Kisah Emas dan Tanah

"Memang, aku tak bercahaya sepertimu. Aku tak memiliki kilauan yang menyilaukan. Namun, di dalam tubuhku, bunga-bunga bermekaran, pohon-pohon menjulang, dan buah-buahan tumbuh lebat. Aku menumbuhkan kehidupan. Apakah kau bisa melakukannya, Emas?"


-----

PEDOMAN KARYA 

Ahad, 15 September 2024


Kisah Emas dan Tanah


Di sebuah tempat sunyi, sebongkah emas dan sebongkah tanah hidup berdampingan. Kilauan emas selalu mencuri perhatian, memantulkan cahaya setiap kali sinar matahari menyentuhnya. Sementara itu, tanah tampak tenang dalam kesederhanaannya, lembut dan penuh kehidupan yang tersembunyi di dalamnya.

Suatu hari, emas menatap tanah dengan tatapan angkuh. Dengan suara gemerlap, ia berkata,

"Tanah, lihatlah dirimu. Apakah kau pernah menyilaukan mata seperti aku? Apakah ada yang memandangmu seperti harta yang begitu berharga? Aku bercahaya, mengkilat di hadapan dunia, sementara kau? Kau hanya tampak kusam dan tak bernilai."

Tanah, yang mendengar ucapan emas, hanya tersenyum lembut. Ia menggelengkan kepala pelan dan menjawab,

"Memang, aku tak bercahaya sepertimu. Aku tak memiliki kilauan yang menyilaukan. Namun, di dalam tubuhku, bunga-bunga bermekaran, pohon-pohon menjulang, dan buah-buahan tumbuh lebat. Aku menumbuhkan kehidupan. Apakah kau bisa melakukannya, Emas?"

Emas terdiam. Kata-kata tanah bagaikan angin lembut yang menyusup ke dalam kilauannya, memadamkan ego yang selama ini bersinar terang. Ia tak mampu menjawab.

Dalam hening yang tiba-tiba itu, terdengar bisikan dari alam. "Tidak semua yang berkilau membawa kehidupan, dan tidak semua yang sederhana tak bernilai," kata bisikan itu.***


-----

Keterangan: Tulisan ini sudah lama beredar di media massa dan media sosial. Kami memformulasi ulang menjadi sebuah kisah obrolan antara emas dan tanah, biar lebih hidup dan menarik. (Asnawin Aminuddin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama