-------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 18 September 2024
Prof Ide Said
Tetap Rajin Membaca di Usia 88 Tahun
Usianya telah mencapai 88 tahun, namun semangat Prof. Ide Said tak pernah pudar. Setiap hari, ia setia membaca buku dan Al-Qur’an, seakan tak lelah menimba hikmah dari setiap halaman.
Di tengah usianya yang semakin senja, ia juga masih rutin menyampaikan ilmu melalui pengajian singkat setiap Rabu, ba’da shalat lohor, di Masjid Subulussalam Al-Khoory, Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Prof. Ide Said, sosok guru besar Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Makassar (UNM, dulu IKIP Ujungpandang),
telah menorehkan jejak gemilang dalam dunia pendidikan. Kontribusinya melintasi
dekade, khususnya untuk Indonesia Timur, menjadi warisan yang tak lekang oleh
waktu.
Perjalanan akademisnya adalah kisah
panjang pengabdian, dimulai dari peran sebagai guru di sekolah, hingga menjadi
dosen dan Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) IKIP Ujungpandang (1973-1975).
Tak hanya itu, ia juga pernah menjabat Direktur Program Pascasarjana Unismuh Makassar.
Karya-karyanya di bidang linguistik telah menjadi lentera pengetahuan yang
terus menerangi generasi muda.
Belasan ribu mahasiswa telah beliau bimbing
menuju tangga keberhasilan, meraih gelar sarjana, magister, hingga doktor di
bawah pengarahannya yang penuh dedikasi.
Namanya abadi dalam diktat-diktat yang ia
tulis—sumber ilmu yang tersebar di berbagai fakultas, termasuk Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) yang menjadi tempat saya menimba ilmu.
Diktat-diktat tersebut, pada masanya, menjadi semacam “bacaan wajib” bagi
mahasiswa IKIP Ujungpandang.
Dulu, saya hanya mengenal beliau dari
jauh, terpesona dengan kemampuannya menulis dan menyusun diktat yang begitu
relevan. Namun, takdir mempertemukan kami lebih dekat setelah saya
menyelesaikan gelar sarjana pada awal 1991 dan kemudian bekerja sebagai wartawan
di Harian Pedoman Rakyat (1992-2007).
Dalam banyak kesempatan, saya sering
berinteraksi dengan Prof. Ide Said, baik saat meliput seminar di mana beliau
menjadi pembicara maupun ketika menjadikan beliau sebagai narasumber berita.
Kepiawaiannya mendidik dan membimbing
mahasiswa menjadikannya figur yang dihormati, baik di kalangan kampus maupun di
luar. Walau usia terus bertambah, semangat hidup Prof. Ide Said tetap
menggelora. Hingga hari ini, di usia 88 tahun, beliau masih aktif memberikan
kultum di Masjid Subulussalam Al-Khoory setiap Rabu siang, setelah shalat lohor.
Kehadirannya di masjid bukan semata-mata
untuk mengajar, melainkan juga sebagai manifestasi kecintaannya yang dalam
terhadap ilmu pengetahuan dan agama. Di usia senja, beliau terus berbagi,
menjadikan setiap pengajaran sebagai ladang inspirasi bagi generasi yang lebih
muda.
Seakan waktu tidak mampu membatasi
cintanya pada ilmu, dan dengan penuh ketulusan, Prof. Ide Said terus menanamkan
benih-benih pengetahuan. (asnawin aminuddin)