-------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 14 Maret 2025
Kultum Ramadhan:
Belajar dari
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Oleh: Furqan Mawardi
(Muballigh Akar Rumput)
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah ﷻ, Tuhan semesta
alam. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, manusia
agung yang menjadi teladan bagi seluruh umat manusia, termasuk dalam hal
kepemimpinan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Kita akan mengambil pelajaran dari salah
satu sosok pemimpin yang luar biasa dalam sejarah Islam, yaitu Umar bin Khattab
radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah khalifah kedua dalam Khulafaur Rasyidin,
seorang pemimpin yang dikenal dengan keadilan, ketegasan, kesederhanaan, serta
kecintaannya kepada rakyatnya.
Kepemimpinan Umar bin Khattab bukan hanya
dikenang dalam sejarah Islam, tetapi juga menjadi referensi kepemimpinan ideal
di berbagai belahan dunia. Apa yang membuat Umar menjadi pemimpin yang begitu
dicintai rakyat dan ditakuti musuh? Dan bagaimana kepemimpinannya bisa menjadi
cermin bagi kondisi kepemimpinan saat ini? Minimal kita bisa belajar dari Umar
ada tiga hal.
Pemimpin yang Takut
kepada Allah.
Salah satu kunci kepemimpinan Umar adalah
ketakwaannya kepada Allah. Beliau selalu sadar bahwa kepemimpinan bukan sekadar
jabatan, tetapi amanah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Suatu ketika, beliau pernah berkata: “Seandainya
ada seekor keledai terperosok di Irak, aku takut Allah akan meminta
pertanggungjawaban kepadaku dan berkata: 'Mengapa engkau tidak meratakan jalan
untuknya, wahai Umar?”
Kata-kata ini menunjukkan betapa Umar bin
Khattab memikirkan nasib rakyatnya, bahkan hingga seekor hewan sekalipun. Lalu,
bagaimana dengan pemimpin kita hari ini? Apakah mereka memiliki rasa takut
kepada Allah dalam memimpin rakyatnya? Apakah mereka memikirkan kesejahteraan
rakyat sampai kepada hal-hal kecil seperti yang Umar lakukan?
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّوا الْأَمَانَاتِ
إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ
اللّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa
kepemimpinan adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh keadilan
dan tanggung jawab.
Pemimpin yang
Hidup Sederhana
Meskipun menjadi pemimpin dunia Islam yang
sangat besar, Umar tetap hidup sederhana. Rumahnya biasa saja, bajunya
seringkali bertambal, dan beliau tidak pernah mengambil keuntungan pribadi dari
jabatannya.
Diceritakan, suatu hari seorang utusan
dari Persia datang ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Umar. Ia
membayangkan akan bertemu dengan pemimpin yang hidup dalam kemewahan,
dikelilingi oleh pengawal. Namun, betapa terkejutnya ia ketika mendapati Umar
sedang tidur di bawah pohon tanpa pengawalan sedikit pun.
Sang utusan pun berkata: “Wahai Umar,
engkau memimpin dengan adil, maka engkau bisa tidur dengan tenang.”
Bandingkan dengan kondisi banyak pemimpin
hari ini yang hidup dalam kemewahan, sementara rakyatnya masih menderita.
Mereka dikelilingi oleh penjagaan ketat, karena takut terhadap rakyatnya
sendiri.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
اللَّهُمَّ مَن وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي
شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَن وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي
شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
“Ya Allah, siapa saja yang diberi tanggung
jawab mengurus umatku lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah dia. Dan
siapa saja yang mengurus umatku dengan baik dan lembut, maka perlakukanlah dia
dengan lembut pula.” (HR. Muslim)
Hadis ini menjadi peringatan bagi para
pemimpin agar selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya.
Pemimpin yang
Tegas dan Adil
Umar dikenal sebagai pemimpin yang tegas
dalam menegakkan keadilan. Tidak ada perbedaan antara rakyat biasa dan pejabat
dalam hukum. Jika seseorang bersalah, maka ia harus dihukum, siapapun dia.
Suatu ketika, putra seorang gubernur
memukul seorang rakyat biasa hanya karena merasa dirinya lebih tinggi. Orang
yang dipukul itu mengadu kepada Umar, dan dengan segera Umar memanggil gubernur
tersebut dan anaknya.
Umar kemudian menyerahkan tongkat kepada
rakyat yang dipukul dan berkata, “Pukul anak gubernur itu sebagaimana ia telah
memukulmu!”
Keputusan ini menunjukkan bahwa keadilan
harus ditegakkan tanpa memandang status sosial seseorang.
Saat ini, banyak kita temui hukum tajam ke
bawah tetapi tumpul ke atas. Orang miskin dihukum berat karena kesalahan kecil,
tetapi pejabat dan orang kaya bisa bebas meskipun melakukan korupsi miliaran
rupiah. Inilah tanda bahwa keadilan sudah mulai pudar dalam kepemimpinan zaman
sekarang.
Allah ﷻ berfirman:
وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَٰلِكُمْ
يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ وَمَنْ يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Dan tegakkanlah kesaksian itu karena
Allah. Demikianlah diberi pengajaran kepada orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhir. Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya
jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2)
Hadirin yang dirahmati Allah,
Dari kisah Umar bin Khattab, kita belajar
bahwa kepemimpinan yang baik harus berlandaskan ketakwaan, kesederhanaan,
keadilan, dan keberpihakan kepada rakyat.
Sayangnya, hari ini kita melihat banyak
pemimpin yang jauh dari sifat-sifat tersebut. Oleh karena itu, sebagai rakyat,
kita harus selalu memilih pemimpin yang jujur, adil, dan bertanggung jawab.
Kita juga harus terus mendoakan agar para pemimpin kita diberikan petunjuk oleh
Allah untuk meneladani kepemimpinan Umar bin Khattab.
Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran
dari kisah ini, dan semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang
selalu mendukung keadilan dan kebenaran. Aamiin ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.