Hati Batu Dukun Akademisi

Para akademisi bertitel maksimal profesor pun, dan plus agamawan penghafal ayat, juga menggunakan jasa mereka yang dikesankan sangat bodoh dan binasa.

 

-----

PEDOMAN KARYA

Sabtu, 07 September 2024

 

Hati Batu Dukun Akademisi

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

Goresan ini diawali dengan kalam QS An-Nas, ayat 6, yang artinya; “Aku berlindung kepada-Nya dari setan pembisik kejahatan dan kesesatan yang berasal dari golongan jin, yakni makhluk halus yang tercipta dari api, dan juga dari golongan manusia yang telah menjadi budak setan.”

Namun, terlepas penggolongan di atas, di dalam goresan ini hanya akan dinukilkan secuilan kelakuan sebagian dari manusia buhulan. Terutama, mengenai esensi radius logika yang sangat terbatas, sehingga terjadi gulita pikiran kemanusiaaannya.

Mereka yang hanya merasa diri lebih dari yang lain di dalam gurita rupa kesilumanannya. Terutama, bagi mereka yang berbuat jahat kepada sesama hamba Tuhan dengan syihir yang beragam rupa dupa guna menyakitinya. Tentu, kelakuan kebejatan yang super kebiadsban dan menyesatkan memang telah dikutuk oleh Tuhan.

Sama halnya, merasa diri luar biasa dan sangat puas, bila telah melakukan hal demikian. Padahal sesungguhnya, luar biasa kebejatan juga kebiadabannya, di dalam membinasakan diri dan keluarganya, melebihi asfala saafilin menjadi titah naskah sumpah telah dikutukin oleh Tuhan tanpa ampun!

Rasa siksaan dari segala yang dilakukannya, bukan hanya dirasakan di dunia fana ini, akan tetapi terlebih juga di akhirat  kelak menanti. Sebagaimana, menurut Ibnu Katsir, menafsirkan tentang hakikat dari kandungan pesan QS. Al-Kahfi Ayat 29.

Bahwasanya, di akhirat “... orang-orang yang zalim meliputi orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan Kitab-Nya. '... Mereka akan diberi siksa neraka berupa tembok api yang mengepungnya.”

Tembok api Neraka, yakni dari tumpukan batu membara yang memang menjadi bahan bakarnya, adalah manusia dan batu, sebagaimana dititahkan QS. At_Tahrim: 6, berartian:

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu...”

Sekalipun, telah diketahuinya demikian, tetap saja diperbuatnya, dan bahkan batu dijadikan mediasi tumbalannya. Sungguh luar biasa kebejatan hati telah menjadi batu kesesatan waladholin berkaram. _Astagfirullahaladzim .

Mungkin akan timbul pertanyaan menggelitik, apakah kelakuan demikian di atas, hanya didagelani oleh orang awam tak sekolahan saja, selama ini yang kesannya dianggap bodoh oleh para akademisi dan agamawan_?

Malahan, justru sebaliknya para akademisi bertitel maksimal profesor pun, dan plus agamawan penghafal ayat dimaksudkan di atas, juga menggunakan jasa mereka yang dikesankan sangat bodoh dan binasa tersebut.

Apalagi para pejabat, jangan pula ditanya lagi, mungkin telah menjadi diksi publik, sungguh tidak sedikit yang belajar dan menggunakan jasa buhulan para dukun, guna meloloskan ambisi masif terselubungnya masing-masing.

Ambisi masif terselubung sesuai kadarnya, tidak hanya terjadi pada rimba kenegaraan, tetapi di dalam institusi akademisi pun terjadi, baik berparas umum maupun berpolesin rasa keagamaan pun. Sekalipun, diruqyah massal pun tidak mempanan, dikarenakan kadar karatnya telah membuhul bah berbatuan tulen.

 

Diruqyah Pimpinannya

 

Saya membagi tautan singkat di facebook/fb, tepatnya tanggal 22Juni 2022, lebih kurang goresannya, sbb: “Mestinya, pimpinan Persyarikatan dan Amal Usaha Muhammadiyah / AUM, terutama PTM_nya diruqyah agar bersih dari kesyirikan Ilmu Hitam.”

Dalam diksi tautan ini, sungguh banyak komentar bermunculan yang beragam dan me-like-nya, di samping ada juga yang turut membagi pada media sosial yang lainnya. Namun, pada goresan ini akan tampilkan yang sangat menarik, di antaranya komentar Ading Sutisna dan Kang Tatang Ruchiyat.

Adapun komentar dari, Ading Sutisna, Kalau tidak salah, sekitar tahun 1996-an, saya pernah mendengar langsung dari teman saya, seorang akuntan terkait pengalaman dirinya dan Timnya disantet ketika sedang memimpin Tim Audit PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) Wilayah Jakarta.

Ketika Muhammad Amien Rais (MAR) menjadi Ketum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM), ia mendengar banyak penggelapan terjadi di lingkungan PTM di wilayah Jakarta.

Untuk mengetahui dan melakukan pembenahan, Bpk. MAR lantas membentuk Tim Audit yang dipimpin teman saya, Bpk. HM, SE, Akt, MM.

Menurut ceritanya, ketika hari pertama pemeriksaan, dia dan timnya lancar-lancar saja, tapi pada hari-hari selanjutnya, berbagai jenis hambatan dalam bentuk metafisik mulai dialami.

Awalnya, teman saya tidak percaya, masa di lingkungan organisasi Muhammadiyah, ada oknumnya untuk menutupi penggelapannya dengan kejahatan syirik. Untungnya, orang-orang yang menjadi korban santet tidak sampe ada yang meninggal.

Kalau begitu, bernar adanya semakin meyakinkan status di atas, dan mestinya Pimpinan Pusat Muhammadiyah melakukan tindakan tentang hal ini. Sungguh merusak AUM kelakuan demikian, yang tidak mestinya dan bisa ditoleror di Persyarikatan.

Kemudian, saya membalas; Terimakasih pak Ading Sutisna, ini menjadi bukti nyata, Bapak telah memberi dan menyelamatkan misi pesyarikatan, sebagaimana dikomentar oleh kiyai Agus Tri Sundani sebelumnya, mereka tidak membaca  Mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah. Bermisi utama Tauhid.

Sekali lagi, Pak Ading Sutisna, saya haturkan syukron katsiran, semoga menjadi masukan kepada PPM tersampaikan dengan santun kepada  Majelis Diktilitbang Muhammadiyah, membaca ini dengan kebeningan sebagai misi utamanya untuk membina, termasuk oleh majelis tabligh ustad Muhammad Ziyad, buya Risman Muchtar, Dr. H. Zaenuddin Ahmad,  Dr Mukhaer Pakkanna, senior Sudibyo Markus, dll.

Dibalas lagi oleh Ading Sutisna; Maman A Majid Binfas, meski terlambat, Perserikatan Muhammadiyah sudah seharusnya menerapkan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) dalam setiap Amal Usahanya melalui IPO di Pasar Modal Syariah.

Terus, saya membalas, Sepakat pak Ading Sutisna, di samping, membersihkan kelakuan yang menodai dan bertentangan dengan cita-cita perjuangannya.

Kemudian, Ading Sutisna; Maman A Majid Binfas resepnya: Pengembangan SDM Muhammadiyah berdasarkan 5 karakter: S.I.F.A.T (Sidik, Istiqomah, Fathonah, Amanah, Tabligh) dan Pengembangan organisasi berdasar 5 prinsip D.A.P.A.T (Demokratis / Partisipatif, Adaptif, Profesional, Amanah, Transparan). Pengamalan SIFAT + DAPAT akan lebih optimal jika suatu amal usaha atau organisasi usaha IPO di pasar modal.

Saya membalas; Ya, sepakat pak Ading Sutisna, dalam buku saya juga disinggung masalah ini, berdasarkan wawancara saya Prof. Malik Fajar (alrhm), dapat dibaca pada https://books.google.co.id/books/about. Meluruskan_sejarah_Muhammadiyah_NU.html.id=_7bAswEACAAJ&redir_esc=y, Ini tidak menggurui atau mau menunjukkan pak. Syukron katsiran

Terlepas, komentar di atas, bahkan terjadi kelakuan adu berbuhulan pun, di saat pemilihan pimpinan, baik pada tingkat paling pucuk hingga akar tarik tambang penunjukan kaprodi saja dilakukan hal kesyirikan, ini menurut yang inbox fb tanpa mau disebut namanya, bukan berarti digulitakan identitasnya.

Jadi, kelakuan berbuhulan, sungguh disayangkan dan sangat mengherankan dagelan saraf logika akademisi yang demikian. Bahkan, di antara mereka baku sikatan silumanan karena berebutan jabatan terselubung, justru orang lain jadi tumbalan getahannya. Maka, esensi karakter kesesatan memang hobinya adu domba guna menghilangkan jejak kebejatan kelakuan dungunya.

Bahkan menurut komentar pada inbox fb, di institusi lain, ada yang lebih bengis, yakni saling balas dendam membara antar kelompok yang mendukung di dalam pemilihan, bila sebelumnya yang digusung tak terpilih, maka bila menang pada ronde selanjutnya, maka semua gerombolan yang bukan pendukungnya akan disapu rata untuk dibabat habis.

Bukan saja secara kasat mata tetapi nyata. Mereka yang tidak memilihnya dalam pemilihan, maka mesti diganti semua komponennya. Bahkan jabatan struktur dan unit lain yang ada lawan politiknya juga demikian, dan berhingga mata kuliah pun disapu rata hingga ke akar akarnya.

Boleh dikesankan esensi pendidikan yang mencerdaskan, justeru dijadidikan lembaga kedunguan super majnun ketulenannya, dan tak ada tandingan di semesta ini. Itu sama halnya dengan mengundang mautan kecerdasan sesungguhnya, sebelum waktu kematian ditakdirin akan tiba masanya oleh Tuhan.

Selanjutnya, berkaitan dengan komentar Kang Tatang Ruchiyat: Karena di dalamnya ada gula dan gula manis ... dan gula jadi target semut, saking banyaknya semut berkaki dua saling senggolan..beda dengan semut beneran teratur bawa gulanya alias berjejer.

Saya membalas, dengan memberi  tanda jempol "OK" dalam bentuk emoroji.

Tanda emoroji jempolan berarti tanda persetejuan juga tentang esensi dari kemantapan komentarnya. Tanda demikian, menjadi komunikasi sangat efektif di dalam dunia media sosial, bila ada kesibukan bah mengejar tayang akan kegiatan rutinitas. Di samping, kesibukan lain berkaitan dengan kegiatan berkumpul sama keluarga, tetapi bukan berbuhulan sihiran bah sub topik goresan tahun 2021, berikut ini.

 

Koq Sihiran Sama Keluarga

 

Kenapa bukan kepada penjajah Belanda dulu? Bolehkan muncul rasa keheranan, kenapa saat dijajahan Belanda dan Jepang, para dukun dan tukang sihir serta gerombolannya, tidak menggunakan kelihaian mantra menyihirnya.

Koq, sama keluarga dan tetangganya, karena rasa tersinggung sedikit, mereka mengunakan ilmu sihir dengan kekuatan bergerombolan, bahkan berbagai ragam jurus mantra pertapaan yang digunakannya.

Ataukah karena mereka tahu, dan juga pura-pura tidak tahu; tentang haqikat QS. Thaahaa: 65-69 yang artinya: “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang’.”

Islam dan termasuk agama lain, menyatakan sihir sebagai perbuatan terlarang. Hukum melakukan sihir adalah haram.

Hal demikian, merupakan perbuatan dan termasuk yang menyuruhnya melakukan sihir itu sendiri mengandung kemusyrikan, terdapat unsur pelanggaran akidah, serta campur tangan Setan, dan Iblis.

Tingkat keharaman sihir amat berat karena termasuk salah satu dosa besar yang  tidak diampuni, manakala tidak segera bertobat. Tentu, Neraka jahanam tempat yang layak baginya. Sadarilah, orang majnun / gila tulen pun masih mau menyadarinya, dan tetap mengingat Tuhannya.

Jadi, tidak keliru manakala kehadiran Goresan Bersumpah Demi Allah di Pedoman Karya, (04/9/2024), dan penggalan sub topiknya akan dinukilkan berikut ini.

 

Bersumpah Demi Allah

 

Insya Allah, demi Allah jadi sumpah. Lebih dari bumbu rujak, diremuk, bahkan lebih dari debu lava gunung api nan membara hingga akar-akar telur bakteri pun akan diluluhlantahkan.

Bersumpah, demi Allah, jangankan ditatap atau disentuhin orangnya, goresan tinta pun akan menyambar bagai halilintar.

Juga akan menggetarkan hingga tersungkur, melebihi tebasan sangkur juga pelor dan bertautan bah ditancap tombakan Raja Singa Allah dalam ke Alif Lam Mim diberkahi.

Dan Insya Allah, kini saatnya untuk sapu rata tanpa kata, dan tentu tak akan berarti segala mantra jutaan para dukun apapun berhati batu. Sekalipun, di-google oleh para akademisi berhingga kiamat pun akan tetap “Ukhruj Ya ‘aduwallah.” Insya Allah, demi Allah.

Wassalam, Wallahu alam


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama