Saya meyakini tentang esensi doa bagi orang yang terzalimi tidak akan Zero, namun akan sungguh sangat Hero di hadapan Tuhan. - Maman A. Majid Binfas - |
------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 06 Oktober
2024
Bagiku Zero dan
Bagimu Hero
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Kata hero berasal dari bahasa
Yunani yang berarti pahlawan atau pejuang merasa di atas angin. Kemudian, Zero
dari bahasa Inggris yang identik dengan angka 0 atau kosong. Angka nol 《0》pertama
diperkenalkan oleh Khawarizmi tahun 773 Masehi, untuk bilangan / hitungan
dari bahasa Arab. Kemudian, hendak dikaburin oleh para ilmuwan Barat, angka
nol/0 dari bahasa India.
Terlepas, pengaburan di atas,
memang saya, meyakini tentang esensi doa bagi orang yang terzalimi tidak akan
Zero, namun akan sungguh sangat Hero di hadapan Tuhan, di antaranya, sebagai berikut:
“Rabbi anta hasbi fima
ahammany, fansurni 'ala man zhalamany”, yang artinya: “Tuhanku, Engkau cukup
bagiku dalam segala urusanku, maka tolonglah aku atas orang yang menzalimi aku.”
Kemudian, di dalam link
NU.or.id. di editor oleh Muhammad Faizin (2022) bertopik: “Dosa Membunuh dan
Cara Bertobatnya dalam Islam”, dinukilkan di dalam riwayat Imam Bukhari dan
Muslim, Nabi Muhammad bersabda:
“Hendaklah kalian menghindari
tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan. Para sahabat bertanya: Wahai
Rasulullah, apakah tujuh dosa itu? Nabi menjawab: menyekutukan Allah, sihir,
membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan alasan yang benar,
memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan
menuduh berzina wanita beriman yang baik.”
Menurut, Syekh Ismail Haqqi
dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa maksud dari orang yang membunuh orang
lain, sama halnya dengan membunuh semua manusia, merupakan sebuah perumpamaan
perihal besarnya dosa membunuh.
Oleh karena itu, mungkin
sehingga Allah SWT, mengibaratkan orang yang membunuh satu orang tanpa alasan
yang benar sama halnya dengan membunuh semua manusia. (Syekh
Ismail, Tafsir Ruhil Bayan, Beirut, Darul Ihya at-Turats: tt. Juz II:309).
Orang yang dibunuh akan
mengambil kebaikan orang yang membunuh di akhirat, dengan ukuran kezaliman yang
dilakukan padanya (Mausu’atul Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, Kwait, Darussalasil:
1427, Juz XXXI: 31).
Dari secuil uraian di atas,
saya akan mengambil saja, di bagian hadits Rasulullah SAW, tentang esensi Sihir
dan menyekutukan Tuhan.
Mengenai diksi, baik Sihir
atau doti klenikan, pada dasarnya saya tak meyakininya. Namun, dikarenakan
memang ada dijelaskan dan pernah dialami oleh Rasulullah, maka mesti
dipercaya akan adanya hal demikian dan tetap sebagai ihtibar saja.
Pada awalnya, saya tak mau
memperhatikan benda-benda yang disemayamkan menjadi buhulan para dukun. Bahkan,
saya hanya menganggap hal itu, hanya benda ilusi dari mereka yang salah
sasaran, dan semoga siuman dari kesilumanannya, setelah merasakan akibat dari
perbuatannya sendiri.
Kejadian demikian, sehingga
lahirlah goresan Aku Penyihir, yakni tertanggal 27 Nopember 2021, berikut
ini, dan ada di buku saya kumpulan puisi tahun, 1998 serta buku “Aku dan
Engkau Siapa; persembahan Indonesia _ Malaysia (2016).
Adapun, prosais 'Aku Penyihir’
telah ditampilkan di beberapa media, termasuk di Pedoman Karya (2024) yang
dikomandani oleh Asnawi Aminuddin, jurnalis kawakan.
Aku Penyihir
Hidupku mungkin ditakdirkan
untuk berada di tengah gelora rasa iri dan dengki sehingga aku rajin berdzikir.
Bahkan hampir di setiap
pelancongan, selalu berhadapan dan dipertemukan dengan penyamun juga penyihir,
serta penggemar guna-guna tanpa diduga-duga membuhulkan api kebencian
Aku ditakdir Tuhan, mungkin
untuk melawan para penggemar penyesatan guna-guna tidak berguna_ agar kembali
pada titik nadir kebenaran yang berguna.
Walaupun, mereka juga pengguna
tak berguna, tetapi aku mungkin ditakdirkan agar menunjukkan tapak sikap
kearifan mencerahkan hati dan pikiran agar kembali pada titik langkah
kebenaran.
Bukan juga aku, mesti merasa
diri ditakdirkan untuk jadi nabi sebagai logika penyesatan keimanan tauhidan
pada Tuhan.
Aku hanya hamba biasa pencari
titik kisar berhingga berkalam pada arsy Shiratal Mustaqim, atau mungkin juga,
ibrar bagi mereka, terlebih bagi diriku untuk bersyukur dan terus berdzikir
mengingat Tuhan seru sekalian alam.
Hingga dihadapkan dengan
beragam kebodohan berlogika sakit hati, arogan juga hasad, hasud, iri dan
dendam berdengkulan penuh kedengkian bara api.
Berhingga jadi kayu bakar
neraka jahanam, nan setia menanti di kemudian nanti.
Mungkin, aku hamba biasa
berhingga dijadikan tapak batasan menjadi manusia biasa, mesti berTuhan secara
totalitasan tanpa menyekutukan dengan kutukan-Nya telah pasti menjadi bara api
Jahanam.
Terkadang, Aku dihadapkan pada
lingkungan beragam perilaku aneh, juga berkesesatan nyata, sungguh memilukan
dan memalukan.
Dan berbagai langgam arogan
logika kesurupan asfala safilin berlebihan, di perkampungan kumuh hingga merasa
metropolitan sekalipun, juga tiada terkecuali pada kampung halamanku.
Di bale-bale perkebunan
kampungan juga kompleks perumahan, merasa dikotakan sok elitan sekalipun.
Di sekolah dilabelin agama
juga modern liberalisme pun dihadapkan demikian, masih ada nan gemar berprilaku
demikian, apalagi bersifat nasionalisme murahan tanpa Tuhan.
Bahkan di tempat Ibadah
sekalipun, masih ada mentalan demikian. Para penggemar demikian, di antarannya
ada yang predikat tinggi, tidak terkecuali pendidikan tinggi berhingga
doktoran juga bermentalan meyesatkan pula, dan apalagi rendahan.
Aku bukan jua ditakdirkan jadi
Nabi apalagi Penyihir, tetapi Aku Penyihir perangkai diksi syair, dan juga
pengkias ilmu logika akan kebenaran anugerah dari Tuhan.
Ilmu yang berguna untuk tetap
bersyukur tanpa guna-guna.
Bukan mungkin lagi, memang Aku
pengagum para nabi yang ditakdir Tuhan. Berpeta atlas logika titik jalan
kebenaran berkalamullah hampa berakhiran.
Akhirnya, Aku penyihir
perangkain diksi tentang Kemahabesaran Tuhan semata. Tentu narasi logis nan
bermata hatinurani mesti diyakini.
Tidak mesti, Aku menjadi
occult penyihir, mungkin dosaku telah menumpuk memang, dan apalagi mau ditambah
dengan beban kedunguan, berperilaku occult yang telah dikutuk oleh Tuhan tanpa
ampunan... Astaghfirullah al'adzim.
Sekalipun, telah digoreskan
prosais "Aku Penyihir" di atas. Eh ... ternyata, tak juga mereka
berhenti atau padam.
Malahan, makin menjadi jadi tanpa berakhirnya.
Akhirnya, saya capek juga
bosan memungut limpahan buhulannya, tak kunjung padam. Bahkan, tidak mengenal
waktu di dalam kasmarannya dengan kekasihnya sang iblis laknatullah.
Maka, saya mulai mendata
berhingga muncul goresan prosais Database Doti-mu, tepatnya malam Senin, 21:00,
19/5/2024.
Database Dotimu
Database dotimu telah
ditelusuri hingga saraf dasar tabung penempaan memori
Juga tabung database, beragam
doti tiupan buhulan berlanggam rupa dupa lipatan
Database dotimu, dari wirid
mantra kesesatan telah dikutuk oleh Tuhan
Database dotimu, juga nan
tertanami atau terhembusin dan tertaburi, telah kembali menembusi saraf nadi
jantungmu sendiri
Dirasa segala resah
berkecamukan, bah bara api terpanggang dirimu
Berhingga galau gulana tiada
menentu, bah berhadapan maut kematian menghampiri
Jangan pula lebayan, salahin
suruhan bayaran menjadi junjungan database dotimu
Bila, denyutan virus pusaran
datamu semakin terbelenggu, dan mungkin maut kematian 'kan segera tiba__
***
Bermula pada goresan ini, dan
ada puluhan goresan yang berkaitan dengan topik di atas ini, berhingga saya
melakukan konsen tinggi hanya kepada Tuhan. Dengan haqul yakin hanya kepada
Allah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, menjadi tumpuan kepasrahan dengan
berikhtiar dan berdoa.
Ya Tuhanku, Engkau cukup
bagiku dalam segala urusanku, maka tolonglah aku atas orang yang menzalimi aku.
Dan Alhamdulillah, ternyata
Allah mengabulkan doaku, berhingga lahir goresan berikut ini, tepatnya, malam
Jumat, 20;36, 2/20/2024.
Akhirnya dengan tanpa
mendatangi dukun, seperti orang lain. Di samping, batin jiwa ragaku tak mau
meyakininya, mungkin sejak dari rahim Ibuku telah bernyali demikian.
Nyali Pawang dan
Akhirnya
Untuk mengakhiri bulan Rabiul
Awal pada detik dalam berdetak ZERO.
Dikarenakan ada inbox di
Facebook mengenai goresan bertopik “Telah Kembali” tadi siang.
Dia bertanya, gimana kalau ada
yang mau transfer lagi untuk tambahan tabungannya atau membuat tabungan baru
lagi tanpa diduga?
Kemudian, saya jawab!
Manakala, masih juga, maka tentu dengan otomatis akan terbalikin tanpa sisa
pula_ dan sesungguhnya yang mereka kirim sejak dulu pun, telah otomatis _
langsung kembali tanpa basa basi, dan sudah dirasakannya bukan main pedihnya.
Itu, goresan tadi hanya
memperhalus diksi, sebelum detak Zero diakhir bulan Rabiul Awal saja.
Gimana cara membuktikan, bahwa
itu telah balik pada dia?
Wah, ini bertanya atau nguji
nyali.
Konon, dikatakan oleh ahlinya,
ia langsung merasa getarannya, dan bahkan saat terjadi efeknya. Misalnya, dia
muntahin, maka secara otomatis tergambar benda kirimannya, termasuk wajah yang
menjadi sasaran tabungannya.
Dan ketika membaca goresan
ini, juga dia akan merasakan detak denyutan jantungnya semakin kencang. Seakan
mau meledak dan terguncang isi jeroannya.
Kalau, dia datang lagi ke
dukunnya, paling, dukunnya akan bilang jangankan kalian, saya juga lebih
merasakan lagi dahsyatnya, itu dukun agak cerdas sedikit.
Kalau pawang kelas tinggi, dia
faham siapa yang jadi sasaran buhulannya, baik yang bisa atau tidak mempan.
Kalau tak mempan, sekalipun
dibayar miliaran dolar, ia tidak akan melakukannya. Buat apa uang banyak, kalau
nyawanya juga akan ikut kiamatan berbarengan dengan penyuruhnya.
Terkecuali, dukun berotak isi
jeroan yang sama dengan penyuruhnya, maka dia akan berbisik, jangan risau
tambahin lagi biaya persembahanya, sekalipun, itu hanya omongkosong saja, bah
senjata hampa!
Oh gitu, sehingga diucapkan
diksi bah Pawang uji nyali mesti diakhiri, bah diksi berikut ini.
Kini, Saya telah kembaliin
semua
tanpa sisa dengan penuh
sukacita_
Semoga, Kalian terhiburin
selalu
dikala dukacita _
Dan terimakasihku pada kalian
semua yang telah luar biasa, untuk menabung doti dari segala dikutuk oleh
Tuhan.
Terimakasih
Tabungan Dotinya
Sekarang ini, mesti kalian
menikmati penuh dengan sepuas hatinya. Tak perlu lagi, saling lemparin lendiran
di antara kalian.
Nikmati saja dari segala isi
tabungan dengan beragam saham doti dotinya yang luar biasa, sungguh tiada
terkira, dan tentu dengan tulus telah dikembalikan tanpa sisa.
Nikmatilah dengan sepuasnya,
berhingga kiamat tanpa ampunan!
Saya pun, sungguh
berterimakasih yang luar biasa kepada kalian, dikarenakan dosa dosaku telah
kalian rampasin tanpa tersisa pula!
Dan tentu, saya sangat
bersyukur Alhamdulillah, plus dengan segala amal kebaikan kalian, telah
disumbangkan kepada saya tanpa dikira nan sungguh luar biasa pula
Saya sungguh berterimakasih
tanpa terkira, bah durian runtuh dari langit jingga!
Sekali lagi, terimakasih dan
tentu, Insyaallah, kita semua akan berhadapan dihadapan Tuhan, yakni pada hari
penentuan dari segalanya tanpa bisa diingkari lagi!
Syukron katsiran,
Alhamdulillah sungguh tiada terkira menjadi lafadz terindah dan menawan kepada
Tuhanku.
Kepada kalian, Teriring diksi
selamat menikmati tabungan doti kedengkiannya hingga kiamat menanti tanpa
ampunan!
Akhir kalam, sungguh semua
doti-dotimu, itu hanyalah mantra Zero dan hampa bagiku. Tetapi, bagi tuanya
justru merass hero yang menjadi tabungan kematiannya, demi kedengkian di dalam
melumati dirinya. Berhingga kiamatan tanpa ampunan Tuhan yang berkalam.
Wallahualam.