Kedipan Mata Raja Sulaiman

“Ampun paduka, saya terlambat, karena saya dari sebuah kerajaan yang jauh. Saya sedang mengamati kerajaan itu bernama Saba. Penduduknya menyembah matahari. Sedangkan rajanya seorang wanita,” kata Hud-Hud seperti melapor. (int)


------

PEDOMAN KARYA

Jumat, 06 September 2024

 

CERPEN

 

Kedipan Mata Raja Sulaiman

 

Karya:  Anwar Nasyaruddin

 

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Matahari bersinar redup, terhalang barisan awan cumulus yang bergerak ke arah barat.

“Pengawal! Pengawal!” Tiba-tiba Raja Sulaiman memanggil pengawal pribadinya dari ruang tengah istana kerajaan – yang terletak di Yerusalem.

“Ya paduka,” jawab pengawal pribadi Raja Sulaiman sambil duduk menundukkan kepala.

“Sampaikan kepada Sareang, agar semua  bala tentara kerajaan segera berkumpul di alun-alun,” perintah Raja Sulaiman.  Perintah  ini merupakan kegiatan rutin demi menjaga keutuhan dan kesiap-siagaan pasukan kerajaan.  

“Siapa saja yang harus berkumpul paduka?” tanya pengawal pribadi Raja Sulaiman.

“Ya, semua pasukan yang ada. Dari bangsa  manusia, bangsa jin dan bangsa burung. Mereka harus berkumpul sebelum duhur,” ujar Raja Sulaiman tegas.

Pengawal pribadi bergegas menemui Sareang – seorang pesuruh kerajaan yang tugasnya sebagai penyampai perintah raja. Sareang menemui terlebih dahulu komandan pasukan dari bangsa manusia,

“Hormat Bapak, ada perintah langsung paduka raja, agar segera mengumpulkan pasukan di alun-alun istana.”

“Siap dilaksanakan,” kata komandan pasukan bangsa manusia untuk seluruh wilayah kerajaan.

Sareang bergegas menemui komandan pasukan bangsa jin.

“Hormat, ada perintah langsung paduka Sulaiman untuk segera berkumpul semua pasukan di alun-alun.”

“Siap dilaksanakan,” jawab komandan pasukan dari bangsa jin dari golongan Ifrid.

Kemudian, Sereang bergegas menyusuri koridor istana yang terbuat dari marmer hijau muda, menuju ruangan komandan pasukan dari bangsa burung dari jenis Hud-Hud.

“Mana komandan kalian Hud-Hud?” tanya Sareang kepada seekor burung gagak, sebagai staf di ruangan itu.

“Sejak kemarin, Hud-Hud tidak terlihat. Saya juga tidak tahu kemana. Padahal biasanya kalau ia akan pergi ke suatu tempat, ia sampaikan kepada saya, agar kalau ada yang mencarinya diketahui kemana perginya.”

“Kalau begitu, segera sampaikan kepada seluruh pasukan burung agar berkumpul di alun-alun sebelum duhur. Ini perintah paduka,” kata Sareang.

“Siap dilaksanakan,” jawab burung gagak.

Menjelang siang, para pasukan dari  bangsa manusia, bangsa jin dan bangsa burung sudah berkumpul di alun – alun istana. Sareang mengamati dari pelataran istana, tempat biasanya keluarnya paduka Sulaiman dari ruang depan menuju alun-alun.

Ia melihat dari kejauhan, apakah burung Hud-Hud sudah datang atau belum? Ia kuatir burung Hud-Hud belum juga datang, sementara Raja Sulaiman sebentar lagi keluar memeriksa pasukan. Kalau itu terjadi, pasti paduka marah besar melihat tidak hadirnya burung Hud-Hud.

Kekuatiran Sareang menjadi kenyataan, Nabi Sulaiman keluar dari istana menuju alun-alun dikawal sejumlah pengawal dari bangsa manusia dan bangsa jin. Sareang ikut di belakang rombongan Raja Sulaiman.

Hatinya berdebar-debar, apa yang akan terjadi sebentar kalau paduka tahu komandan pasukan burung tidak terlihat. Ia pasti marah besar. Sudah menjadi pengalaman, kalau ada perintah Raja Sulaiman tidak ditaati pasti ia marah besar dan langsung menghukum yang melanggarnya. Raja Sulaiman sangat disiplin, dan semua manusia, jin dan burung dalam kerajaan tahu bagaimana tegasnya raja ini.

Tiba di alun-alun, Raja Sulaiman langsung memeriksa pasukan kerajaan dengan menerima laporan dari setiap komandan pasukan. Ketika mengetahui, komandan Hud-Hud tidak terlihat datang melapor, Raja Sulaiman langsung berkata, “Mana Hud-Hud saya tidak melihatnya? Mengapa ia tidak ikut ambil bagian dalam konsolidasi pasukan?”

Semua yang hadir tidak ada yang menyahut, semua menundukkan kepala. Sareang yang ada di belakang rombongan Raja Sulaiman merasakan jantungnya berdegup kencang, tangan dan kakinya bergetar tak disengaja. Ia menundukkan kepala.

“Pasti, aku dicari paduka sebentar kalau tidak ada yang memberi informasi,” bisiknya dalam hati.

“Mana Sareang! Coba ke sini!” Sereang yang mendengar disebut namanya langsung berjalan cepat dan menghadap Raja Sulaiman dengan tata cara kerajaan.

“Kemana Hud-Hud. Mengapa ia tidak ikut dalam konsolidasi ini?” tanya Raja Sulaiman.

“Maaf paduka, saya juga tidak tahu kemana. Saya sudah cari kemana-mana tapi tidak ketemu. Anak buahnya juga saya tanya, tidak tahu kemana. Tidak ada informasi kemana Hud-Hud.” jawab Sareang terbata-bata.

“Kalau Hud-Hud sudah mulai tidak disiplin, saya akan hukum dia. Kalau perlu saya penggal dia. Siapa saja yang melanggar aturan kerajaan akan mendapat ganjaran,” kata Raja Sulaiman mengancam.

Tiba-tiba terlihat dari kejauhan di angkasa, burung Hud-Hud sedang terbang mendekati alun-alun. Ketika tiba di tanah bergegas mendekati Raja Sulaiman yang sedang berdiri marah.

“Ampun paduka, saya terlambat, karena saya dari sebuah kerajaan yang jauh. Saya sedang mengamati kerajaan itu bernama Saba. Penduduknya menyembah matahari. Sedangkan rajanya seorang wanita,” kata Hud-Hud seperti melapor.

“Apa betul informasimu itu Hud-Hud? Kau tidak berdusta?” tanya Raja Sulaiman.

“Bila paduka belum percaya informasi saya ini, bisa kirim orang untuk membuktikannya,” kata Hud-Hud membela diri.

“Baik-baik, saya akan kirim orang untuk menyelidikinya,” kata Raja Sulaiman kemudian.

 

***

Namun Raja Sulaiman tidak mengirim utusan, untuk membuktikan informasi burung Hud-Hud itu. Karena ia tahu tidak mungkin Hud-Hud berbohong kepadanya. Raja Sulaiman kemudian memanggil komandan pasukan burung itu untuk mendapatkan informasi lebih jauh.

Dari burung Hud-Hud, Raja Sulaiman mendapat informasi bahwa ratu kerajaan Saba bernama Balqis yang sangat cantik, hanya sayang ratu dan rakyat kerajaan itu menyembah matahari.

Menurut Burung Hud-Hud kepada Raja Sulaiman, letak kerajaan itu di Yaman – sebuah wilayah yang jauh, dalam hitungan manusia masa depan berjarak 2.249 kilometer dari Yerusalem. Apabila ditempuh dengan jalan darat membutuhkan waktu sekitar sebulan perjalanan. Sedangkan burung Hud-Hud sendiri ketika ke sana membutuhkan perjalanan sehari penuh.

Dari informasi Komandan pasukan burung ini, raja Sulaiman semakin bergairah untuk menaklukkan kerajaan tersebut. Sebagai seorang raja sekaligus nabi, mendapat tugas dari Allah SWT untuk menyerukan kepada manusia untuk hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Selain menaklukkan kerajaan juga menaklukkan ratunya, sehingga otomatis rakyatnya akan ikut perintah rajanya. Begitu yang terlintas di pikiran Raja Sulaiman.

Raja Sulaiman kemudian menulis sepucuk surat yang ditujukan kepada ratu kerajaan tersebut. Ia meminta Hud-Hud membawa surat itu dan menjatuhkan di hadapan ratu, ketika sedang santai di pekarangan istananya, kemudian diminta mengamati dari jauh, bagaimana sikap ratu setelah membacanya.

Perintah Nabi Sulaiman dilakukan. Burung Hud-Hud melihat ratu Kerajaan Saba memungut surat tersebut dan membacanya. Isi surat itu dimulai  dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Nabi Sulaiman meminta agar ratu beserta penduduknya meninggalkan agama nenek moyang mereka menyembah matahari.

Selanjutnya mereka harus hanya menyembah Allah SWT pencipta alam semesta. Kalau menolak maka pasukan Raja Sulaiman mengancam akan mengirim bala tentara yang banyak dan menguasai negeri itu.

Ancaman Raja Sulaiman ternyata membuat Ratu Balqis bergeming. Setelah bertemu dengan penasehatnya, tidak lama kemudian, kerajaan penyembah matahari tersebut mengirim utusan dan membawa berbagai macam hadiah. Namun Nabi Sulaiman mengatakan tidak ada artinya hadiah tersebut, dibandingkan apa yang telah diberikan Allah SWT kepadanya.

Nabi Sulaiman hanya berpesan kepada utusan kerajaan tersebut agar raja dan penduduk Kerajaan Saba meninggalkan keyakinan lamanya dan hanya menyembah Allah SWT. Akhirnya utusan itu pulang membawa pesan dari Raja Sulaiman.

Burung Hud-Hud mendapat tugas khusus dari Raja Sulaiman untuk mengamati terus dari kejauhan segala aktifitas ratu maupun rakyat Kerajaan Saba itu. Kemudian datang informasi yang dibawa Hud-Hud,  bahwa raja kerajaan Saba, Ratu Balqis akan berkunjung  ke kerajaan Sulaiman.

Sebagai utusan Allah SWT. Raja Sulaiman harus bertindak untuk mempengaruhi ratu kerajaan itu agar menyembah Allah SWT. Kalau rajanya sudah ditaklukkan, rakyatnya pasti ikut. Boleh jadi rencana ratu kerajaan Saba berkunjung untuk mempengaruhinya dengan berbagai macam bujuk rayu agar ia tidak menyerang kerajaan tersebut. Untuk itu Raja Sulaiman berfikir bagaimana cara menaklukkan ratu Saba ini.

Ketika datang informasi dari burung Hud-Hud bahwa ratu kerajaan Saba telah dalam perjalanan, dan dalam beberapa hari sudah tiba di Yerusalem.

Raja Sulaiman kemudian mengumpulkan para pembesar kerajaan dari bangsa manusia, bangsa jin dan bang⁷sa burung. Ia memimpin pertemuan tersebut dan  ingin ada solusi agar penduduk kerajaan yang belum menyembah Allah SWT harus ditaklukkan dengan cara elegan dan terhormat.

“Saudara-saudara sekalian, sengaja saya mengumpulkan kalian di sini karena ada masalah tauhid. Ada sebuah kerajaan nun jauh di sana yang rakyatnya hidup makmur dan sejahtera, namun sayangnya mereka masih menyembah matahari. Ratu kerajaan itu akan tiba di sini dalam beberapa hari ini. Kita harus perlihatkan kelebihan dan kekuatan kita agar mereka takluk dan mau menyembah Allah SWT. Kita tidak bisa membujuknya dengan harta, karena negeri itu sudah makmur. Saya harap diantara kalian ada yang bisa memberi jalan keluar,” kata Raja Sulaiman.

Suasana hening sejenak. Kemudian terdengar suara, “Bagaimana kalau kita menaklukkan dengan menyerbu kerajaan Saba itu paduka? Bukankan kita memiliki ribuan pasukan dari bangsa manusia, bangsa jin dan bangsa burung,” ujar salah seorang pembesar kerajaan dari bangsa manusia.

“Selama masih ada jalan yang lebih lunak, kekerasan tidak boleh dilakukan. Kita harus cari jalan keluar yang terbaik,” kata Raja Sulaiman.

Semua pembesar kerajaan terdiam. Masing-masing berpikir, apa yang harus dilakukan. Raja Sulaiman juga berfikir. Ia meminta petunjuk kepada Allah SWT.

Keheningan ruang pertemuan itu berubah hidup ketika Raja Sulaiman berkata, “Para pembesar kerajaan, saya mempunyai ide. Siapakah diantara kalian yang bisa memindahkan istana kerajaan Saba itu ke sini? Kalau ada yang bisa, maka ketika ratu mereka datang ke sini, kita perlihatkan kekuasaan Allah SWT. Kita harus lakukan sekarang.”

Seorang pembesar kerajaan dari bangsa jin golongan Ifrid tiba-tiba berkata, “Sebelum paduka berdiri dari tempat duduknya, istana itu sudah ada di sini.”

“Ada yang lain?” tanya Raja Sulaiman.

Suasana hening sejenak lagi. Kemudian seorang pembesar kerajaan dari bangsa manusia dari golongan ahli ibadah berkata, “Sebelum paduka mengedipkan matanya, istana itu sudah ada di sini.”

Sesaat lantai istana kerajaan terasa bergetar.

“Ada apa ini?” tanya Raja Sulaiman yang ikut merasakan getaran lantai.

“Istana itu sudah ada di samping istana paduka,” kata ahli ibadah.

“Alhamdulillah. Maha besar kekuasannmu ya Allah,” doa Raja Sulaiman.

Raja Sulaiman bergegas keluar ingin melihat istana kerajaan Saba yang sebelumnya ada di Yaman sudah berpindah ke Yerusalem.

Kalau begitu sudah ada jalan keluarnya. Kita akan memperlihatkan bahwa apa yang mereka miliki tidak ada apa-apanya dibanding pemberian Allah SWT kepada negeri kita ini. Insya Allah, mereka akan berserah diri.” Kata Raja Sulaiman kemudian.***



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama