-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 19 Maret 2025
Kisah Nabi Muhammad SAW (7):
Abrahah Gerakkan
Pasukan Gajah untuk Hancurkan Ka’bah
Penulis: Abu Hasan Ali An-Nadwi
Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah
tidak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba Ka’bah
sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang lain, betapa pun
indahnya bangunan itu dibuat.
Orang-orang Arab merasa ziarah mereka
tidak sah jika tidak mengunjungi Ka’bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak
mengindahkan rumah suci baru itu. Seperti biasa, mereka tetap
berbondong-bondong berziarah ke Mekah.
“Tidak ada jalan lain!” geram Abrahah.
“Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan
hancurkan Ka’bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan tua itu hancur
dan rata dengan tanah, orang-orang Arab tidak akan punya pilihan lain selain
datang ke tempat kita!”
Sang Penguasa Yaman itu memang ditakuti
orang, karena pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik di atas
gajah yang paling besar dan kuat.
“Maju!” perintahnya.
Terompet pun membahana dan bumi
seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.
Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk
menghancurkan Ka’bah, penduduk Jazirah Arab terkejut. Walaupun tahu pasukan
Abrahah begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di
hadapan musuh.
Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab,
mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan tetapi, ia
dikalahkan dan ditawan.
Nufail bin Habib Al Khath’ami memimpin
pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan dijadikan
penunjuk jalan pasukan Abrahah.
Al Qullayus
Al Qullayus adalah nama gereja yang
dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi pergi ke
gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena kecintaan
mereka pada Ka’bah sudah mendarah daging.
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani
malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di dalamnya. Peristiwa
inilah yang memicu Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah.
Sikap Penduduk Mekah
“Kita lawan mereka, Abdul Muthalib!
Berikan peringatan kepada setiap orang untuk bertempur!”
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka
meminta pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul Muthalib tahu, sekeras
apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan.
Karena itu, ia menjawab dengan bijak,
“Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan
menyampaikan keterangan bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya
ingin menghancurkan Ka’bah. Kita akan selamat jika tidak menghalanginya. Aku
sarankan semua orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota.”
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas
Abrahah bersama beberapa orang pemuka Mekah.
“Kembalikan unta-unta kami yang dirampas
pasukanmu,” kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.
“Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah
ada hal lain yang engkau minta?” tanya Abrahah.
“Urungkan niatmu untuk menghancurkan
Ka’bah. Jika engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari daerah Tihama
yang subur.”
Abrahah menggeleng, “Tidak.”
“Kalau begitu, kami serahkan pengamanan
Ka’bah kepada Tuhan pemilik Ka’bah!” jawab Abdul Muthalib, lalu dia pergi.
Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah
mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah yang
letaknya sudah di depan mata. Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar
itu
Catatan:
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli
Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian menduduki Yaman.
Sebanyak 70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman. (bersambung)
......
Kisah sebelumnya: