----
Kamis, 17 Oktober
2024
Empat Dosen Unhas
Dikukuhkan Jadi Guru Besar
Ke-4 Guru Besar
Paparkan Hasil Penelitiannya
MAKASSAR, (PEDOMAN
KARYA). Empat dosen Universitas
Hasanuddin (Unhas) Makassar dikukuhkan jadi Guru Besar dalam Rapat Paripurna
Senat Akademik Terbatas, di Ruang Senat Akademik Unhas, Lantai 2 Gedung
Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, Selasa, 15 Oktober 2024.
Proses pengukuhan dihadiri
oleh Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa, Ketua, Sekretaris, dan Anggota
Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Profesor, tamu undangan, serta
keluarga besar dari dosen yang dikukuhkan jadi profesor.
Ke-4 dosen tersebut yaitu Prof
Dr Asriani Abbas MHum (Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik Teoritis Morfologi,
Fakultas Ilmu Budaya, dengan nomor keanggotaan 528), Prof Dr Ir Sitti Nur
Faridah MP (Guru Besar Bidang Ilmu Hidrologi Fakultas Pertanian, dengan nomor
keanggotaan 529).
Prof Dr Syamsuddin SE MSi AK
CA CRP (Guru Besar Bidang Ilmu Auditing Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dengan
nomor keanggotaan 530), dan Prof
Dr Ir Fachirah Ulfa MP (Guru Besar Bidang Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian,
dengan nomor keanggotaan 531).
Rektor Unhas, Prof. JJ dalam
sambutannya menyampaikan selamat atas penambahan guru besar Unhas, dimana ini
menunjukkan pencapaian serta kebanggaan peningkatan kapasitas dan kualitas mutu
pembelajaran.
Dirinya juga menyebutkan
pentingnya penerapan interdisiplin. Dimana, saat ini permasalahan semakin kompleks, dan memerlukan
solusi yang tidak sederhana. Akan tetapi, harus komprehensif, melalui hasil
analisis dari berbagai dimensi keilmuan.
“Diharapkan keilmuannya bisa
memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas. Tidak hanya itu, penambahan
guru besar Unhas juga menjadi sebuah motivasi, sekaligus pembuktian bahwa Unhas
sebagai salah satu kampus terbaik dalam proses akademik,” jelas Prof JJ, sapaan
akrab Prof Jamaluddin Jompa.
Sebelumnya, masing-masing guru
besar telah menyampaikan pidato penerimaan yang membahas bidang keahliannya.
Prof Asriani Abbas
Prof Asriani Abbas mengawali
kegiatan dengan memberikan paparan tentang “Bahasa Gaul sebagai Refleksi
Kreativitas Berbahasa Lintas Generasi: Kajian Morfologi.”
Dia menyebutkan, bahasa gaul
merupakan ragam bahasa yang popular pada kalangan generasi Z di Indonesia. Ini
merupakan hasil modifikasi bahasa Indonesia standar atau bahasa baku yang
digunakan oleh kalangan remaja, sebagai bentuk ekspresi diri dan penanda
identitas. Bahasa gaul memiliki daya tarik karena mencerminkan kreativitas
komunitas penggunanya.
Menurut Asriani, bahasa
generasi Z di media sosial selalu menjadi arena pertarungan antargenerasi.
Masing-masing berkreasi memplesetkan bahasa Indonesia dengan menciptakan kode
tertentu yang hanya dipahami oleh generasi yang sama.
Pemanfaatan kepakaran ini
terkait dengan perspektif morfologi pada fenomena kata bahasa gaul menjad asset
berharga dalam menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang
senantiasa beradaptasi pada perubahan teknologi dalam spektrum lintas generasi.
“Kreativitas dan inovasi
bahasa yang diciptakan oleh generasi Z menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia
mampu bertahan dan beradaptasi di tengah arus interaksi global secara
personal-kontekstual. Kehadiran bahasa gaul menambah kevariasian kosa kata
bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi nonformal,” jelas Prof Asriani.
Lebih lanjut, Prof Asriani
menambahkan, pada umumnya ciptaan bahasa gaul pada proses morfologi yang berupa
abreviasi (pemendekan) ditemukan empat tipe yaitu singkatan, akronim, penggalan
dan kontraksi yang terbentuk dari bahasa Indonesia, bahasa local dan bahasa
Inggris. Eksistensi bahasa nasional dan bahasa negara perlu dijaga dan
dilestarikan melebihi eksistensi bahasa asing dan bahasa gaul melalui pemikiran
yang cemerlang dari semua pihak.
Prof Sitti Nur
Faridah
Pada kesempatan yang sama,
Prof Sitti Nur Fardah juga menyampaikan penelitian yang dilakukan berkaitan
dengan “Teknologi Pengelolaan Air sebagai Adaptasi Perubahan Iklim untuk
Pertanian Berkelanjutan”. Dirinya menjelaskan, pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya air akan berkejaran dengan laju pertumbuhan penduduk.
Peningkatan jumlah penduduk
berkorelasi dengan kebutuhan air. Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada
kelangkaan air yang semakin tinggi. Eksploitasi air akan mendorong kelangkaan
air dan akses kelangkaan air bersih terbatas. Pengelolaan sumber air terpadu
menjadi salah satu kunci peningkatan indeks pertanian dalam menghadi kelangkaan
air.
“Teknologi hemat air menjadi
salah satu upaya penggunaan air yang sama dapat meningkatkan produksi.
Teknologi hemat air dapat diterapkan pada irigasi micro dripper dengan
penghematan air 67%. Pemberian kadar air pada tanaman dengan tepat bisa
meningkatkan produksi tanaman,” jelas Prof Sitti.
Secara global, penggunaan air
utama (70%) adalah sektor poertanian. Sehingga penggunaan teknologi hemat air
menjadi suatu keharusan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan kerusakan
lingkungan yang terjadi saat ini. Penerapan smart farming atau pertanian
presisi dapat menjadi peluang pengembangan peningkatan efisiensi penggunaan
sumber daya air untuk mendukung system pertanian berkelanjutan.
Prof Syamsuddin
Prof Syamsuddin menyampaikan
penelitian yang dilakukan berkaitan dengan “Hedonisme dalam Keluarga Berpotensi
Memicu Fraud”. Dirinya menjelaskan, fraud merupakan kecurangan terstruktur yang
melibatkan tindakan hukum dengan niat atau kesengajaan untuk memperoleh
keuntungan pribadi, baik material maupun non material.
Gaya hidup hedonistik
berhubungan erat dengan fraud, sejalan dengan beberapa hasil penelitian
sebelumnya dan diperkuat dengan kasus kasu yang dirilis oleh KPK dan ICW di
Indonesia.
“Diperlukan aplikasi
Whistleblowing System (WBS) yang dapat diakses oleh publik sebagai media untuk
melaporkan indikasi fraud di lingkungan pemerintah. Untuk itu, pentingnya
mitigasi risiko fraud mengharuskan setiap lembaga pemerintah memperkuat sistem
pengawasan internal dengan melakukan pengawasan melekat (waskat) atau Sistem
Pengendalian Internal (Internal Control) dan melaksanakan manajemen resiko
sebagai peringatan dini,” jelas Prof Syamsuddin.
Sebagai Auditor Internal, Prof
Syamsuddin mengatakan penting untuk mengkaji lebih dalam akar permasalahan dan
mengidentifikasi faktor yang memicu perilaku fraud. Pemahaman mendalam tentang
faktor perilaku tersebut dapat membantu dalam merancang strategis yang efektif
untuk mencegah dan menindaklanjuti praktif fraud.
Prof Fachirah Ulfa
Pidato pengukuhan ditutup oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof Fachirah berjudul “Hortikultural
Inovatif : Optimalisasi Pekarangan untuk Kemandirian Pangan Keluarga di Era
Perubahan Iklim Global”.
Dirinya menjelaskan,
hortikultura sebagai solusi menghadapi tantangan global, terutama perubahan
iklim. Optimalisasi pekarangan rumah dapat dilakukan untuk meningkatkan
ketahanan pangan keluarga. Menurutnya, inovasi teknologi dalam mendukung
pertanian berkelanjutan juga penting untuk dikembangkan.
Prof Fachirah juga memberikan
gambaran tentang penerapan teknologi digital dan Internet of Things (IoT) dalam
pertanian presisi. Tidak hanya itu, peran holtikultura juga bisa membantu dalam
menghasilkan produksi pangan yang berkelanjutan. Kehadiran hortikultura akan
membantu keluarga dalam mencapai kemandirian pangan. (kia)