----------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 17 September 2024
Obrolan Daeng Tompo' dan Daeng Nappa':
Pemain Pukul Wasit
di Lapangan
“Kelewatan memang itu wasitnya,” kata
Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi pagi di teras rumah Daeng Tompo’.
“Wasit apa ini, pertandingan apa?” tanya
Daeng Tompo’ tidak mengerti apa yang dibicarakan Daeng Nappa’.
“Itu pertandingan sepakbola PON antara
tuan rumah Aceh melawan Sulteng. Wasit yang memimpin pertandingan kentara
sekali tidak netral,” kata Daeng Nappa’.
“Tidak netral bagaimana?” tanya Daeng
Tompo’.
“Wasit memberikan tiga kartu merah kepada
pemain Sulteng dan memberikan dua hadiah penalti kepada tim tuan rumah Aceh,
dan semua keputusan wasit itu tidak wajar,” kata Daeng Nappa’.
“Jadi?” potong Daeng Tompo’.
“Akhirnya salah satu pemain Sulteng
memukul wasit di lapangan dan wasit itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit
kemudian digantikan oleh wasit lain. Tim Sulteng kemudian keluar meninggalkan
lapangan sebagai bentuk protes, padahal pertandingan belum berakhir dan skor
masih 1-1,” tutur Daeng Nappa’.
“Jadi Tim Aceh menang WO?” tanya Daeng
Tompo’.
“Betul. Tim tuan rumah Aceh menang WO dan
maju ke semifinal,” jelas Daeng Nappa’.
“Kalau mundurnya karena protes itu wajar,
tapi jangan juga pukul wasit,” ujar Daeng Tompo’.
“Sebenarnya tidak boleh memang, tapi
kelewatan memang itu wasitnya,” kata Daeng Nappa’.
“Minumki dulu kopita’, kayaknya marah
sekaliki ini kuliat,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum. (asnawin)
Selasa, 17 September 2024
-------
Keterangan:
Minumki dulu kopita’ = Minulah dulu
kopinya
Kayaknya marah sekaliki = Kayaknya Anda
marah sekali