Walikota Makassar terpilih, Munafri Arifuddin, Presiden Prabowo Subianto, dan Wagub Sulsel terpilih Fatmawati Rusdi. |
------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 08 Desember 2024
Buah Gagal
TAK semua kekalahan dalam Pilkada membuat
kesedihan, patah hati dan sebagainya. Ada kekalahan yang berbuah kemenangan.
Tergantung bagaimana menyikapi kekalahan itu. Kekalahan menghasilkan
pengalaman. Yang sangat berharga. Dan pengalaman membentuk ekspektasi.
Kuncinya:ikhlas.
Itu bukan kata saya. Tapi, pengalaman dari
mereka yang sudah pernah kalah dan gagal dalam kontestasi demokrasi kita yang
sangat melelahkan dan menguras energi, pikiran serta materi. Mereka tak patah
arang, bahkan sebaliknya menemukan
“titik balik”.
Di antara Pilkada serentak 2024 kemarin,
di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menjadi barometer politik Indonesia timur
misalnya. Yang fenomenal adalah Munafri Arifuddin. Pria yang biasa disapa Appi
ini dua kali kalah dalam Pilkada Kota Makassar. Nasibnya sama dengan Prabowo
Subianto yang dua kali kalah Pilpres.
Dua kali kekalahan tak membuatnya kapok.
Apalagi menyurutkan semangatnya bertarung kembali. Dan baru yang ketiga kalinya
ini Appi yang berpasangan dengan Aliyah Mustika Ilham, berdasarkan hasil hitung
cepat, bisa mewujudkan mimpinya jadi Walikota Makassar untuk masa lima tahun
kedepan. Setelah itu berpotensi menjadi Gubernur Sulsel kelak.
Seperti Anda sudah tahu yang pertama pada
Pilwali Makassar 2018. Bahkan saat itu, diusung 10 partai politik, Appi yang
berduet dengan Rachmatika Dewi tak mampu mengalahkan kolom kosong. Saat itu,
Appi sedianya berduel dengan Danny Pomanto. Hanya saja, di tengah perjalanan,
yang bersangkutan terkena diskualifikasi oleh penyelenggara karena dianggap melanggar aturan.
Yang kedua, pada Pilwali Makassar 2020.
Kembali Appi maju berstatus kandidat dengan menggandeng Abdul Rahman Bando,
keduanya hanya bisa finish di posisi kedua.
Yang pernah kalah juga Fatmawati Rusdi.
Perempuan berhijab ini pada Pilkada 2018 maju sebagai calon Bupati Sidrap.
Mencoba melanjutkan kepemimpinan sang suami Rusdi Masse. Hasilnya, ia harus
menelan kekalahan.
Pasca kegagalan itu, lima tahun berselang,
Fatmawati Rusdi kembali maju di Pilkada Makassar. Sebagai wakil walikota
berpasangan incumbent Danny Pomanto. Terpilih. Setahun sebelum berakhir masa
jabatannya, ia mundur karena maju di Pileg 2024. Terpilih sebagai anggota DPR
RI Dapil Sulsel-1 dari Partai Nasdem.
Namun Fatmawati “gagal” duduk dan dilantik
di Senayan. Karena ditugaskan partainya maju sebagai Calon Wakil Gubernur
Sulsel berpasangan dengan petahana Andi Sudirman Sulaiman. Dalam perhitungan
cepat sejumlah lembaga survei pasangan dengan tagline “Andalan Hati” ini menang
dengan perolehan suara siginifikan.
“Selain ikhlas, ibu Fatmawati punya
keteguhan hati dan kesabaran menjalankan tugas yang diberikan padanya. Melepas
sesuatu yang sudah digenggam dan menerima yang belum tentu hasilnya itu tidak
mudah lho. Nah, itu yang tidak banyak orang tahu,” kata Andi Rachmatika Dewi,
koleganya di Nasdem yang kini Ketua DPRD Sulsel, seperti dikutip dalam podcast
sudut politik.
Kalah menang dalam kontestasi politik
sebenarnya hal biasa. Karena sentimen dan selera publik mudah berubah dengan
berlalunya waktu. Apalagi Pemilihan Umum dilakukan secara berkala, sehingga
yang kalah dan menang hanya soal giliran saja bagi para politisi.
Yang penting janganlah memaknai kekalahan itu sebagai kegagalan. Karena hakikatnya kekalahan adalah hikmah untuk melakukan evaluasi tanpa harus mencari kambing hitam. (Rusman Madjulekka)