-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 27 Maret 2025
Kultum Ramadhan:
Belajar dari Semut
dan Burung Hud-Hud: Kebijaksanaan Nabi Sulaiman dalam Memimpin
Oleh: Furqan Mawardi
(Muballigh Akar Rumput)
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala puji bagi Allah ﷻ, Tuhan semesta
alam, yang telah mengutus para nabi sebagai cahaya petunjuk bagi umat manusia.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan bagi
seluruh pemimpin di dunia.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Hari ini, mari kita renungkan pelajaran
kepemimpinan dari Nabi Sulaiman عليه السلام, seorang raja yang tidak hanya
memiliki kekuasaan besar, tetapi juga hati yang lembut dan kebijaksanaan luar
biasa.
Salah satu kisah luar biasa dari kepemimpinan Nabi Sulaiman adalah ketika ia dan pasukannya melewati lembah semut. Allah ﷻ mengabadikan peristiwa ini dalam Al-Qur’an:
حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمْلِ
قَالَتْ نَمْلَةٌ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَـٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ
سُلَيْمَـٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
"Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, 'Wahai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sementara mereka tidak menyadari.'"(QS. An-Naml: 18)
Mendengar itu, Nabi Sulaiman tersenyum
penuh syukur. Ia sadar bahwa meski ia seorang raja besar, ada makhluk kecil
yang memperhatikan kehadirannya. Ia tidak marah atau merasa terganggu, tetapi
justru bersyukur dan berdoa kepada Allah agar selalu menjadi pemimpin yang adil
dan bijaksana.
Pelajaran bagi kita terkait nilai
kepemimpinan nabi Sulaiman dapat diambil pelajaran adalah :
1. Seorang pemimpin harus peka terhadap
rakyatnya. Pemimpin sejati bukan hanya memimpin yang besar dan kuat, tetapi
juga memperhatikan yang kecil dan lemah.
2. Kekuasaan bukan alasan untuk lalai.
Nabi Sulaiman bisa saja mengabaikan semut itu, tetapi pemimpin yang baik harus
memiliki empati, memperhatikan suara-suara kecil di sekelilingnya.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Dalam kepemimpinannya, Nabi Sulaiman
memiliki pasukan yang terdiri dari manusia, jin, dan burung. Salah satu
burungnya adalah Hud-Hud, yang suatu hari menghilang tanpa izin. Nabi Sulaiman
pun berkata:
مَا لِىَ لَآ أَرَى ٱلْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ
مِنَ ٱلْغَآئِبِينَ لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَا۟ذْبَحَنَّهُۥٓ
أَوْ لَيَأْتِيَنِّى بِسُلْطَـٰنٍۢ مُّبِينٍۢ
"Mengapa aku tidak melihat burung
Hud-Hud? Apakah ia termasuk yang absen? Sungguh, aku pasti akan menghukumnya
dengan siksaan yang berat, atau aku akan menyembelihnya, kecuali jika ia datang
kepadaku dengan alasan yang jelas."(QS. An-Naml: 20-21)
Tidak lama, burung Hud-Hud kembali dengan
sebuah informasi penting. Ia berkata:
إِنِّى وَجَدتُّ ٱمْرَأَةًۭ تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ
مِن كُلِّ شَىْءٍۢ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ
"Aku menemukan seorang wanita yang
memimpin mereka, dia telah diberi segala sesuatu dan memiliki singgasana yang
besar." (QS. An-Naml: 23)
Burung Hud-Hud membawa kabar tentang Ratu
Bilqis dari negeri Saba’, yang rakyatnya menyembah matahari. Alih-alih langsung
percaya atau marah karena burung ini pergi tanpa izin, Nabi Sulaiman memilih
untuk menyelidiki lebih lanjut.
Terkait kisah nabi Sulaiman dan burung
hud-hud yang diabadikan dalam Al qur’an, paling tidak kita dapat memetik hikmah
dan pelajaran, yakni :
1. Seorang pemimpin tidak boleh
terburu-buru dalam mengambil keputusan. Nabi Sulaiman tidak langsung menghukum
Hud-Hud, tetapi memeriksa kebenaran berita itu terlebih dahulu.
2. Pemimpin yang baik harus mendengar
informasi dari semua pihak. Meskipun burung Hud-Hud hanyalah seekor burung,
Nabi Sulaiman tetap menghargai informasi darinya.
Hadirin yang berbahagia
Dari kisah semut dan burung Hud-Hud, ada
beberapa pelajaran penting bagi kita dalam kehidupan sehari-hari:
1. Dalam keluarga:
Sebagai ayah atau ibu, kita adalah
pemimpin di rumah. Kita harus peka terhadap kebutuhan anak-anak kita, seperti
Nabi Sulaiman yang memperhatikan semut-semut kecil.
Jangan langsung menghukum anak tanpa
mendengar alasan mereka terlebih dahulu, sebagaimana Nabi Sulaiman yang tidak
langsung menghukum Hud-Hud.
2. Dalam pekerjaan:
Seorang pemimpin harus memperhatikan
karyawan dan bawahan. Suara mereka penting, sekecil apa pun itu. Dalam
menghadapi masalah, jangan langsung mengambil keputusan tanpa melihat semua
sisi, seperti Nabi Sulaiman yang menyelidiki laporan Hud-Hud.
3. Dalam masyarakat dan bangsa:
Pemimpin yang bijaksana harus mendengar
suara rakyat, terutama yang lemah. Jangan langsung percaya dengan informasi
yang belum jelas, cek dan verifikasi sebelum mengambil keputusan.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Dari kisah semut dan burung Hud-Hud, kita
belajar bahwa kepemimpinan yang sejati bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi
tentang kebijaksanaan, kepedulian, dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan.
Semoga kita semua bisa meneladani
kepemimpinan Nabi Sulaiman عليه السلام dalam kehidupan kita, menjadi pemimpin
yang adil, bijaksana, dan penuh empati, baik di keluarga, tempat kerja, maupun
di masyarakat.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ.