PON Aceh-Sumut Pertemukan Dua Sahabat Setelah 33 Tahun Berpisah

Suwardi (kiri) dan Lambertus Ara Tukan. 


-----

PEDOMAN KARYA

Senin, 16 September 2024

 

PON Aceh-Sumut Pertemukan Dua Sahabat Setelah 33 Tahun Berpisah

 

Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 menjadi ajang yang lebih dari sekadar kompetisi olahraga. Bagi dua sahabat lama, Suwardi dan Lambertus Ara Tukan, PON ini menjadi saksi bisu dari pertemuan yang penuh makna, setelah 33 tahun lamanya mereka terpisah oleh waktu dan jarak.

Kisah mereka berawal dari masa kuliah di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujungpandang (sekarang Fakultas Ilmu Keolahragaan dan kesehatan, Universitas Negeri Makassar) pada tahun 1986.

Empat tahun kemudian, tepat di awal 1991, keduanya resmi menyandang gelar sarjana, lalu kehidupan mengalir membawa mereka pada jalan yang berbeda. Suwardi tetap tinggal di Makassar, mengabdikan diri sebagai dosen di almamaternya, FPOK IKIP Ujungpandang, sementara Lambertus menempuh jejak pengabdian sebagai guru di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Seiring berjalannya waktu, takdir terus mengukir perjalanan karier keduanya. Suwardi menapaki karier sebagai Ketua Program Studi Magister (S2) Pendidikan Jasmani dan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM) dan menjadi Wakil Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Sulsel.

Sementara itu, Lambertus menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga NTT, Sekretaris Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) NTT, serta Sekretaris Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) NTT.

Walau raga tak pernah bertemu, hati mereka tetap terhubung lewat grup WhatsApp Alumni FPOK IKIP Ujungpandang. Di balik pesan singkat yang terangkai, tersimpan kerinduan yang terus menanti momen pertemuan.

Dan akhirnya, waktu mempertemukan mereka di arena PON Aceh-Sumut 2024. Suwardi hadir sebagai ofisial Tim Sulawesi Selatan, sementara Lambertus mewakili Tim Nusa Tenggara Timur.

Di tengah riuh rendah kesibukan PON, takdir membawa mereka bertemu di satu titik. Pandangan mereka saling bertemu, dan dalam sekejap, waktu seolah berhenti. Hati yang lama terpisah kembali bertaut, air mata haru tak mampu lagi dibendung.

Suasana penuh nostalgia segera mengisi udara. Mereka berbagi kisah tentang perjalanan hidup, karier, dan kenangan indah semasa kuliah. Tak henti-hentinya mereka mengenang suka duka menjadi mahasiswa FPOK IKIP Ujungpandang, dari latihan fisik di lapangan hingga malam-malam panjang di depan tumpukan tugas akhir.

Di sebuah kafe sederhana di sela hiruk-pikuk PON, secangkir kopi menjadi saksi bisu obrolan yang membawa mereka kembali ke masa muda, seolah waktu tak pernah berlalu.

Pertemuan bersejarah ini tentu tidak disia-siakan. Foto-foto penuh kehangatan segera dibagikan di grup WhatsApp alumni, memicu gelombang kebahagiaan dan haru di antara teman-teman mereka yang lain. Persahabatan yang terjalin lebih dari tiga dekade lalu itu, kini terlihat tetap utuh dan kuat, meski terpisah oleh jarak dan waktu.

Bagi Suwardi dan Lambertus, pertemuan ini bukanlah sekadar reuni biasa. Ini adalah bukti nyata bahwa persahabatan sejati tidak akan pernah lekang oleh waktu. Ikatan yang terbentuk di masa muda mereka telah mengakar begitu dalam, hingga usia dan kehidupan yang berbeda tak mampu memudarkan. Persahabatan mereka, seperti pohon tua yang kuat, tetap berdiri kokoh, meskipun badai dan angin kencang menghampiri.

Dan di antara gemuruh pertandingan dan semarak PON, dua sahabat itu membuktikan bahwa meskipun jarak memisahkan, persahabatan akan selalu menemukan jalannya untuk bertemu kembali. (asnawin aminuddin)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama