi Eropa saat itu.
Terlepas dari kedua wabah di
atas, hampir sebulan panas terik melanda negeri Indonesia hingga panas berkisar
cuaca 39°Celcius dan terkadang di atasnya.
Sekalipun, tidak mesti
ambisius untuk menduga atau memastikan sesuatu musibah akan terjadi yang
mungkin mejadi wabah maut hitam lagi. Wabah demikian, mungkin boleh jadi bisa
menimpa tanpa diduga-duga, bah diksi semut hitam yang keluar dari lubangnya
satu demi satu dan kemudian mati berkerumun.
Maut Hitam Semut
Hitam
Semoga panas berpuncak terikan
nan lagi melanda saat ini, jadi berkah berkalam. Tidak berdampak jadi maut
hitam, bah Eropa di abad ke 14 yabg kelam dan hampir karam.
Semoga, tidak juga bah semut
hitam begitu keluar lubangnya, tiba tiba mati berkerumun. Tanpa di apa apain,
juga Aku ikut jadi heran, koq masih pagi beginian.
Semoga ini, juga bukan sebagai
tanda akan pesan alam berkalam, dan kelam nan bersalam di akhir bulan rabiul
awal jadi jejakan. Kelam, hanya maut hitam pada semut hitam, dan tidak pada
yang lain atau kupasrahkan saja kepada Tuhan (Ahad, 06:55, 29/9/2024).
Bukan berarti akan bisa
menghentikan gerak orang lain, temasuk, untuk terus bermain, sekalipun
berhingga termakan oleh senjata tuan sendiri. Bila, kini hampir meledakan nadi
jantungan.
Di ufuk manapun, tentu jadi
maut hitam akan bercermin, sekalipun disenyapin dengan lapisan baja beton yang
mencangkari gulita dasar mata bumi.
Atau, entah mencari di ujung
dunia manapun, itu akan sia sia dan hanya menghamburi uang saja. Apalagi uang
dihamburin itu, bukan dari kantong sendiri, tetapi dari manipulasi kong
kalikongan.
Bila, jarum berhenti untuk
berdetak pada hujung hala nadi jantung, maka pulanglah dengan tenang. Moga-moga,
masih ada peluang menjadi ruang berbaring. Mungkin saja terjadi, bah topik
goresan ini, dan tidak ada yang tak mustahil bagi Tuhan.
Bagi saya, terpenting, telah
diberitahu akan resiko, dan akibat dari perbuatan yang menantang tauhid
Ketuhanan. Maka, tugas sebagai sesama hamba Tuhan telah usai dan bijaksana
hingga merasakan resiko bermautan, sekalipun tidak berwarna hitam.
Sama halnya, para dukun
berkelas tinggi, dan kononnya bisa mendeteksi sebelum mengambil tindakan
buhulan, sehingga tidak menjadi risiko pada dirinya juga menyuruhnya, diksi
berikut ini.
Rasakan Saja Risiko
Koq maksa sudah ku katakan,
saya tak bisa, biar kau bayar ratusan juta.
Cari saja yang lain, kalau
berani ambil risiko bersama kalian
Kalian tak bisa baca goresan
itu, katanya kalian orang berkelas dan pintaran telah mengajari, bahkan telah
jadi orang tua. Masa tak paham juga dan tetap maksa.
Silakan lakukan sendiri saja,
dan jangan libatkan saya lagi
Sebelum ini, saya berbuat
bodoh telah serobotan gara-gara kalian, tanpa mendeteksi lebih dahulu: siapa
dia sesungguhnya.
Dia tak pernah apa-apa,
apalagi mengganggu, dan justru kalian merasa galau nan syirik membabi buta.
Kini, saya pun merasakan
akibat dari kedengkian kalian, silakan rasakan resikonya hingga tanpa diduga
bah maut hitam yang kelam (28/9/2024).
Tentu, waktu akan berbicara
mengenai maut kelam atau hitam, sebagaimana pembuka kesan goresan ini, tetang
wabah Covid 19 tahun 2020, dan maut hitam menimpa sebagian besar dunia di Eropa
di abad ke 14. Hal ini terjadi, tentu berbeda jarak waktu dan jumlah akan
pengorbanan jiwa.
Waktu akan Berbicara
Waktu tetap bersirkulasi
dengan sendirinya, dan apa adanya tak mungkin diburu. Sekalipun,
berhamburan mengejarnya di
segala penjuru.
Dan Tuhan telah bersumpah
dan sungguh pasti
pada QS Al Ashr 1-3 dengan
padat yang berarti_
“Demi masa. Sungguh, manusia
berada dalam kerugian.
Kecuali, orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan,
serta saling menasehati untuk
kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”
Maka, waktu akan berbicara dan
bahkan melebihi lesatan kilatan, dan juga denyutan apapun dengan detak jarum
beralarm penuh kepastian (23/9/2024).
Jadi, harapanku dan juga seluruh orang mukmin yang beriman dengan keyakinan sesungguhnya, tanpa mau menodai tauhid Ketuhanan sejati dengan kesyirikan yang menjadi pedoman kehidupannya. Semoga panas terik menimpa di bulan ini, tidak menjadi cerminan wabah maut hitam yang kelam.
Wallahualam