------
Kamis, 19 September 2024
Usman Jasad: Nabi Muhammad Berdagang
dengan Jujur, Amanah dan Dapat Dipercaya
Kuliah Tamu dan Silaturrahim Dosen FAI
Unismuh Makassar
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA).
Nabi Muhammad dikenal sebagai seorang pedagang yang sangat sukses. Pada usia 25
tahun, ia telah berhasil menjadi seorang pengusaha yang sukses, cemerlang, dan
kaya raya. Ia sering melakukan perdagangan hingga ke luar negeri.
“Banyak pelajaran dan teladan yang bisa
diambil dari cara Rasulullah (Nabi Muhammad) berdagang dengan jujur, amanah,
dan dapat dipercaya,” kata Direktur Utara PT. Al-Bayan Permata Ujas (Ujas Tour)
yang juga Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Muhammadiyah Sulsel dan Dosen Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Dr Usman Jasad.
Hal itu ia sampaikan dalam kuliah tamu dan
silaturrahim dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah
(Unismuh) Makassar, di Kampus Unismuh, Jalan Sultan Alauddin Makassar, Kamis,
19 September 2024, yang dihadiri Dekan FAI Unismuh Dr Amirah Mawardi, para
wakil dekan, para ketua program studi, ketua lembaga fakultas, serta puluhan
dosen FAI Unismuh Makassar.
Usman Jasad yang saat ini juga menjabat Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia (DPP Kesthuri), membawakan kuliah tamu dengan tema: “Pendidikan Enterpreneurship sebagai Sarana Dakwah dalam Era Digital” dan judul “Rasul sebagai Pedagang.”
“Apa yang menyebabkan Rasulullah mencapai kesuksesan tersebut? Jawabannya terletak pada komitmennya yang tinggi terhadap akhlak dan etika dalam berdagang,” kata Ustadz Ujas, sapaan akrab Usman Jasad.
Dalam berdagang, katanya, Rasulullah dikenal
sebagai seorang marketer yang selalu jujur dan transparan dalam menyampaikan
informasi produknya. Jika ada kekurangan atau cacat pada produk, beliau
langsung mengungkapkannya, tanpa menyembunyikan apapun.
Nilai shiddiq dalam pemasaran dapat
diterapkan dengan memberikan informasi yang akurat tentang produk yang
dipasarkan.
“Seorang marketer diharapkan selalu
berbicara dan bertindak dengan benar, mencerminkan kondisi nyata dari produk
yang ditawarkan,” kata Ustadz Ujas.
Rasulullah dapat dipercaya dan amanah (trustworthy)
sebagai seorang pedagang, dan seorang pebisnis memang harus menjadi sosok yang
dapat dipercaya, memegang amanah atau
komitmen.
“Selama menjadi pedagang, Rasulullah selalu
mengembalikan hak milik atasannya, yaitu hasil penjualan dan sisa barang. Bagi
seorang pekerja marketing, nilai amanah berarti menjadi pribadi yang jujur dan
bisa diandalkan. Perusahaan akan meraih keuntungan besar dari pekerja yang
amanah. Pekerja yang amanah tidak akan berbohong dan membangun citra positif di
mata pelanggan,” tutur Ustadz Ujas.
Kunci sukses Rasulullah dalam berdagang
yaitu beliau argumentatif dan komunikatif. Mampu menyampaikan keunggulan produk
dengan cara yang menarik dan tepat sasaran, sambil tetap menjaga kejujuran dan
transparansi.
“Pedagang harus memiliki ide-ide segar dan
menyampaikannya dengan jelas dan mudah dipahami oleh audiens. Menjadi
komunikator yang andal dan dapat menjembatani hubungan antara perusahaan dan
pelanggan. Jika tidak memberikan informasi yang diharapkan, hal ini
bisa menjadi masalah besar, misalnya pelanggan mungkin akan berpaling ke produk
dari perusahaan lain akibat penjelasan yang kurang memadai,” papar Ustadz Ujas.
Rasulullah juga pebisnis cerdas dan bijaksana
(intelligent and wise), benar-benar memahami, menghayati, dan mengenal tugas
serta tanggung jawabnya.Pebisnis dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan
untuk melakukan inovasi yang bermanfaat bagi perusahaan.
“Memiliki kualitas ini sangat penting
untuk meraih kesuksesan, terutama dalam menghadapi persaingan yang tidak sehat
seperti yang kotor, korup, rumit, kacau, dan canggih,” ujar Ustadz Ujas.
Nilai fathonah (kecerdasan), katanya, juga
sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam pemasaran. Jika sebuah perusahaan memiliki sumber daya manusia
(SDM) yang cerdas, ini akan membantu perusahaan mencapai profitabilitas
maksimal.
“Marketer yang cerdas tidak akan merugikan perusahaan. Ia justru memberikan kontribusi yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemasaran,” tandas Ustadz Ujas. (zak)