------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 16 Maret 2025
Kultum Ramadhan:
Belajar dari
Kepemimpinan Khalid bin Walid
Oleh: Furqan Mawardi
(Muballigh Akar Rumput)
Aassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah ﷻ, Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari kiamat.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Hari ini, kita akan merenungkan kisah
kepemimpinan seorang panglima besar Islam, Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu,
yang dijuluki “Saifullah” (Pedang Allah yang Terhunus). Ia adalah sosok
pemimpin perang yang tak terkalahkan, dikenal karena keberanian, kecerdikan
strategi, dan keteguhannya dalam jihad di jalan Allah.
Pada awalnya, Khalid bin Walid adalah
musuh Islam yang tangguh. Dalam Perang Uhud, ia adalah salah satu penyebab
kekalahan kaum Muslimin karena kecerdasannya dalam membaca kelemahan pasukan
Islam.
Namun, hidayah Allah datang kepadanya.
Setelah melihat kebesaran Islam dan akhlak mulia Rasulullah ﷺ, Khalid masuk
Islam pada tahun ke-8 Hijriyah. Sejak saat itu, ia menjadi panglima perang yang
tak terkalahkan dalam membela agama Allah.
Rasulullah ﷺ sendiri yang memberinya gelar
“Saifullah” (Pedang Allah yang Terhunus) dalam Perang Mu'tah. Meskipun pasukan
Islam kalah jumlah, strategi Khalid mampu menyelamatkan pasukan dan membawa
kemenangan moral bagi Islam.
Hadirin yang berbahagia
Sebagai seorang pemimpin, Khalid bin Walid
memiliki beberapa karakteristik luar biasa:
1. Keberanian yang tak tergoyahkan, Khalid
selalu berada di garis depan pertempuran, memberi contoh kepada prajuritnya
untuk tidak gentar dalam jihad.
2. Kecerdikan strategi perang, Dalam
Perang Yarmuk, meskipun pasukan Muslim hanya berjumlah sekitar 40.000 orang
melawan lebih dari 200.000 pasukan Romawi, strategi Khalid berhasil membawa
kemenangan gemilang.
3. Kedisiplinan dan kepatuhan terhadap
pemimpin, Ketika Khalifah Umar bin Khattab mencopotnya dari jabatan panglima
perang, Khalid tidak membantah atau memberontak. Ia tetap berjuang di medan
perang sebagai prajurit biasa dengan penuh keikhlasan.
4. Kesederhanaan dan ketulusan dalam
jihad, Khalid tidak pernah berperang
untuk kemuliaan pribadi, tetapi hanya untuk meninggikan kalimat Allah.
Hadirin yang dimulikan oleh Allah
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur'an:
وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍۢ
وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (sebagai) penggentar musuh Allah dan musuhmu...” (QS. Al-Anfal: 60)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
إِنَّ خَيْلَ الْجَنَّةِ لَمُعَقَّدَةٌ بِالنَّوَاصِي
وَالْخَيْرِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya kuda-kuda perang itu diikat
pada jambulnya dengan kebaikan hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari & Muslim)
Meskipun Khalid memenangkan lebih dari 100
pertempuran tanpa pernah kalah, ia wafat bukan di medan perang, tetapi di
tempat tidurnya. Dalam keadaan sedih, ia berkata:
“Aku telah berjuang di lebih dari seratus
pertempuran, dan tidak ada satu bagian pun di tubuhku kecuali terdapat bekas
luka pedang, tombak, atau panah. Namun kini aku mati di atas tempat tidurku
seperti seorang pengecut. Biarlah mata para pengecut tidak bisa tidur!”
Khalid ingin syahid di medan perang,
tetapi Allah mentakdirkannya mati di atas ranjang. Ini adalah bukti bahwa
kematian tidak ditentukan oleh keberadaan seseorang di medan perang, tetapi
oleh takdir Allah semata.
Hadirin rahimakullah
Ada banyak pelajaran berharga yang bisa
kita ambil dari kepemimpinan Khalid bin Walid:
1. Seorang pemimpin harus berani dan
memiliki tekad kuat. Kepemimpinan tanpa
keberanian hanya akan membawa kehancuran.
2. Kecerdasan dalam strategi sangat
penting. Khalid tidak hanya kuat, tetapi juga cerdas dalam membaca situasi
perang, yang membuatnya selalu menang.
3. Pemimpin harus patuh kepada aturan dan
tidak gila jabatan.
4. Ketika dicopot oleh Umar bin Khattab,
Khalid tetap taat, menunjukkan bahwa ia berjuang bukan untuk pangkat, tetapi
untuk Islam.
5. Jihad bukan hanya berperang dengan
senjata, tetapi juga dengan ilmu dan dakwah. Di zaman sekarang, perjuangan bisa
dilakukan melalui ilmu, dakwah, ekonomi, dan bidang lainnya.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Di zaman ini, kita membutuhkan pemimpin
yang memiliki karakter seperti Khalid bin Walid, yaitu berani, cerdas,
disiplin, dan tulus dalam perjuangan. Sayangnya, banyak pemimpin yang justru
Takut membela kebenaran karena takut kehilangan jabatan. Tidak memiliki
strategi dan visi yang jelas dalam memimpin. Serta Lebih mementingkan
kepentingan pribadi daripada kepentingan umat.
Untuk itu, jika kita ingin melihat
kebangkitan Islam dan kejayaan umat, kita harus mendukung pemimpin yang amanah,
berani, dan memiliki tekad untuk membela rakyat dan agama.
Kisah Khalid bin Walid adalah kisah
kepemimpinan sejati yang patut kita teladani. Ia tidak hanya menjadi panglima
yang gagah berani, tetapi juga seorang pemimpin yang taat, rendah hati, dan
hanya berjuang untuk Allah.
Semoga Allah ﷻ memberikan kepada kita
pemimpin-pemimpin yang memiliki keberanian, kecerdasan, dan keikhlasan seperti
Khalid bin Walid.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.