-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 11 Februari 2025
Obrolan Daeng
Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Dulu, Peringatan
HPN dan HUT PWI Selalu Sakral
“Dulu, peringatan HPN (Hari Pers Nasional)
dan HUT (Hari Ulang Tahun) PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) selalu sakral,”
kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi pagi di teras rumah Daeng
Nappa’.
“Sakral bagaimana?” tanya Daeng Nappa’.
“Sakral artinya dihormati. Dianggap suci,”
jawab Daeng Tompo’.
“Bagaimana bentuk penghormatannya? Bagaimana
bentuk pensuciannya?” tanya Daeng Nappa’.
“Peringatan HPN dan HUT PWI biasanya dihadiri
langsung oleh Presiden atau Wakil Presiden. Dan tidak ada peringatan HPN dan
HUT PWI yang dilaksanakan serentak pada waktu yang sama dan pada dua tempat
berbeda, yakni pada tanggal 9 Februari, baik di tingkat nasional maupun di
tingkat provinsi dan tingkat kabupaten kota. Peringatan HPN dan HUT PWI tingkat
provinsi dan tingkat kabupaten kota baru dilaksanakan setelah selesai HPN dan
HUT PWI tingkat nasional,” tutur Daeng Tompo’.
“Sekarang bagaimana?” tanya Daeng Nappa’.
“Jadi tidak sakral mi lagi,” ujar Daeng
Nappa’.
“Tidak sakral mi, karena terjadi
perpecahan kepengurusan PWI di tingkat pusat dan merembes ke daerah,” kata
Daeng Tompo’.
“Sayangnya itu di’?” ujar Daeng Nappa’.
“Betul, sangat disayangkan,” kata Daeng
Tompo’. (asnawin)
Selasa, 11 Februari 2025
....
Keterangan:
Jadi tidak sakral mi lagi = Jadi sudah
tidak sakral lagi
Tidak sakral mi = Tidak sakral lagi
Sayangnya itu di’ = Sangat disayangkan ya...
......
Obrolan sebelumnya:
Mudah-mudahan Prabowo Tidak Mengurus “Kuda Mati”