Ustadz Adi Hidayat Pemateri pada Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional

INSTRUKTUR MUBALLIGH. Para peserta Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional (PIMMNAS) #2 foto bersama di depan Gedung Pusdiklatbud Tabligh Institute Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa, 18 Februari 2025.

 

-----

Selasa, 18 Februari 2025

 

Ustadz Adi Hidayat Pemateri pada Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional

 

YOGYAKARTA, (PEDOMAN KARYA). Da’i kondang Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjadi salah satu pemateri pada Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional (PIMMNAS) #2 yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Pusdiklatbud Tabligh Institute Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa – Sabtu, 18-22 Februari 2025.

Ustadz Adi Hidayat membawakan materi “Profil Muballigh Muhammadiyah”. Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal membawakan materi “Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Implementasi Risalah Islam Berkemajuan di Ranah Tabligh.”

Beberapa materi lainnya yaitu “Spirit Dakwah Muhammadiyah” (Dr M Damami Zein MA), “Fiqih Ibadah dalam Pelatihan (Jama’-Qashar, Shalat Lail) dan Fiqih Ramadhan” (Dr Syakir Jamaluddin MA), “Sistem Pendidikan dan Pelatihan Muballigh Muhammadiyah: Ragam Model dan Jenjang Pelatihan” (Fida ‘Afif SHum).

“Fiqih Dakwah” (Dr Okrizal Eka Putra Lc MA), “Belajar Efektif bagi Orang Dewasa (Gen Milenial dan Gen Z)” (Prof Taufik Kasturi SPsi MSi PhD), “Komunikasi Efektif Keinstrukturan” (Drs Yusuf A Hasan Mag), “Kepribadian Muballigh: Belajar dari Tokoh Muhammadiyah” (Dr M Ikhwan Ahada SAg MA), serta “Kode Etik dan Standardisasi Muballigh” (H Muhammad Choirin Lc MUs PhD), dan beberapa materi lainnya.

Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional (PIMMNAS) #2 dibuka secara resmi oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Dr Saad Ibrahim MA.

KH Saad Ibrahim mengatakan dewasa ini muballigh menghadapi tantangan besar dengan banyaknya perubahan dan perkembangan yang begitu cepat, tetapi seorang muballigh tidak boleh pesimis bahkan harus tetap optimis dalam mengikuti perubahan dan perkembangan dalam medan dakwah.

Tantangan yang dihadapi para muballigh sekarang, katanya, tidak ada apa-apanya dibandingkan tantangan dakwah yang dihadapi Rasulullah SAW dan para sahabat.

Pada awal-awal dakwahnya, Rasulullah bersama orang-orang pertama yang masuk Islam mengalami intimidasi bahkan penyiksaan dari para pemuka Mekah, sehingga Rasulullah meminta kepada sejumlah sahabat untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia, Afrika), termasuk salah satu di antaranya yaitu Utsman bin Affan.

“Mereka meninggalkan Mekah menuju Habasyah yang jaraknya kurang lebih 4.500 kilometer. Kendaraan paling canggih ketika itu ialah unta. Perjalanannya pasti berbulan-bulan,” kata Saad Ibrahim.

Di Habasyah ketika itu berkuasa seorang raja (Najasyi) yang beragama Nasrani, tetapi ia kemudian masuk Islam meskipun secara diam-diam.

“Itulah sebabnya ketika beliau (Raja Najasyi) meninggal dan diketahui oleh Rasulullah, maka Rasulullah langsung melakukan shalat ghaib di Madinah,” tutur Saad Ibrahim. (asnawin)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama