-----
Kamis, 26 September 2024
WR
II Unismuh Makassar Andi Sukri Syamsuri Pembicara Seminar Internasional Naskah
Nusantara
JAKARTA, (PEDOMAN
KARYA). Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah
(Unismuh) Makassar Prof Andi Sukri Syamsuri tampil sebagai salah satu pembicara
pada Seminar Internasional Naskah Nusantara dengan tema
“Mengantarabangsakan Manuskrip Karya Nusantara”, di Aula PDS HB Jassin, Taman
Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu, 25 September 2024.
Seminar internasional yang
diikuti diikuti 120 peserta terlaksana atas Kerjasama Perpustakaan Jakarta dan
Pusat Dokumen Sastra (PDS) H.B. Jassin dengan Institut Terjemahan dan Buku
Malaysia (ITBM).
Prof Andis, sapaan akrab Andi Sukri
Syamsuri, tampil sebagai pembicara bersama Muhammad Haji Salleh (Sastrawan
Malaysia), Aditia Gunawan, (Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara,
Perpustakaan Nasional RI), Noor Amin Ahmad (Pengerusi Lembaga Pengarah Institut
Terjemahan dan Buku Malaysia), Munawar Holil (Ketua Umum Masyarakat Pemaskahan
Nusantara).
Datuk Awang Azman Awang Pawi
(Pengarah Pusat Kajian Kecemerlangan Melayu, Akademi Pengajian Melayu,
Universiti Malaya), Andi Ima Kesuma (Guru Besar Sejarah Kebudayaan dan
Kepariwisataan Universitas Negeri Makassar), Elis Suryani Nani Sumarlina
(Akademisi Universitas Padjajaran Bandung), serta Undang Ahmad Darsa (Akademisi
Universitas Padjajaran Bandung).
Makalah yang dibawakan Prof
Andis berjudul; “Peranan Generasi Muda dalam Mengangkat dan Melestarikan
Manuskrip Budaya Bugis ke Tahap Global (Nasional dan Internasional)”.
Kepala Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan (Pusip) DKI Jakarta, Firmansyah mengatakan, seminar selain ini
mengenalkan Manuskrip Nusantara juga jadi ajang tukar pandang dan mendalaminya.
“Kegiatan itu juga sebagai
upaya kita memastikan warisan Manuskrip Nusantara tetap terpelihara,” kata
Firmansyah.
Manuskrip Nusantara merupakan
warisan intelektual dan budaya yang memiliki nilai historis dan akademis yang
sangat tinggi. Karena itu, seminar ini dapat memperkaya pemahaman terhadap
naskah-naskah Nusantara dari berbagai perspektif agar dapat diangkat dan dikaji
dalam ranah internasional.
Secara teknis, jelas Firman,
kegiatan ini dibagi menjadi beberapa bagian. Pada bagian pertama, seminar
membahas tantangan dalam upaya pelestarian naskah kuno yang dalam kondisi
rapuh. Upaya pelestarian dilakukan secara fisik dan melalui digitalisasi sebagai
solusi jangka panjang.
Bagian kedua, membahas salah
satu contoh naskah Nusantara yang menjembatani hubungan kekerabatan antar
negara di Asia Tenggara, yaitu naskah Tuhfat al-Nafis. Lalu dalam sesi ini juga
dibahas neberapa naskah sunda bernuansa ensiklopedis yang mengungkap seluk
beluk dan berbagai keahlian dalam masa lampau.
Seminar ini ditutup dengan
Forum Nusantara bertema “Dari Arsip ke Awan: Mengangkat Warisan Nusantara ke
Persada Dunia.”
“Kita akan terus
mengeksplorasi berbagai strategi, mulai dari digitalisasi, penerjemahan,
pelestarian hingga promosi naskah-naskah Nusantara agar dikenal dan diakui
lebih luas oleh masyarakat dunia,” kata Firmansyah. (zak)