Narasi Reingkarnasi PBSI Kita

Sastrawan Maman A. Majid Binfas membacakan puisi pada acara Reuni Akbar dan Pentas Seni Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PBSI FKIP Unismuh Makassar yang dirangkaikan Peringatan Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda, di Hotel Sheraton, Makassar, Senin malam, 28 Oktober 2024. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)

 

------

PEDOMAN KARYA

Minggu, 03 November 2024

 

Narasi Reingkarnasi PBSI Kita

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

Goresan ini dihadirkan, guna menghargai saran dari jurnalis senior Bung Asnawin Aminuddin via WhatsApp, pukul.07;10, 29/10/2024, yakni sbb: “Bagus juga kalau kita’ (Anda, red) bikin tulisan dari acara tadi malam. Selain suasana acaranya, juga ada banyak kenangan yg bisa ditulis.”

Saran tersebut, beriringan dengan pembicaraan langsung melalui call yang dibuktikan pula dengan akhir dari tulisan beliau menjadi kuncinya.

“... Khusus Kak Maman, puisinya bukan dua bait, tapi kami beri waktu lima sampai tujuh menit, karena beliau memang kita undang khusus,” jelas Muhammad Akhir lagi-lagi sambil tersenyum"_ (Asnawin, https://www.pedomankarya.co.id/2024/10/rektor-dosen-dan-alumni-unismuh-baca.html?m=1).

Pada reuni Perhimpunan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar pun, bereingkarnasi akan suara jejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Plus 2024 beraksara deklamasi reingkarnasi bulan Bahasa Indonesia, jadi pilihannya di gerbang diksi bertabir siraturahmi penuh kemisterian, dan juga bermakna!

Di malam Selasa dalam genggaman langgam bersalam dari ragam ubun-ubun nan ditabung bagian yang terhubung akan tembang bertalu durasi diksi kanduri wewangian. Sekalipun, itu hanya secuil dari akar sekapursiri, namun bagian yang tertampak berarti guna bercermin.

Manakala, memang benar benar beriman dan meyakini akan ayat Tuhan, minimal mengamalin, di antaranya kepada; “Yā ayyuhallażīna āmanụ lima taqụlụna mā lā taf'alụn”, berarti; ‘Wahai orang-orang yang beriman kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?’QS As Syaff:2

 

Pengantar Diksi Reuni

 

Sebelum saya menyihir dengan mantra diksi reingkarnasi, dan juga mungkin akan berhujah. Namun, bukan bah senyapan kepada para klenikan kata kata selundupan,mesti berhadapan dengan aksara Allahu Akbar yang membakarinya.

Ijinkan saya, untuk menyapa tanpa membedakan aksara kalkulasi durasi peringkatan, dan akan menyapa kalian semua dengan teman, agar tidak terkesan tembang pilih sejurus, terkecuali yang bukan dari sejurus akan saya panggil bung ! Tidak lain, agar kinclong terngiang akan reingkarnasi bagi para pengantar diksi untuk dikenang, sekalipun hingga berliang menanti menjadi akar narasinya;-

 

      Narasi Reingkarnasi 

 

Narasi prosais ini, digores, yakni 45 menit setelah dikontak oleh dinda Dr. Muhammad Akhir, yang mengharap kiranya berkenan membuatkan goresan puisi, dan plus hadir membacakannya pada acara reuni PBSI FKIP Unismuh Makassar.

Jujur, memang awalnya, saya selalu menghindar, bila ada acara pementasan, dan itu telah cukup lama! Bahkan dalam melanjutkan studi pun bukan memilih jurasan yang linear dari akar narasinya.

Narasi goresan ini, dikarenakan diminta dan diinstruksikan oleh panitia, untuk membuat goresan, ya, apa boleh buat _ mesti manut dan terpaksa untuk membuat narasi guna bereingkarnasi lagi.

 

Tapak Reingkanasi

 

Berakar dari kampus Ranggong Daeng Romo (1987) hingga berumput di kampus baru Talasalang (1990-1996), dan kini, telah jadi menara biru mengepung nan terapung aduhai_

Dulu, ketika kami di sana, masih berhamparan pematang sawah melintang nan subur, bah empang berlinang _memang mesti dikenang!

Aku masih sempat menanam singkong, sembari berternak Kambing, nan bebas berkeliaran masuk ruang kelas, ketika itu lagi gondrong tak ada tabir yang mesti bias jadi beban terlarang.

Berhingga tampil membacakan puisi Istiqamah di TVRI diiringi oleh teater BADAI (1992). Sebelum melancong ditugasin jadi ketua Korps Instrukrur Nasional DPP IMM di Jakarta (1996-1998).

Di Jakarta pun tetap jua dijadikan icon pembaca narasi dan puisi, hingga Taman Ismail Marzuki, dan juga di Menteng Raya 62, jadi tumpuan beraksi dalam berkreasi diksi, memang mesti jadi kenangan nan menawan.

Kenangan itu, berbuah sehingga Tahun 1997_1998, lahirlah dua buku kumpulan puisi, itu atas kebaikan hati seorang ibu angkatku yang sungguh dermawan; _PROF. DR. Hj. Bainar (almarhumah) semoga husnul khotimah ... aamiin, dan setiap sholat kuiringi doa selalu.

Bahkan, tidak terkecuali pada era revormasi 1998, sekalipun sempat dikepung di ruko ibu angkatku jadi kediamannku, sehabis baca puisi di kampus, dan diteriakin orang Cina, hingga barangku ludes dijarah. Syukur ijazah disisain dan dikeluarin dari koper_ si penjarah, masih ada sisakan pikiran jernihnya_ disela gulita otak isi jeroannya.

Dan melaju kinclong berhingga mengawali dan juga mengakhiri Gusdur / KH Abdurrahman Wahid jadi Presiden, berpuncak bersama tokoh dunia lintas aksara pentasan.

Lebih kurang, seminggu Gusdur dipilih jadi Presiden, di Menteng Raya, bersama tokoh revormasi, di antaranya, Prof. M. Amien Rais, dan Gusdur, dkk. Saya berduet dengan Budayawan senior Taufiq Ismail membacakan puisi_

Dan sebulan dalam mengakhiri Gusdur, jadi Presiden pun, saya dipentasin lagi untuk membacakan puisi rekonsialisasi bersama para tokoh kebangsaan guna meredam ketegangan antara Presiden dan MPR/DPR ketika itu.

Menampilkan, mulai Presiden Gusdur, M. Amien Rais (ketua MPR), Akbar Tanjung (ketua DPR), dkk, dan beberapa perwailan Negara sahabat, dan juga semua elemen tokoh lintas agama berhingga hampir pimpinan Republik berbarengan membacakan puisi, di Gedung Kesenian Jakarta, dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Kemudian, saat Kuliah S3 juga tertantang lagi oleh Dosen bahasa Melayu yang selalu berpantun, dan juga plus teman sekelas, di Universitu Kebangsaan Malaysia, di antaranya, Das'ad Latif, Arham Selo, dkk, termasuk teman antar Negara yang lagi studi bersama. Maka, lahir goresan puisi dengan spontan yang berjudul Aku dan Engkau Siapa?

Dan menjadi buku yang diberi judul; Aku dan Engkau Siapa; Persembahan Indonesia- Malaysia, editor: Andi Sukri Syamsuri, Prof., Dr.; Nini Ibrahim, Dr.; Hasmawati, Ph.D; Dewi; dan diluncurkan tahun 2018 di kampus Biru Talasalapang, pembedah Taufiq Ismail, Prof. Ade Hikmat, Prof. Irwan Akib, Prof. M. Rapi Tang, dan Dr. Andi Syukri Syamsuri.

 

AKU

dan

Engkau Siapa?

 

Siapakah Aku

kalau bukan engkau

 

Siapakah kau

kalau bukan engkau

 

Siapakah engkau

kalau bukan Aku

 

kau

engkau

bukan siapakah Aku

 

Kalau engkau

bukan Aku

siapakah kau

 

Kalau kau

bukan Aku

siapakah engkau

 

Kalau aku

bukan engkau

siapakah Aku …?

 

 

Malaysia, 2013

 

Setelah, balik dari Malaysia pun, masih jua demikian, sekalipun Aku bukan berlinearisasi dengan akar rumput PBSI, bah seperti narasi dari sekian kali diiconkan,

 

PBSI

 

bukan hanya diksi

Kita mesti number one

di mana pun bersinergi

 

dan

reingkarnasi itu

telah jadi bukti

 

Tetapi

logis mesti lentur

juga terukur

tidak kaku

dan beku bah batubara

agar tidak Aba wastakbara

 

Maka

mesti muhibbah Lillahi Ta'ala

agar tidak rontok

jadi cermin retak

 

"Kabura maqtan ‘indallâhi

an taqûlû mâ lâ taf‘alûn:_

Sangat besarlah

kemurkaan di sisi Allah

bahwa kamu mengatakan

apa yang tidak kamu kerjakan"

        (QS.As-Shaff: 3)

 

Selasa, 13:43, 21/10/2024

 

Dan esensi dari akar reuni reingkarnasi PBSI ini, tetap akan bermakna menawan guna menawari secuil percikan kerinduan jadi harapan. Namun, bukan jua sekedar gincu retorik penuh basa basi nan bergelora di dalam kemisterian berhingga diksi Abawastakbara pun bersalaman pula. Semoga!

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama