Pupuk Keberagaman, Biasakan Berembuk

TEMU BUDAYA. Akademisi UIN Alauddin Makassar, Abu Haif M. Bilalu (pegang pelantang) tampil sebagai salah satu pembicara pada Temu Budaya Akhir Tahun 2024 dengan tema “Refleksi Budaya Sulawesi Selatan Akhir Tahun 2024 Menuju Tahun 2025”, di Gedung MULO Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Sabtu, 28 Desember 2024. (ist)

 

-----

PEDOMAN KARYA

Senin, 13 Januari 2025

 

Temu Budaya Sulawesi Selatan (7):

 

Pupuk Keberagaman, Biasakan Berembuk

 

Laporan: Asnawin Aminuddin

(Wartawan Pedoman Karya)

 

Islam masuk ke bumi Nusantara dengan proses gradual (perlahan namun pasti). Islam masuk ke bumi Nusantara dengan strategi tepat, akurat dan membumi lewat cara bijak, santun, damai, melalui proses akulturasi agama dengan budaya lokal setempat hingga agama Islam diterima tanpa kekerasan.

Contoh Sunan Bonang di Tuban Jawa Timur. Beliau berdakwah melalui kesenian agar bisa menarik masyarakat untuk memeluk Islam. Lagu Wiji atau Tombo Ati ini karya beliau dengan menambah unsur Islami.

“Sunan Bonan mengubah nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Buddha yang telah lama dipeluk sebelumnya,” papar akademisi UIN Alauddin Makassar, Abu Haif M. Bilalu.

Hal itu ia sampaikan pada Temu Budaya Akhir Tahun 2024 dengan tema “Refleksi Budaya Sulawesi Selatan Akhir Tahun 2024 Menuju Tahun 2025”, di Gedung MULO Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Sabtu, 28 Desember 2024.

Abu Haif yang dosen Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Alaudin Makassar, mengatakan, Sunan Kudus (ahli Tafsir, Fikih, Ushul Fikih, Tauhid, Hadis serta Logika) memiliki toleransi beragama dengan mendekatkan Agama Hindu, Buddha dengan Islam.

“Beliau menghargai Agama Hindu. Agama Hindu sangat menghargai sapi. Sunan Kudus melarang Kurban Sapi waktu itu tapi ganti dengan kerbau,” kata Abu Haif.

Sunan Kalijaga menyebarkan Islam dengan menggunakan media wayang kulit di wilayah Demak, Jawa Tengah. Lagu Wiji atau Tombo Ati unsur-unsur Islamnya yaitu (1) membaca Al-Qur’an, (2) shalat 5 waktu, (3) berkumpul dengan orang-orang shaleh, (4) puasa sunnah, dan (5) dzikir.

Dapat dipahami artinya agama dan budaya sebagai simpul utama dalam membangun misi Islam rahmatan lil’alamin (kasih sayang bagi semesta alam).

“Konsep ini perintah agama dengan tujuan untuk mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia dan alam semesta,” kata Abu Haif.

 

Membangun Keberagaman

 

Perspektif historis Nabi Muhammad telah mengakui pentingnya membangun keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah dibuat oleh Nabi Muhammad bersama suku-suku Muslim, Yahudi / Qainuqa, Nadhir, Quraidzhah, Nasrani. Piagam atau konstitusi ini tujuannya untuk mempersatukan berbagai golongan yang ada di Madinah agar penduduknya dapat hidup berdampingan dengan damai.

“Dengan Piagam Madinah, ada kebebasan beragama, kebebasan menyatakan pendapat, keselamatan harta benda, larangan melakukan kejahatan, metode penyelesaian perselisihan secara damai. Artinya, Nabi Muhammad melalui Piagam Madinah menghargai keberagaman yaitu adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat seperti suku, agama, budaya, keyakinan, dan lain-lain,” tutur Abu Haif.

Piagam Madinah, lajutnya, hakekatnya menghargai keberagaman, memungkinkan kelompok-kelompok mempertahankan identitas tradisi mereka, membangun masyarakat yang kaya secara budaya, mendorong kebebasan berekpresi beragama dan berpendapat, mendorong dialog, saling pengertian dan kerja sama antara berbagai kelompok.

“Juga menghormati setiap individu tanpa melihat latar belakangnya, bersikap terbuka terhadap perbedaan yang ada, tidak memaksakan kehendak, saling membantu, dan tidak mengejek keyakinan, agama, ras dan budaya lain,” urai Abu Haif.

Contoh kasus, ada Sahabat menampar orang Yahudi. Orang Yahudi tidak menerima perlakuan sahabat ini, maka ia pun menemui Nabi Muhammad dan melaporkan perlakukan sahabat. Mendengar aduan orang Yahudi tersebut, Rasulullah pun marah kepada Sahabat.

“Artinya Nabi Muhammad memberi petunjuk kepada kita bahwa betapa pentingnya memupuk keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberagaman artinya adanya variasi atau perbedaan dalam suatu kelompok atau komunitas, seperti perbedaan budaya, suku, agama, bahasa gender, antar-golongan, dan lain-lain,” kata Abu Haif.

 

Memupuk Keberagaman

 

Dalam konteks ke-Indonesia-an, lanjut Abu Haif, Pancasila mengandung nilai-nilai yang hendaknya dapat diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat, yaitu menghargai perbedaan: agama, budaya, suku dan bahasa, bersikap toleran menyangkut perilaku untuk menghormati/menghargai perbedaan, menjaga kerukunan antar-umat beragama.

Juga menghindari diskriminasi SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) artinya kemanusian yang berkeadilan sosial, membantu sama lain tidak saling menjatuhkan, menjalin kebersamaan, musyawarah, dan persatuan.

 

Biasakan Berembuk

 

Guna memperkuat agama dan budaya lokal sebagai perekat keberagaman, Abu Haif mengusulkan agar memasukkan dalam kurikulum keagamaan di semua lembaga pendidikan, baik muslim maupun non-muslim bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin, sehingga pemuda dan pemudi bisa terhindar dari radikalisme, karena sudah memiliki pemahaman agama yang mendalam.

Kita juga sebaiknya membiasakan berembuk sebagai budaya lokal dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Bung Karno mengatakan, musyawarah ata berembuk merupakan tradisi gotong royong untuk memecahkan masalah. Karena kesejatian bangsa Indonesia berdiri ialah atas gotong royong dan saling bantu membantu lintas suku dan agama.

“Sudah seharusnya kita semua turun tangan mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal bangsa. Nilai belas asih, saling menghargai perbedaan, membiasakan berpikir yang benar dan kritis, itu semua merupakan budaya lokal sebagai benteng dari radikalisme agama,” kata Abu Haif. (bersambung)

.....

Artikel Bagian 6: 

Budaya Lokal Memberi Kekayaan Terhadap Agama 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama