Kiri atas Husni Jamaluddin, kiri bawah Arsal Alhabsy, dan kanan Alwi Hamu. |
-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 19 Januari 2025
In Memoriam:
Kritik Arsal
Alhabsy dan Makian Husni Jamaluddin kepada Alwi Hamu
Oleh: Asnawin Aminuddin
Alwi Hamu sejatinya adalah seorang
pengusaha. Ia bersahabat dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan juga bersahabat
dengan mantan Anggota DPD RI Aksa Mahmud, yang keduanya juga adalah pengusaha.
Bedanya, Jusuf Kalla dan Aksa Mahmud
pernah terjun ke dunia politik, sedangkan Alwi Hamu tetap sebagai pengusaha,
tetapi ketika Jusuf Kalla menjadi Wakil Presiden RI, Alwi Hamu diangkat menjadi
Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden.
Alwi Hamu pengusaha media massa dan banyak
usaha lainnya, serta mendirikan perguruan tinggi (Universitas Fajar, Makassar).
Bukan sekadar pengusaha media, Alwi Hamu juga juga memang punya jiwa wartawan,
bahkan ia telah menjadi wartawan sejak masih mahasiswa dengan mengelola surat
kabar Harian KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) untuk wilayah Sulawesi
Selatan.
Pada 1972, bersama Mattulada, Rahman Arge,
Husni Djamaluddin, dan Arsal Alhabsi, dia mendirikan Majalah “Intim” yang
dibiayai sendiri.
Pada 1978, Alwi diajak Syamsuddin DL
bergabung dengan surat kabar “Tegas” dengan jabatan Wakil Pemimpin Umum. Dia
kemudian membeli mesin cetak untuk mendukung penerbitan “Tegas.”
Setelah itu Alwi Hamu bersama Harun Rasyid
Djibe dan Sinansari Ecip, menerbitkan Surat Kabar Harian “Fajar”, yang kemudian
Harian “Fajar” menjadi salah satu media terbesar di kawasan timur Indonesia.
Di dunia pers, Alwi Hamu pernah menjabat
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel dua periode (1993-1996 dan 1996-1999),
Dewan Penasehat PWI Pusat, serta Ketua
Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) Periode 2019-2023.
Sukses yang diraih Alwi Hamu sebagai
pengusaha tentu tidak terlepas dari jiwa juangnya yang tinggi dan juga gigih
menghadapi segala macam tantangan.
“Dia pekerja ulet,” kata Jusuf
Kalla.
Alwi Hamu juga tidak terpengaruh dengan
segala macam kritikan dan cacian kepada dirinya. Alwi Hamu mengungkapkan bahwa
saat sedang berjuang menstabilkan penerbitan Harian “Fajar”, dirinya mengalami
banyak cobaan, termasuk “gangguan” dari teman seprofesi.
Gangguan itu antara lain datang dari Arsal
Alhabsyi (wartawan, seniman, penulis, dan pendiri Mingguan ORDE BARU) yang
hampir setiap minggu mengeritik dan memaki Alwi Hamu melalui tulisan, yang oleh
Alwi Hamu disebut sebagai “surat cinta.”
Kritikan dan makian Arsal kadang-kadang
bahkan sangat menyakitkan, tetapi Alwi Hamu tak pernah marah dan juga tak
pernah membalas kritikan dan makian tersebut. Ia malah “sangat menikmati”
kritikan dan makian-makian tersebut.
Semua tulisan Arsal dikumpulkan dan
kemudian dibukukan dengan judul “Inspirasiku”. Maka ketika Arsal Alhabsyi
meninggal dunia, Alwi Hamu merasa sangat kehilangan.
Sikap berbeda ia rasakan ketika Husni
Jamaluddin (wartawan, seniman, politisi) mengeritik dan memaki-maki dirinya
dengan sebutan “cermin rusak”. Sebutan itu membuat Alwi Hamu sangat
tersinggung.
Meskipun tersinggung, Alwi tidak langsung
melampiaskan kemarahannya. Dengan berat hati ia membaca tulisan Husni
Jamaluddin dan ternyata tulisan tersebut berisi pujian kepada dirinya.
Dalam tulisan itu, Husni Jamaluddin
mengibaratkan Alwi Hamu seperti cermin rusak yang tidak marah dan tidak
membalas, meskipun dirinya dikritik, dicaci-maki, dan dirusak nama baiknya.
Setelah membaca tulisan bergaya sastra
tersebut, Alwi Hamu langsung mendatangi dan mencium tangan Husni Jamaluddin.
Alwi Hamu kini telah tiada.
Pria kelahiran Parepare, 28 Juli 1944, menghembuskan nafas terakhirnya di
Jakarta, pada Sabtu, 18 Januari 2025, dan dikebumikan di Makassar, Ahad, 19
Januari 2025.
Dalam rentang usia 81 tahun, Alwi
Hamu telah begitu banyak memberikan inspirasi dan pelajaran berharga kepada
banyak orang, termasuk kepada para wartawan. Selamat jalan Pak, semoga segala
amal ibadahmu diterima di sisi Allah swt dan dosa-dosamu diampuni, serta
kuburmu dilapangkan dan diterangi, amin.***