Menyambut Mahasiswa Baru dengan Kegembiraan dan Tanpa Kekerasan

MAHASISWA BARU. Sudah saatnya kita menghapus segala bentuk perpeloncoan dalam penyambutan maba. Mari ciptakan suasana yang ramah, mendidik, dan membangun semangat positif bagi mahasiswa baru. Dengan demikian, mereka dapat memulai perjalanan akademis dengan penuh antusiasme dan harapan, serta siap untuk meraih berbagai prestasi di masa depan. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)

 

-----

PEDOMAN KARYA

Jumat, 06 September 2024

 

Menyambut Mahasiswa Baru dengan Kegembiraan dan Tanpa Kekerasan

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

 

Penyambutan mahasiswa baru (maba) merupakan salah satu tradisi penting dalam dunia pendidikan tinggi yang telah mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu. Pada era 1950-an hingga awal 1980-an, penyambutan maba sering kali dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi, yang dikenal dengan istilah perpeloncoan.

Pada masa itu, mahasiswa senior sering kali memperlakukan maba dengan kasar dan merendahkan martabat mereka. Mereka dipaksa melakukan berbagai tindakan yang tidak pantas, seperti merangkak, mengemut permen dari mulut ke mulut, melakukan push up, berlari tanpa henti, dan berbagai bentuk kekerasan lainnya.

Perpeloncoan ini diduga merupakan warisan dari penjajahan, di mana mahasiswa senior seolah-olah menjajah maba dengan dalih “menguji mental”, padahal metode yang digunakan lebih mirip dengan tindakan penindasan daripada pendidikan. Banyak mahasiswa baru yang menderita akibat perlakuan ini, bahkan ada yang harus dirawat di rumah sakit dan tragisnya, beberapa kasus berujung pada kematian.

Pimpinan kampus dan dosen sering kali kesulitan mengendalikan perilaku mahasiswa senior yang terlanjur terbiasa dengan praktik perpeloncoan ini. Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk memodifikasi bentuk orientasi mahasiswa baru menjadi lebih positif, tetap saja ada segelintir mahasiswa senior yang berusaha melanjutkan tradisi tersebut dengan cara yang berbeda.

Berbagai perbaikan memang telah dilakukan, namun masih ada mahasiswa senior yang beralasan bahwa perpeloncoan diperlukan untuk “menguji mental” mahasiswa baru agar lebih kuat dan tidak mudah menyerah menghadapi tantangan perkuliahan.

Alasan ini sering kali menjadi dalih untuk melanjutkan tradisi yang seharusnya sudah lama ditinggalkan, padahal ketangguhan mental mahasiswa baru dapat dibentuk melalui kegiatan yang lebih mendidik dan membangun, seperti diskusi terbuka, pelatihan soft skills, atau kegiatan sosial yang bermanfaat.

Tidak ada manfaat nyata yang diperoleh dari kekerasan atau penghinaan, dan tindakan semacam itu hanya akan menanamkan rasa takut dan trauma bagi maba. Sebaliknya, maba yang diperlakukan semena-mena atau kurang baik, bisa jadi akan memendam dendam kepada mahasiswa senior yang dianggap telah menganiaya atau memperlakukan dirinya secara kurang baik.

Lebih dari itu, tidak dapat dipungkiri bahwa ada pula oknum mahasiswa senior yang memanfaatkan posisi mereka untuk mengambil keuntungan pribadi, seperti meminta uang atau barang kepada mahasiswa baru.

Mahasiswa baru sering kali merasa tertekan dan tidak mampu menolak, sehingga tindakan semacam ini tidak hanya mencederai moral, tetapi juga mengikis rasa kebersamaan yang seharusnya tumbuh di lingkungan kampus.

Sudah saatnya mahasiswa senior mengambil peran sebagai teladan yang baik, menyambut mahasiswa baru dengan kegembiraan dan tanpa kekerasan, serta menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang merugikan semua pihak. Mari kita bersama-sama menciptakan atmosfer kampus yang penuh dengan saling mendukung, menghormati, dan membangun.

Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menghargai martabat manusia, penyambutan maba seharusnya dilakukan dengan cara yang menggembirakan dan tanpa kekerasan. Mahasiswa baru adalah tamu atau anggota keluarga baru di kampus, yang seharusnya disambut dengan hangat dan penuh penghormatan.

Penyambutan yang ideal adalah memberikan maba pengalaman yang positif dan bermanfaat. Mereka seharusnya diperkenalkan dengan lingkungan kampus, proses perkuliahan, organisasi kemahasiswaan, pelatihan dan keterampilan tambahan, serta berbagai kompetisi yang dapat mereka ikuti di kemudian hari, baik di tingkat internal maupun eksternal. Orientasi yang diberikan haruslah berfokus pada prestasi dan masa depan, bukan pada penderitaan atau penindasan.

Sudah saatnya kita menghapus segala bentuk perpeloncoan dalam penyambutan maba. Mari ciptakan suasana yang ramah, mendidik, dan membangun semangat positif bagi mahasiswa baru. Dengan demikian, mereka dapat memulai perjalanan akademis dengan penuh antusiasme dan harapan, serta siap untuk meraih berbagai prestasi di masa depan.***

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama