-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 22 November 2024
Pelukis Baliho
Konser KLa Project Pertama di Makassar 1993
Oleh: Rusdin Tompo
(Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia
SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)
Saya dikirimi flyer Rock in Celebes, edisi
15 bertema Heritage, oleh anak saya, Gilang Benazir Adinara. Rock in Celebes,
yang akan dihelat 7-8 Desember 2024 itu, punya special show, menampilkan dua
musisi papan atas 80-90an, Fariz RM dan Katon Bagaskara. Keduanya bakal pentas
di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie.
Saya menggemari keduanya. Kaset Fariz
Rustam Moenaf dan KLa Project, di mana Katon Bakagaskara jadi salah satu
personelnya, saya pernah koleksi. Meski kaset-kaset itu kini hanya tinggal
kenangan.
Fariz dengan musiknya yang dinamis dan
progesif suka saya dengar untuk menghangatkan hari. Lagu-lagunya seperti,
Barcelona, Sakura, Di Antara Kata, Kurnia dan Pesona, Nada Kasih adalah
beberapa di antaranya yang pernah wara-wiri di blantika musik Tanah Air.
Begitupun dengan KLa Project, pada era keemasannya, lagu-lagu mereka juga
merajai tangga lagu-lagu pop di berbagai stasiun radio di Indonesia.
Khusus dengan KLa Project, saya punya
pengalaman menjadi bagian dari pertunjukan mereka di Makassar. Bahkan merupakan
pertunjukan pertama, tahun 1993, yang digelar di Hotel Victoria Panghegar,
sekarang Hotel Horison, Jalan Jenderal Sudirman. Pertunjukan itu bertajuk
Pesona KLa '93.
KLa Project merupakan nama grup musik yang
dibentuk tahun 1988. Grup ini digawangi Katon Bagaskara (vokal, bass, gitar,),
Romulo Radjadin atau Lilo (gitar, vokal), Adi Adrian (keyboard, piano,
synthesizer), dan Ari Burhani (drum). Namun, saat tampil di Makassar, Ari
Burhani tak lagi sebagai penggebuk drum. Dia beralih peran sebagai manajer KLa,
setelah keluar album "Pasir Putih" (1992).
Drummer KLa saat tampil di Makassar, diisi
Ronald Fristianto, sebagai additional player. Ada lagi satu musisi pendukung,
yakni Danny Supit, sebagai bassist. Keduanya memang sering jadi additional
player, baik saat KLa konser maupun rekaman di studio.
Saya bisa menjadi bagian dari konser KLa
Project karena diajak panitia penyelenggaranya. Event Organizer (EO) konser,
kala itu, merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas).
Rerata mereka angkatan '91 dan '92. Boleh dibilang, mereka adalah adik letting,
yang cukup mengenal saya, seniornya hehehe. Saya di kampus dikenal sebagai
tukang bikin spanduk. Itulah alasan mengapa saya diajak bergabung.
Sekretariat panitia konser KLa Project
ini, kalau tidak salah di rumahnya Nisa, di Jalan Kakatua (sekarang Jalan
Pajonga Daeng Ngalle). Rumahnya persis di pojok, bersebelahan dengan TVRI, yang
di situ banyak terdapat pedagang sepatu olahraga. Jalan di samping rumahnya itu
menuju ke kolam renang Mattoanging.
Di rumah itulah selama persiapan
konser, saya rutin datang untuk membuat
baliho. Balihonya dikerjakan secara manual, masing-masing seukuran 4 tripleks.
Baliho-baliho yang saya buat itu kemudian dipasang di beberapa titik, antara
lain di dekat Monumen Mandala Jalan Jenderal Sudirman, di perempatan Jalan
Landak-Jalan Dr Sam Ratulangi, dan depan sekretariat panitia. Saya juga membuat
satu baliho ukuran besar sebagai latar panggung.
Sebelum konser, panitia mengadakan jumpa
pers di Topaz Food Court, Jalan Topaz Raya, yang berada di kawasan Panakkukang
Mas. Ini salah satu tempat nongkrong yang hommy di masanya. Tak hanya wartawan
yang hadir, tapi juga KLanis, sebutan untuk fans grup band itu. Mereka juga
menjual kaos bergambar sampul album "Pasir Putih", yang so pasti
laris manis dibeli para penggemar.
Saat jumpa pers itu, saya ingat Lilo yang
paling happy. Maklum Makassar merupakan kota kelahirannya. Ayahnya, yang
seorang tentara, bernama Radjaddin Daeng Lau, asal Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Dia tampil dengan jaket kulit tanpa lengan topi ala koboy. Sesekali dia
menggunakan logat Makassar saat berbincang dengan panitia atau saat disapa
fans.
Album "Pasir Putih" dengan lagu
andalan Tak Bisa ke Lain Hati dan Belaham Jiwa, merupakan album ketiga KLa.
Album bergenre pop, jazz, dan rock ini sukses meraih Penghargaan BASF Award
1992 kategori Pop Kontemporer Terbaik.
Sebelum itu, tahun 1989, mereka merilis
album perdana bertitel "KLa", yang sukses mencetak hits, seperti
Rentang Asmara, Tentang Kita, dan Waktu Tersisa. Pada tahun 1991, KLa
meluncurkan album "Kedua", yang memuat lagu fenomenal Yogyakarta.
Lagu ini berhasil memborong berbagai kategori BASF Award di tahun itu, mulai
dari kategori Lagu Terbaik, Aransemen Terbaik, hingga kategori Pop Techno
Terbaik.
Bisa dibayangkan, riuhnya minat penonton
kala itu. KLa datang di saat mereka lagi di puncak kejayaan, dengan sederet
lagu hits. Tentu saja saya menikmati semua kemewahan itu, bahkan secara
eksklusif.
Ketika mereka gladi atau cek sound di
Hotel Victoria Panghegar, yang menjadi lokasi konser, tidak banyak orang yang
hadir. Hanya panitia, dan beberapa mitra sponsor yang datang melihat pemasangan
logo pada baliho yang saya kerjakan. Mitra sponsor itu mau memastikan bahwa
ukuran logo mereka tetap terlihat dari bawah panggung.
Saya memanfaatkan momen itu, berfoto
dengan latar personel KLa Project yang tengah gladi. Katon dengan kaos putih
dan celana pendek, Lilo dan Adi yang juga tampil casual, serta Danny Supit yang
berkaca mata hitam dan Ronald, yang eksentrik. Sebagai informasi, Ronald ini
kita kenal sebagai drummer GIGI dan Dr.PM.
Foto-foto dengan personel KLa Project itu,
jadi penanda bahwa saya pernah terlibat dalam suatu konser musik, sebagai
pembuat baliho dan latar panggungnya. Foto bersama Katon Bagaskara di Topaz
Food Court, masih terdokumentasi baik. Mantan pramugara pesawat Garuda itu
dengan wajah tersenyum merangkul saya seusai jumpa pers.***
Makassar, 22 November 2024