Arqam Azikin (paling kiri) bersama beberapa teman di sebuah kegiatan. |
------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 03
Desember 2024
“Salam
Terakhir”
(Mengenang
sahabat Arqam bin Azikin)
Oleh: Rusman
Madjulekka
“T'rimalah salamku
Yang terakhir kali
Ku akan pergi jauh
Kucoba untuk mengerti dirimu
dan kuberjanji melangkah di
jalanNya…”
*
Syair ini cukup populer di era
tahun 80-an hingga awal 90-an. Anda pun bisa menebak. Itu penggalan syair bait
terakhir dari lagu “Salam Terakhir” yang dipopulerkan penyanyi lawas Ikang
Fawzi. Tapi anda tidak bisa menebak “salam terakhir” yang betul-betul terakhir
dari seseorang yang meninggalkan kita untuk selamanya.
“Maafkan kalau ada salah saya.
Jangan lupa sampaikan salam buat teman-teman,” kata Dr. Arqam Bin Azikin SSos
MSi melalui Anil Hukma dkk, kawan satu angkatan 90 di jurusan komunikasi Fisip
Unhas yang membesuknya di RS khusus Dadi Makassar, Sulawesi Selatan, belum lama
ini. Tapi saat itu, kata Anil, kondisinya sudah sangat lemah.
Pesan itu terasa biasa dan
lazim juga disampaikan oleh komunitas teman lainnya. Yang juga sempat
membesuknya. Saat itu tak lupa Arqam, begitu biasa ia dipanggil, menceritakan
anaknya yang sudah mahasiswa.Dan beberapa kenangan lainnya, tak luput dari ingatannya
meski mulai menurun.
Tiba-tiba hari senin dinihari (2/12/2024)
masuk pesan whatsapp: “Innalilahi Wainnalilahi Rojiun…telah meninggal dunia
barusan saudara dan sahabat kita Arqam Azikin dan rencana dikebumikan di kota
kelahirannya Parepare.”
Kabar duka itu sungguh
menyesakkan dada. Terutama bagi kami yang sama-sama mahasiswa satu angkatannya
saat di Unhas dulu. Karena sebelumnya kami masih berharap dirinya yang sudah
lama terbaring di RS melawan penyakitnya, bisa segera pulih kembali.
Setelah beberapa hari
berselang dari waktu pesan salam yang disampaikan Arqam tersebut, baru kita
sadar bahwa sesungguhnya itulah “salam terakhir” yang betul-betul terakhir dari
seorang sahabat rasa saudara yang dikenal aktif, lincah, dan rajin menjalin silaturrahim.
Ke daerah mana pun ia
bepergian, tak pernah lupa ia mengontak kawan lamanya semasa mahasiswa. Begitu
pun yang bertandang ke Makassar, ia selalu meluangkan waktu mengundang bertemu.
Dijamu aneka menu khas setempat. Tak lupa berfoto.
Sejak mahasiswa Arqam Azikin
dikenal sebagai aktivis. Baik di organisasi himpunan/jurusan maupun senat
fakultas. Begitu juga di level universitas. Ia bersama kawan-kawannya tercatat
menginisiasi pendirian UKM Liga Film Mahasiswa (LFM) Unhas.
Tampilan fisiknya sederhana,
badan ceking, dibalut jeans, baju kemeja dalaman kaos oblong serta bersepatu
kets dan rambut gondrong sebahu. Membuatnya gampang dikenal di kalangan kampus.
Ia juga penggemar berat musisi
legendaris Iwan Fals. Semua lagu ciptaannya yang bernuansa protes dan kritik
kebijakan masa orde baru itu, dihapalnya. Bukan hanya itu, lantunan suaranya
pun beda-beda tipis dengan penyanyi aslinya. Lagu bertajuk “Bento” dan
“Orang-orang harus dibangunkan” yang paling sering didendangkannya.
“Pernah almarhum diminta sama
senior tampil menyanyikan lagu di hadapan ribuan mahasiswa baru 90-an. Ia
tampil percaya diri. Memompa semangat perjuangan melawan penindasan dan
ketidakadilan,” kenang Herwin, kawan satu angkatan dengan almarhum di Fisip
Unhas.
Selembar kertas putih kutarik.
Lalu kugoreskan catatan di atasnya:
“Kabar duka lewat WA
sungguh menyesakkan dada
ditinggalkan seorang sahabat
seorang yang selalu
bersemangat
masa mahasiswa yang sama kita
lalui
dengan canda tawa
Selamat jalan, brother!”
Jakarta, 02 Desember 2024