------
Jumat, 04 Oktober 2024
Pameran Tanra
Paseng, Hadirkan Batik Estetik dengan Makna Simbolik
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Budaya
berkain sudah dikenal sejak lama di Sulawesi Selatan. Hampir di semua
aktivitas, kita bisa melihat orang-orang mengenakan kain. Sulawesi Selatan
bahkan punya tenunan khas yang cukup terkenal. Belakangan, berkembang batik
Lontara atau batik dengan motif-motif yang menampilkan ragam hias Sulawesi
Selatan.
Dalam kaitan dengan seni rupa, batik tidak
cuma merepresentasikan motif dan warna. Namun juga menggambarkan sejarah,
budaya, serta identitas yang bisa dilihat hingga sekarang. Itulah yang coba
disuguhkan dalam penyelenggaraan Pameran Tanra Paseng: Representasi Budaya
Sulawesi Selatan dalam Wastra Batik.
Pameran seni batik ini diadakan oleh
ARTifact Project atas dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX,
bertempat di Gori Artisan, Jalan Moh Paleo 1 No.11, Antang, Kecamatan Manggala,
Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pameran di kafe yang cozy ini berlangsung sejak
Rabu hingga Jumat, 2-4 Oktober 2024.
Alif Aflah Yafie, sebagai penyelenggara,
mengatakan, Pameran Tanra Paseng menampilkan 5 peserta pengkarya atau perupa.
Mereka memiliki latar belakang gaya berkarya yang berbeda.
Ada Muhammad Fadly Saleh yang merupakan
seorang arsitek, Zamkamil pelukis, Nurul Inayah dosen jurusan interior, Muhammad
Firmansyah designer grafis dan muralis, dan Fantri Pribadi yang merupakan
pengkarya batik.
Alif menambahkan, Tanra Paseng berangkat
dari bahasa Bugis yaitu “tanra” berarti tanda atau simbol, dan “paseng” berarti
pesan. Biasa juga dikenal “pappaseng” yang berarti petuah atau pepatah.
Tanra Paseng, kata Alif, diartikan sebagai
sebuah tanda yang memiliki pesan-pesan bermakna di dalamnya. Diharapkan lewat
karya tersebut, pesan atau makna di dalam kebudayaan tradisi di Sulawesi
Selatan dapat dibicarakan kembali.
Kegiatan yang diadakan bertepatan dengan
Hari Batik Nasional, 02 Oktober 2024, sebagai salah cara untuk memperkuat jati
diri dan identitas kedaerahan. Selain itu, membuka kesempatan dalam
pengembangan wacana kebudayaan di Sulawesi Selatan.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan
Wilayah XIX, yang diwakili Pamong Budaya Ahli Bidang Kesenian, Muhammad Aulia
Rakhmat, dalam sambutannya mengatakan, BPK lewat berbagai program pemajuan
kebudayaan membuka peluang bagi para seniman, maupun masyarakat umum untuk
turut terlibat dalam program-program BPK untuk kemajuan seni dan budaya
Sulawesi Selatan.
Aulia Rakhmat mengajak para pekerja seni
dan penggiat kebudayaan, bila punya ide inovatif, silakan diajukan ke BPK.
Disampaikan, ada 66 proposal yang lolos, salah satunya dari ARTifact Project.
Bantuan yang diberikan BPK tidak hanya
terbatas seperti kegiatan ini. Bahkan kepada mereka yang mau magang dan studi
ke luar negeri juga bisa mendapat dukungan Dana Indonesiana.
Diakui bahwa dari Sulawesi Selatan masih
relatif kecil yang mengakses dana abadi kebudayaan ini, padahal dana yang
tersedia besar. Menurut Aulia, jejaring kesenian di Sulawesi Selatan cukup luas
dan itu potensi untuk bisa mendapatkan Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan.
Dikatakan bahwa kita ini andal dalam berkarya tapi masih perlu pembenahan dalam administrasi, sehingga dibutuhkan kerja kolaboratif demi pemajuan kebudayaan. (Rusdin Tompo)