Kisah Guru 3T di Morowali, Nurlaili Maharibu: Wisudawan Terbaik Pascasarjana Unismuh Makassar

WISUDAWAN TERBAIK. Nurlaili Maharibu dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik Pascasarjana Unismuh Makassar, pada Upacara Wisuda ke-83 Unismuh, di Balai Sidang Muktamar 47 Kampus Unismuh, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Selasa, 08 Oktober 2024.

 

------

PEDOMAN KARYA

Jumat, 11 Oktober 2024

 

Kisah Guru 3T di Morowali, Nurlaili Maharibu: Wisudawan Terbaik Pascasarjana Unismuh Makassar

 

Belajar dan menuntut ilmu membutuhkan semangat dan kemauan yang kuat. Jika semangat itu pudar, maka ilmu yang diraih tentu tak akan maksimal, tak seindah yang diharapkan.

Sebaliknya, ketika tekad dan kemauan membara, semua rintangan akan teratasi, dan hasil yang diperoleh bisa melampaui ekspektasi. Semangat adalah api yang membakar segala keterbatasan, menuntun kita menuju puncak pencapaian.

Inilah yang dibuktikan oleh Nurlaili Maharibu, seorang guru di SMPN 3 Lamontoli, Desa Lamontoli, Kecamatan Sombori Kepulauan, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Dengan ketekunan dan semangat yang tak pernah padam, ia berhasil menyelesaikan studi di Program Studi Magister (S2) Bahasa Inggris, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sulawesi Selatan. Tak hanya itu, pada 08 Oktober 2024, ia dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik Program Pascasarjana pada Upacara Wisuda ke-83 Unismuh Makassar, di Balai Sidang Muktamar 47 Kampus Unismuh, Jalan Sultan Alauddin, Makassar.

Desa Lamontoli, yang termasuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), adalah daerah yang serba terbatas. Untuk mencapai desa ini, diperlukan perjuangan yang luar biasa, melalui perjalanan darat selama 5-6 jam yang hanya dapat ditempuh di musim panas, atau melalui jalur darat dan laut yang memakan waktu hingga 3,5 jam.

Biaya perjalanannya pun tidak murah, tetapi tak satu pun dari tantangan tersebut mematahkan semangat Nurlaili untuk terus belajar dan mengabdi.

Hidup di daerah terpencil, dengan keterbatasan jaringan telekomunikasi dan listrik yang hanya menyala 3-4 jam sehari, tidak menghalangi Nurlaili untuk mengejar mimpinya.

Di tengah kegelapan malam, ia tetap membiarkan cahayanya sendiri bersinar, menggenggam ilmu dengan segala keterbatasan yang ada. Ia bahkan terpaksa menggunakan accu dan senter untuk penerangan sehari-hari ketika listrik desa mengalami kerusakan dalam beberapa bulan terakhir.

Semangat Nurlaili untuk kuliah daring setiap Sabtu dan Ahad membuatnya sering harus menempuh perjalanan jauh mencari listrik dan jaringan yang stabil. Kadang ia harus bermalam di kota yang lebih 'modern', atau bahkan mendaki bukit demi sinyal.

Setiap kali, dengan tekad baja, ia menyelesaikan semua tugas kuliah dalam waktu tiga hari, sebelum kembali mengajar di desanya. Ketekunannya adalah bukti bahwa ketika niat sudah terpancang, tak ada jarak atau badai yang bisa menghalangi.

Saat menyusun tesis, Nurlaili bolak-balik dari Morowali ke Makassar untuk bimbingan dan penelitian. Dalam keterbatasan, ia menemukan kekuatan. Setiap izin selama 14 hari kerja digunakan sebaik mungkin untuk menyelesaikan revisi tepat waktu.

Tak hanya berprestasi di akademik, Nurlaili juga berpartisipasi dalam berbagai program internasional seperti Pengabdian Masyarakat di Thailand dan WtW Japan Program Virtual Pertukaran Budaya. Pengalamannya berinteraksi lintas budaya memberi warna tersendiri dalam hidupnya, meski dengan segala keterbatasan akses di tempat tugas.

Puncaknya, pada Wisuda ke-83 Unismuh Makassar, Nurlaili dinobatkan sebagai wisudawan terbaik, sebuah penghargaan yang tak hanya mencerminkan prestasi akademik, tapi juga keteguhan jiwa dan kesabaran dalam mengarungi tantangan hidup. Di tengah segala kesulitan, ia tidak pernah menyerah, bahkan selalu berusaha memberikan yang terbaik.

Nurlaili secara khusus menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kaprodi Magister Pendidikan Bahasa Inggris, Dr Radiah Hamid, yang selalu mendukung dan memotivasinya.

“Terima kasih Unismuh Makassar, khususnya Bu Kaprodi Magister Pendidikan Bahasa Inggris Bu Radiah atas dukungan dan motivasinya,” ungkap Nurlaili dengan penuh syukur.

Kisah Nurlaili Maharibu adalah bukti nyata bahwa di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Tuhan senantiasa membuka jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, membuka pintu rezeki, dan mempertemukan dengan orang-orang yang baik.

Tak peduli seberapa jauh, seberapa sulit, jika kita tetap melangkah dengan tekad dan semangat, niscaya akan sampai pada tujuan. Nurlaili adalah cerminan dari kekuatan perempuan Indonesia yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan pendidikan dan pengabdian di pelosok negeri. (asnawin aminuddin)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama