Senin, 10 Februari 2025
LPCR-PM, MPKSDI
dan LP2M Muhammadiyah Sulsel Gelar Baitul Arqam
MAKASSAR, (PEDOMAN
KARYA).
MAKASSAR – Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan menggelar Baitul Arqam
untuk tiga majelis/lembaga.
Baitul Arqam berlangsung selama dua hari, Senin – Selasa, 10-11 Februari 2025.
Kegiatan ini berlangsung di Aula Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar dengan
mengusung tema “Menyatukan Potensi untuk Masa Depan Islam Berkemajuan.”
Ketiga majelis yang terlibat
dalam Baitul Arqam tersebut yakni Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya
Insani (MPKSDI), Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) serta
Lembaga Pengembangan Cabang – Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR – PM) PWM Sulsel.
Ketua Panitia, yang juga Ketua
LPCR – PM PWM Sulsel, Prof Andi Sukri Syamsuri, dalam laporannya menyampaikan
bahwa peserta yang mendaftar secara online yakni, MPKSDI sebanyak 11 peserta,
LP2M sebanyak 12 peserta, serta LPCR – PM PWM Sulsel sebanyak 13 peserta.
“Selama kegiatan berlangsung,
seluruh peserta bermalam di kampus untuk memastikan keberlangsungan acara
dengan maksimal,” ujar Prof. Andis, sapaan akrab Andi Sukri Syamsuri.
Baitul Arqam ini dibuka oleh
Ketua PWM Sulsel, Prof Ambo Asse, M.Ag., didampingi oleh Wakil Ketua PWM
Sulsel, Dr Muhammad Syaiful Saleh, dan, Dr. KH. Mawardi Pewangi.
Dalam sambutannya, Dr. KH.
Mawardi Pewangi, sebagai Wakil Ketua yang membidangi tiga majelis/lembaga
tersebut, menegaskan pentingnya disiplin dan ketepatan waktu dalam mengikuti
seluruh materi pengkaderan agar kegiatan berjalan lancar dan tertib.
“Baitul Arqam ini akan terus
dilakukan, dan bagi pengurus yang belum mendapatkan kesempatan akan diberikan
peluang pada gelombang berikutnya,” katanya.
Setelah itu, dilakukan serah
terima daftar peserta oleh Dr. KH. Mawardi Pewangi kepada Master of Training
Baitul Arqam, Dr. H. Syaiful Saleh, M.Si.
Penekanan Pemahaman Prinsip
dan Nilai Muhammadiyah
Ketua PWM Sulsel, Prof Ambo
Asse, dalam arahannya menekankan bahwa kegiatan Baitul Arqam bertujuan untuk
memperkuat pemahaman kader terhadap prinsip dan nilai dasar Muhammadiyah.
“Jangan pernah merasa cukup
hanya karena sudah mengikuti Baitul Arqam atau Idiopolitor sebelumnya. Masih
banyak yang belum memahami prinsip dan nilai Muhammadiyah, sehingga terkadang
masih terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut,” tegasnya.
Ambo Asse juga mengingatkan
bahwa pemimpin Muhammadiyah, baik di tingkat wilayah maupun pusat, harus
memiliki sikap yang sama dalam menghadapi dinamika politik.
“Seorang pimpinan tidak bisa
berbicara sembarangan. Harus mampu menempatkan diri sesuai dengan peran dan
tanggung jawabnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan
bahwa Baitul Arqam harus menjadi wadah penguatan ideologi dengan materi yang
padat serta pendalaman nilai-nilai perjuangan Muhammadiyah.
Dalam kesempatan tersebut,
Prof. Ambo memberikan apresiasi kepada MPKSDI, LPCR, Majelis Tabligh, Majelis
Tarjih, serta lembaga lainnya atas kiprahnya dalam kaderisasi di Muhammadiyah.
Ia menegaskan bahwa menjadi
pengurus bukan sekadar menduduki jabatan dalam struktur organisasi, tetapi
harus aktif dalam kegiatan pengaajian, terutama di tingkat cabang dan ranting.
Muhammadiyah bergerak di atas
landasan Al-Qur’an. Kita harus bersinergi, bukan bercerai-berai. Kualitas
keimanan dan ketakwaan dalam gerakan ini terus ditingkatkan.