------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 25 Desember 2024
Bye-Bye Beban Administratif Guru
Oleh: Mas’ud Muhammadiah
(Dosen Universitas Bosowa)
Mulai 01 Januari 2025, Indonesia akan
mengalami perubahan signifikan dalam sistem pendidikan nasionalnya. Reformasi
ini pada dasarnya akan mengubah fungsi inti guru, kepala sekolah, dan
administrator sekolah.
Perubahan ini dimaksudkan untuk mengurangi
beban administratif yang sering dianggap merugikan efektivitas pengajaran dan
pengembangan profesional guru. Sebelumnya, guru diharuskan memenuhi persyaratan
mengajar secara langsung 24 jam seminggu.
Kewajiban ini seringkali menimbulkan
beban, terutama bagi guru yang mengajar mata pelajaran dengan jumlah jam
terbatas. Akibatnya, banyak guru
terpaksa mengajar di beberapa sekolah untuk memenuhi persyaratan tersebut,
sehingga mengurangi fokus dan kualitas pengajaran mereka.
Awal 2025, model ini akan berubah. Tugas
utama guru akan diperluas menjadi empat aspek utama, yakni mengajar di kelas,
membimbing siswa, mengikuti pelatihan, dan aktif di masyarakat.
Perubahan ini mencerminkan pemahaman yang
lebih komprehensif tentang peran guru dalam membentuk generasi masa depan
negara. Aspek pertama, pengajaran di kelas, tetap menjadi fokus pekerjaan guru.
Namun dengan berkurangnya jam mengajar, diharapkan guru bisa lebih fokus pada
kualitas pengajaran dibandingkan kuantitas.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa kualitas interaksi antara guru dan siswa lebih penting
daripada waktu yang dihabiskan di kelas (Hattie, 2021).
Aspek kedua, bimbingan siswa, menekankan
peran guru sebagai pembimbing. Hal ini mencakup fokus akademik dan nonakademik,
yang penting untuk perkembangan siswa secara keseluruhan (Sayang-Hammond, dkk.,
2020) menekankan bahwa hubungan yang kuat dan positif antara guru dan siswa
adalah kunci keberhasilan akademik dan kesejahteraan emosional siswa.
Aspek ketiga, partisipasi dalam pelatihan,
mengakui pentingnya melanjutkan pengembangan profesional bagi guru. Di era yang
terus berubah, guru harus senantiasa memperbarui pengetahuan dan
keterampilannya. Pengembangan profesi yang efektif dan berkesinambungan
memberikan dampak positif terhadap praktik pengajaran dan hasil belajar siswa.
Aspek keempat, dinamisme sosial,
mencerminkan pemahaman bahwa pendidikan tidak terbatas pada ruang kelas. Guru
diharapkan menjadi agen perubahan di masyarakat, menghubungkan pembelajaran dengan
kehidupan nyata. Hal ini sejalan dengan konsep “pengajaran partisipatif” yang
menekankan pentingnya menghubungkan pendidikan dengan konteks sosial yang lebih
luas.
Reformasi ini mempunyai beberapa manfaat
penting. Pertama, dengan mengurangi beban administratif dan waktu mengajar yang
berlebihan, guru dapat lebih fokus pada kualitas pengajaran dan pengembangan
pribadi.
Kedua, mengakui peran guru di luar kelas
dapat meningkatkan motivasi dan apresiasi terhadap profesi guru. Ketiga, fokus
pada pendidikan berkelanjutan dapat meningkatkan kapasitas guru secara
keseluruhan.
Namun perubahan ini juga membawa beberapa
tantangan. Pertama, implementasi yang efektif
memerlukan perubahan signifikan dalam sistem manajemen sekolah dan
evaluasi kinerja guru.
Kedua, terdapat risiko bahwa sebagian guru
akan kesulitan menyeimbangkan keempat aspek tugas inti. Ketiga, diperlukan
investasi yang besar untuk mengembangkan program pelatihan guru yang
berkualitas.
Sekelumit Pendidikan Dunia
Finlandia sering dianggap sebagai contoh
sistem pendidikan ideal di dunia. Sistem pendidikan Finlandia terkenal dengan
pendekatannya yang berpusat pada siswa, ketergantungan yang tinggi pada
profesionalisme guru, dan kurangnya standardisasi dan pengujian.
Di Finlandia, guru mempunyai otonomi yang
besar dalam menentukan kurikulum dan metode pengajaran. Menurut Sahlberg
(2021), guru Finlandia menghabiskan sekitar 4 jam sehari untuk mengajar di
kelas dan sisanya untuk pengembangan profesional, perencanaan pembelajaran, dan
berkolaborasi dengan rekan kerja.
Hal ini berbeda dengan beban mengajar 24
jam seminggu yang diterapkan di Indonesia. Reformasi yang dilakukan Indonesia
yang bertujuan untuk mengurangi beban administratif dan memperluas peran guru
sejalan dengan praktik di Finlandia.
Namun tantangan implementasi di Indonesia
jauh lebih kompleks karena skala dan keragaman kondisi pendidikan di seluruh
negeri. Finlandia, dengan jumlah penduduk yang
lebih kecil dan homogen, dapat lebih mudah menerapkan kebijakan
pendidikan yang koheren.
Jerman, dengan sistem pendidikan ganda
yang terkenal, menawarkan perspektif berbeda. Sistem pendidikan Jerman
menekankan integrasi pendidikan akademik dan pelatihan kejuruan.
Di Jerman, guru selain mengajar di kelas
juga rutin mengikuti program magang dan pelatihan industri. Menurut Hoeckel dan
Schwartz (2020), guru di Jerman menghabiskan sekitar 15 hingga 20 jam per
minggu untuk mengajar di kelas, dengan sisa waktu dicurahkan untuk persiapan,
penilaian, dan pengembangan profesional.
Reformasi di Indonesia menekankan
peran guru dalam masyarakat dan pengembangan profesional berkelanjutan
serupa dengan sistem Jerman. Namun tantangan bagi Indonesia adalah membangun
hubungan erat antara sektor pendidikan
dan industri, yang sudah terjalin dengan baik di Jerman.
Jepang, yang terkenal dengan pendekatan
pendidikannya yang komprehensif, tidak hanya berfokus pada prestasi akademik
tetapi juga pembangunan karakter. Di Jepang, guru memainkan peran yang sangat
dihormati dalam masyarakat dan secara aktif terlibat dalam kehidupan siswanya
di luar kelas.
Menurut Tsuneyoshi (2019), guru di Jepang
sering kali menghabiskan lebih banyak waktunya untuk kegiatan ekstrakurikuler
dan membimbing siswa, hal ini konsisten dengan aspek kedua dan keempat dari
proses reformasi Indonesia.
Sistem Jepang juga menekankan pengembangan
profesional berkelanjutan bagi guru. Program seperti “lesson study”, guru
berkolaborasi untuk mengembangkan dan meningkatkan metode pengajaran, telah
menjadi model yang diadopsi di banyak negara. Reformasi di Indonesia yang
menekankan pelatihan guru dan
pengembangan profesional mencerminkan
praktik ini.
Singapura, dengan sistem pendidikannya
yang sangat kompetitif dan berorientasi pada prestasi, adalah contoh lainnya.
Meskipun guru di Singapura mempunyai beban mengajar yang relatif tinggi, mereka
juga mendapat manfaat dari dukungan pengembangan profesional yang kuat.
Menurut Tan dan Dimmock (2022), Singapura
menerapkan sistem “jalur pembelajaran” yang memungkinkan guru untuk memajukan
karir mereka tanpa harus meninggalkan kelas.
Reformasi yang dilakukan Indonesia untuk
memperluas peran guru dan menekankan
pengembangan profesional memiliki kesamaan dengan pendekatan Singapura.
Namun, tantangan bagi Indonesia adalah memastikan bahwa perluasan peran ini
tidak memengaruhi kualitas pengajaran di kelas.
Perbandingan dengan keempat negara
tersebut menunjukkan bahwa reformasi di Indonesia sejalan dengan tren global
dalam pengembangan profesional guru. Namun, setiap negara memiliki konteksnya
masing-masing yang memengaruhi implementasi kebijakan pendidikannya. (bersambung)
.....
Tulisan Bagian 2:
Kurikulum Merdeka vs Kurikulum Belum ada Judul
ALHAMDU.ILLAH PAK
BalasHapusSEMOGA BISA TÈRWUJUDKAN AGAR PARA GURU KONSENTRASI DENGAN TUGAS POKOKNYA MENDIDIK ANAK BANGSA....