-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 11 Maret 2025
Kisah Nabi Muhammad SAW (6):
Abrahah Heran Bangsa
Arab Datang ke Tanah Mekah Setiap Tahun
Penulis: Abu Hasan Ali An-Nadwi
Dengan membajakan hati, Abdul Muthalib
menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam yang terletak di
antara dua berhala Isaf dan Na’ila. Di tempat itulah biasanya orang-orang Mekah
melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun, masyarakat semakin
keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya
pun luluh.
“Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan
agar berhala tetap berkenan kepadaku?” tanya Abdul Muthalib.
“Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan
harta kita, kita tebuslah,” kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka
sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.
“Berapa tebusan kalian?” tanya dukun
wanita itu.
“Sepuluh ekor unta.”
“Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan
tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika yang keluar
nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta yang
keluar,” kata sang dukun.
Mereka pulang dengan lega dan segera
mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Mereka
menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi lagi nama Abdullah
yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah
unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang
keluar.
“Dewa sudah berkenan,” seru orang-orang.
“Tidak,” bantah Abdul Muthalib.
Semua orang terdiam, dan Abdul Muthalib
menambahkan, “Harus dilakukan sampai tiga kali.”
Akhirnya, setelah tiga kali dikocok, yang
keluar adalah nama unta, maka 100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan
begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan, karena mereka beranggapan bahwa
unta itu untuk dewa.
Keturunan Dua Orang yang Disembelih
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau
bersabda, “Aku adalah anak dua orang yang disembelih.” Yang dimaksud oleh
beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
Si Penguasa Yaman
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada
sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman, sebuah negeri yang
terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang
penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
“Aku tidak habis pikir, mengapa setiap
tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?” seru Abrahah kepada para
menterinya.
“Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan
bernama Ka’bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh penduduk Jazirah Arab,
sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi
beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun,” jawab salah seorang menteri.
“Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat
dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai sebuah rumah suci
yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan
dilupakan orang!” kata Abrahah.
“Namun, apa mungkin kita bisa membuat
rumah suci baru yang bisa menandingi Ka’bah?” tanya menteri.
“Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang
sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita miliki! Gerbang
emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau! Semuanya! Kerahkan seluruh
ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat!” seru Abrahah.
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah
gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu mengunjunginya
dengan rasa puas.
“Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang
Arab akan datang ke sini! Bahkan orang-orang Mekah akan melupakan rumah tua
mereka begitu melihat bangunan seindah ini!” kata Abrahah.
Bendungan Ma’rib
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba.
Sebelum datangnya Islam, Negeri Yaman telah terkenal dengan kemajuan teknologi
bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa
Ma’rib. Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya,
sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain. (bersambung)
Abdul Muthalib Bernadzar Menyembelih Anaknya dan Menemukan Sumur Zamzam