------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 27 November 2024
Menavigasi Kompleksitas Kebijakan dalam
Menurunkan Prevalensi Stunting: Diskursus Evidence-Based Policy Melalui
Analisis Bibliometrik (4):
Intervensi
Stunting Seharusnya Didukung Kebijakan Responsif dan Partisipatif
Oleh: Nuryanti Mustari
(Guru Besar Ilmu Pemerintahan Unismuh
Makassar)
Untuk menggambarkan tren penelitian
terkait kebijakan stunting dalam 10 tahun terakhir, berikut data dalam bentuk
grafik yang menunjukkan fluktuasi jumlah publikasi berdasarkan tahun.
Pada tahun 2021-2022, terdapat 67
publikasi terkait kebijakan stunting, mengalami penurunan menjadi 66 publikasi
pada tahun 2023, dan per November 2024 tercatat hanya 45 publikasi.
Tren ini mencerminkan adanya fluktuasi
yang dipengaruhi oleh perubahan prioritas penelitian, kesadaran global yang
meningkat, serta perkembangan kebijakan kesehatan publik.
Selain itu, untuk mengetahui tema
penelitian yang sering dilakukan terkait isu stunting hasil pemetaan dapat
dilihat pada Diagram 2.
Berdasarkan hasil olahan data artikel
database Scopus penelitian terkait kebijakan stunting menunjukkan beragam tema
yang mencerminkan luasnya aspek yang terlibat dalam upaya penanggulangan
stunting.
Tema biomedis dan klinis mendominasi
dengan 280 (25%) publikasi, menunjukkan fokus utama aspek medis dan klinis
terkait stunting, termasuk mekanisme biologis dan intervensi medis.
Ilmu kesehatan juga memiliki jumlah
publikasi yang tinggi dengan 230 (21%) publikasi, mencakup faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan umum dan intervensi kesehatan masyarakat.
Tema kesehatan masyarakat (kesmas) dengan
167 (15%) publikasi menyoroti pentingnya pendekatan berbasis populasi,
sementara nutrisi dan dialektika dengan 156 (14%) menekankan hubungan antara
diet dan pertumbuhan anak.
Selain itu, penelitian tentang masyarakat
manusia terdapat 69 (6%) publikasi mencakup aspek sosial dan budaya yang
mempengaruhi kesehatan dan gizi, sedangkan layanan dan sistem kesehatan dengan
52 (5%) publikasi menyoroti analisis sistem kesehatan dan efektivitas layanan
kesehatan.
Ilmu klinis dengan 41 (4%) publikasi fokus
pada praktik medis dan klinis, sementara kedokteran reproduksi 26 (2%)
publikasi berfokus pada kesehatan reproduksi ibu dan dampaknya terhadap
pertumbuhan anak. Penelitian pediatri 19 (2%) publikasi mencakup kesehatan anak
dan intervensi pediatrik.
Sedangkan pada ranah kebijakan dan
administrasi terbilang cukup sedikit dengan 16 (2%) publikasi mencakup analisis
kebijakan pemerintah dan collaborative govenrnace dalam penanggulangan
stunting.
Studi pembangunan 15 (1%) mencakup
hubungan antara pembangunan ekonomi dan sosial dengan kesehatan anak, sedangkan
kebidanan 12 (1%) publikasi mencakup peran bidan dalam kesehatan ibu dan anak.
Epidemiologi dan pekerjaan sosial
masing-masing dengan 10 (1%) publikasi mencakup analisis faktor risiko stunting
dan intervensi sosial yang diperlukan.
Diagram 2 menggambarkan dua dimensi utama yang perlu diperhatikan dalam upaya mengatasi stunting. Dimensi pertama, yaitu aspek sosial, kesehatan, dan pembangunan, menunjukkan bahwa sebagian besar penelitian berfokus pada pendekatan medis dan kesehatan masyarakat.
Dimensi kedua adalah aspek administrasi
publik dan kebijakan publik, di mana penelitian menunjukkan pentingnya analisis
kebijakan pemerintah serta efektivitas tata kelol dalam menangani stunting.
Beragamnya tema yang terungkap dalam
literatur tersebut, jelas terlihat bahwa kebijakan penanggulangan stunting
tidak hanya membutuhkan pemahaman dari segi kesehatan biomedis atau klinis,
tetapi juga harus melibatkan pendekatan sosial, ekonomi, dan tata kelola
pemerintahan.
Hal ini menegaskan bahwa upaya
penanggulangan stunting harus berbasis pada integrasi pengetahuan dari berbagai
disiplin, yang menjadi dasar penting dalam merumuskan kebijakan yang efektif
dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, tantangan besar yang kita
hadapi bukan hanya soal menciptakan intervensi yang berbasis bukti, tetapi juga
memastikan adanya sinergi lintas sektor yang kuat dalam implementasi kebijakan
tersebut.
Analisis bibliometrik terkait penelitian
stunting menunjukkan bahwa perhatian khusus terhadap aspek kebijakan dan
administrasi publik dalam upaya penurunan prevalensi stunting masih sangat
terbatas, dengan hanya 16 publikasi yang secara spesifik membahas tema ini.
Rendahnya jumlah publikasi dalam bidang
kebijakan dan administrasi publik menyoroti adanya kesenjangan penelitian yang
signifikan dalam aspek tata kelola dan kebijakan yang efektif untuk mengatasi
stunting.
Padahal, keberhasilan intervensi medis dan
kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh dukungan kebijakan dan
administrasi yang solid, mulai dari perencanaan hingga implementasi di tingkat
lokal maupun nasional.
Hal ini akan berdampak pada berbagai aspek
penting dalam penanganan stunting. Pertama, rendahnya jumlah penelitian di
bidang ini menunjukkan adanya keterbatasan dalam memahami bagaimana kebijakan
yang ada diformulasikan, diimplementasikan, dan dievaluasi.
Akibatnya, pembuat kebijakan mungkin
kekurangan panduan berbasis bukti yang relevan dalam merumuskan regulasi atau
strategi yang efektif untuk menangani stunting. Padahal, pengembangan kebijakan
berbasis bukti sangat penting untuk menyesuaikan program dengan kebutuhan dan
karakteristik masyarakat setempat.
Kedua, kurangnya penelitian pada kebijakan
dan administrasi publik bisa memengaruhi efektivitas koordinasi lintas
sektoral, yang sangat dibutuhkan dalam penanganan stunting.
Penanganan stunting bukan hanya persoalan
kesehatan anak, tetapi juga melibatkan sektor lain seperti pendidikan, sosial,
ekonomi, dan ketahanan pangan. Dengan demikian, tata kelola yang efisien dan
koordinasi yang baik antar-sektor harus didukung oleh penelitian yang menyoroti
bagaimana kebijakan dapat meningkatkan sinergi antarsektor dalam penanganan
stunting.
Ketiga, jumlah publikasi yang rendah di
bidang kebijakan dan administrasi publik juga menunjukkan adanya kelemahan
dalam pendekatan holistik terhadap penanganan stunting. Kebijakan yang berhasil
perlu mempertimbangkan aspek sosial dan budaya, memastikan keberlanjutan
program, serta melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.
Kurangnya penelitian di bidang ini bisa
berarti bahwa intervensi stunting lebih banyak berfokus pada solusi teknis
tanpa mempertimbangkan konteks sosial yang lebih luas, yang seharusnya didukung
oleh kebijakan yang responsif dan partisipatif. (bersambung)
.......
Keterangan:
Artikel ini adalah Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar dalam Bidang Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, di Makassar, Jumat, 22
November 2024.
Judul asli: Menavigasi Kompleksitas
Kebijakan dalam Menurunkan Prevalensi Stunting: Diskursus Evidence-Based Policy
Melalui Analisis Bibliometrik.
.......
Artikel sebelumnya:
Analisis Bibliometrik Membantu Pembuat Kebijakan Merancang Strategi Berbasis Bukti
Dinamika Kebijakan Penanganan Stunting Kontemporer
Menavigasi Kompleksitas Kebijakan dalam Menurunkan Prevalensi Stunting