------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 24 November 2024
Diskusi Buku “Menggugat
Politik Perlindungan Anak” di Kolong Flyover Km 4 Makassar
Oleh: Rusdin Tompo
(Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan)
Saya salut pada Radio Republik Indonesia
(RRI) Makassar. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP), RRI Makassar responsif
terhadap isu-isu aktual, khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan dan
perlindungan hak-hak anak.
Penilaian subjektif ini, berdasarkan
pengalaman saya bersentuhan dengan para angkasawan RRI Makassar. Ada suatu
peristiwa, ketika saya melontarkan ide nyeleneh, tapi segera disambut antusias.
Kejadiannya 8 tahun lalu. Suatu hari, menjelang Hari Anak Nasional (HAN), tahun 2016, saya ngobrol dengan Ulis Makabori, Kepala Bidang Pemberitaan, di RRI Makassar, Jalan Ri Burakne. Kepada Pak Ulis, saya sampaikan bahwa saya punya buku baru, judulnya “Menggugat Politik Perlindungan Anak”. Menarik jika buku itu dilaunching dan didiskusikan di bawah kolong flyover Km-4.
Rupanya gayung bersambut. Pak Ulis
tertarik setelah saya kemukakan alasan memilih lokasi itu. Saya katakan,
launching dan diskusi buku “Menggugat Politik Perlindungan Anak” di kolong
flyover ibarat membawa teks-teks buku pada konteks realitas sosial.
Di kawasan itu terdapat sejumlah aktivitas
anak-anak yang menjadi concern tulisan saya dalam buku kumpulan artikel
tersebut. Ada pedagang asongan, pengamen, pengemis, dan loper koran. Mereka
biasa kita sebut sebagai anak jalanan (Anjal), yang termasuk salah satu
bentuk-bentuk pekerjaan terburuk uktuk anak (BPTA).
Buku itu semula setebal lebih 500 halaman,
tapi kemudian saya jadikan dua judul buku. Ketebalan buku menunjukkan luasnya
tema bahasan dalam buku yang versi lengkap tersebut. Tulisan-tulisan saya yang
semuanya sudah dimuat di media massa cetak itu, memang hendak menunjukkan bahwa
dalam setiap persoalan ada isu anak di dalamnya. Anak-anak potensial menjadi
korban. Di sinilah dibutuhkan perspektif anak. Namun, sayangnya anak-anak masih
menjadi warga kelas dua.
Pak Ulis menyetujui gagasan itu. Tepat
pada Hari Anak Nasional, Sabtu, 23 Juli 2016, siaran live diadakan menggunakan
OB Van RRI Makassar. Mobil warna biru itu parkir dekat pos polisi yang berada
pada sudut Jalan AP Pettarani – Jalan Urip Sumoharjo. Dialog luar studio secara
live diadakan pukul 09.00-10.00, disiarkan melalui RRI Pro1 frekuensi 94,4 FM.
Tim dari RRI Makassar, selain Pak Ulis,
ada Sutati Sa'ban Miru, Hayati, dan Meisye Sahetapy (alm) yang jadi
moderatornya.
Saya tak sendiri sebagai narasumber.
Pembicara lainnya, yakni Aulia Yahya dari Ikatan Apoteker Indonesia Sulawesi
Selatan, Rusdiaman dari Poltekkes Kemenkes Makassar, dan Nur Alamsyah dari
Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Toddopuli.
PSMP merupakan lembaga rehabilitasi
anak-anak yang bermasalah di bawah Kementerian Sosial RI, yang lokasinya di
Salodong, Kecamatan Biringkanaya.
Karena kegiatan diskusi dan peluncuran
buku ini bagian dari kampanye, maka saya menggandeng orang-orang yang juga
menaruh perhatian pada isu perlindungan anak. Ronald dari Anak Makassar
Pakana-kana (AMP) Community bergabung. Dia dan teman-temannya mengerjakan
poster-poster di Makkareso, Jalan Bau Mangga III. Makkareso saat itu baru
dirintis sebagai wadah bagi pegiat literasi dan kegiatan kreatif lainnya.
Rahmat Sonny dan Dede Leman juga ikut
dalam aksi simpatik yang kami gelar di bawah jalan layang tersebut. Ronald dan
kawan-kawan AMP, serta saya dari LISAN, menyebut koalisi kami sebagai Gerakan
Masyarakat untuk Perlindungan Anak, disingkat G_Emas Perak. Ini kolaborasi kami
yang kedua setelah aksi damai stop kekerasan pada anak di fly over dan Pantai
Losari, tahun 2015.
Seusai dialog, kami membagi-bagikan bunga
dan permen kepada pengendara di kawasan yang jadi land mark Kota Makassar
tersebut. Aksi yang mendapat liputan luas media massa, termasuk jurnalis
televisi ini, bahkan dihadiri pula oleh Wakasatlantas Polrestabes Makassar,
kala itu, Kompol Dr Masaluddin SH MH. Sebelum melaksanakan aksi, kami memang
sudah menyurat ke Polrestabes Makassar, memberitahukan rencana aksi simpatik
ini ke pihak Polri.***