![]() |
HPN DAN HUT PWI. Peringatan HPN dan HUT Ke-79 PWI Tahun 2025 dilangsungkan di Pekanbaru, Riau, Ahad, 09 Februari 2025. (Foto: Humas HPN Riau) |
------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 11 Februari 2025
Deru Debu HPN dan
HUT PWI ke-79 Tahun 2025
Oleh: Anwar Sanusi
(Mantan Sekretaris PWI Sulsel)
Hari Pers Nasional (HPN) dan
Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tahun 2025
telah usai. Tahun ini, peringatan HPN dan HUT PWI dilangsungkan pada dua
tempat, yakni di Pekanbaru, Riau, dan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada
waktu yang sama yakni tanggal 09 Februari 2025.
Peringatan HPN dan HUT PWI Tahun
2025 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dilaksanakan oleh Hendrik Ch Bangun,
Ketua terpilih Kongres Bandung, yang sebelumnya telah dipecat oleh Dewan
Kehormatan PWI, karena diduga terlibat dana hibah “cashback” bantuan Forum
Humas BUMN, untuk penyelenggaraan Uji Kompentensi Wartawan (UKW).
Sedangkan HPN dan HUT PWI Tahun
2025 di Pekanbaru, Riau, diselenggarakan oleh Zulmansyah Sekedang, Ketua
terpilih hasil Musyawarah Luar Biasa PWI, yang didukung puluhan tokoh pers nasional,
Dewan Kehormatan PWI, dan para Ketua PWI Provinsi se-Indonesia.
Sebelum HPN dan HUT PWI ke-79
tahun 2025 ini dihelat, kedua kubu saling klaim atas kehadiran Presiden
Prabowo, namun kenyataanya, HPN di Banjarmasin “hanya” dihadiri Menteri
Kebudayaan RI, Fadli Zon, sedangkan di kubu Zulmansyah Sekedang dihadiri Menteri
Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Viada Hafid, via zoom meeting.
Sejarah mencatat, pelaksanaan
HPN dan HUT PWI kali ini untuk pertama kalinya diselenggarakan pada dua
provinsi. Sekaligus menandakan bahwa organisasi Persatuan Wartawan Indonesia
telah diselimuti duka yang mendalam. Duka dan luka yang terasa menyayat dan
dirasakan seluruh anggota PWI mulai dari Sabang sampai Merauke.
Tapi apa hendak dikata, nasi
sudah jadi basi dan tidak satu pun di antara dua kubu yang dapat menahan ego.
Bahkan di akhir tahun 2024 lalu telah diwacanakan kongres yang digagas dan
difasilitasi Wakil Menteri Informasi dan Digital serta Dewan Pers, tetapi tidak
terlaksana.
Akankah kabut tebal terus
menyelimuti organisasi yang menghimpun para intelektual yang sudah berumur
rentah ini, ataukah organisasi profesi yang tertua ini akan berada dalam
keadaan sekarat yang sebentar lagi akan menghembuskan nafas terakhirnya
diusianya yang sudah senja?
Penulis mencoba berspekulasi
dengan berbagai sudut pandang dan cara berpikir dangkal untuk keluar dari
kisruh yang sudah berlangsung lama ini, agar tidak terjebak pada konflik
kepentingan dan mengambil posisi nertal.
Bahwa tidak ada masalah yang
tidak bisa diselesaikan dan dibutuhkan kesungguhan untuk menanggalkan sifat dan
merasa paling benar. Tidak ada kemenangan yang berkah dan bermanfaat kecuali
hanya dengan melalui proses demokrasi.
Sejalan dengan itu, bahwa
perseteruan dan dualisme kepemimpinan di tubuh organisasi ini seyogyanya dapat
diselesaikan dengan jalan dan cara yang merujuk ke jalan yang benar tanpa
melihat lagi kebelakang bercak-bercak perpecahan.
Bahwa untuk menyelamatkan
organisasi yang telah banyak melahirkan orang-orang hebat di negeri ini. Tidak
ada kata lain adalah perdamaian. Atau dengan cara melaksanakan kongres atau
musyawarah dan mufakat.
Sekali lagi, dibutuhkan
kesungguhan dan kerendahan hati untuk rujuk demi tegaknya perjuangan para
pendahulu kita mengibarkan bendera PWI yang hingga kini sudah berumur 79 tahun.
Wassalam.
Makassar, 09 Februari 2025