-------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 21 Maret 2025
Kultum Ramadhan:
Dakwah Tanpa Takut
(Keberanian Nabi Ibrahim Melawan Kezaliman)
Oleh: Furqan Mawardi
(Muballigh Akar Rumput)
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala puji bagi Allah ﷻ, Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hari ini, kita akan belajar dari kisah
seorang nabi yang memiliki keberanian luar biasa dalam menyampaikan
kebenaran—Nabi Ibrahim ‘alayhis-salaam. Beliau adalah sosok yang tidak takut
dalam berdakwah, meskipun berhadapan dengan penguasa zalim dan masyarakat yang
keras kepala dalam kemusyrikan.
Nabi Ibrahim lahir di tengah masyarakat
yang tenggelam dalam penyembahan berhala. Bahkan, ayahnya sendiri, Azar, adalah
pembuat dan penjual patung-patung sesembahan. Namun, sejak kecil, Ibrahim telah
mencari kebenaran dan menolak kepercayaan kaumnya.
Allah ﷻ berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ
أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata
kepada ayahnya, Azar, ‘Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan?
Sungguh, aku melihat engkau dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS.
Al-An’am: 74)
Ibrahim tidak takut menegur kesalahan
ayahnya, meskipun ia sadar bahwa konsekuensinya bisa sangat berat. Ini adalah
pelajaran pertama bagi kita: dakwah harus berlandaskan keberanian dan keteguhan
hati, meskipun yang kita dakwahi adalah orang-orang terdekat kita.
Jamaah yang budiman,
Suatu hari, saat penduduk kota sedang
merayakan festival di luar kota, Nabi Ibrahim melihat ini sebagai kesempatan
untuk membuktikan kebatilan berhala-berhala mereka. Dengan keberanian luar
biasa, beliau menghancurkan semua patung kecuali yang terbesar. Kemudian,
beliau menggantungkan kapak di leher berhala itu.
Ketika kaum itu kembali dan melihat
berhala-berhala mereka hancur, mereka bertanya:
قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ
لَمِنَ الظَّالِمِينَ
“Mereka berkata, ‘Siapa yang melakukan ini
terhadap tuhan-tuhan kita? Sungguh, dia termasuk orang yang zalim.” (QS.
Al-Anbiya: 59)
Nabi Ibrahim dengan tenang dan penuh
keyakinan menjawab:
قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَسْأَلُوهُمْ
إِن كَانُوا يَنطِقُونَ
“Ibrahim berkata, ‘Sebenarnya berhala yang
besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat
berbicara.” (QS. Al-Anbiya: 63)
Jawaban ini menusuk akal sehat mereka.
Mereka sadar bahwa berhala-berhala itu tidak bisa berbicara, tidak bisa
bergerak, dan tidak bisa membela diri. Tapi, karena kesombongan, mereka tetap
menolak kebenaran dan malah memutuskan untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan
dibakar hidup-hidup.
Jamaah rahimakumullah
Ketika Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api
yang menyala-nyala, beliau tetap tenang dan bertawakal. Doa yang beliau
panjatkan saat itu menjadi simbol keimanan yang tak tergoyahkan:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيل
“Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan
Dia adalah sebaik-baik pelindung.” (HR. Bukhari, no. 4563)
Lalu, Allah ﷻ menunjukkan kuasa-Nya:
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا
عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
“Kami berfirman, ‘Wahai api! Jadilah
dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 69)
Seketika, api yang panas menjadi dingin.
Nabi Ibrahim selamat tanpa sedikit pun luka. Inilah pelajaran besar bagi kita:
jika kita benar-benar bertawakal kepada Allah, maka tidak ada yang perlu kita
takutkan dalam berdakwah.
Jamaah sekalian yang berbahagia,
Kisah Nabi Ibrahim mengajarkan keberanian
dalam menyampaikan kebenaran, yang masih sangat relevan dalam kehidupan saat
ini. Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil:
1. Melawan Kezaliman dengan Kebenaran
Dalam kehidupan modern, banyak
ketidakadilan yang terjadi, baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial. Seorang
Muslim harus berani menyuarakan kebenaran, meskipun menghadapi tantangan besar.
2. Jangan Takut Menyuarakan Kebaikan
Kadang, kita takut untuk berdakwah karena
khawatir dianggap fanatik atau ekstrem. Tapi ingat, Nabi Ibrahim juga
menghadapi tekanan besar, namun beliau tetap teguh dalam dakwahnya.
3. Tawakal dan Kepercayaan Penuh kepada
Allah
Ketika berhadapan dengan ujian, kita harus
percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang berjuang di
jalan-Nya.
Saudaraku sekalian, kisah Nabi Ibrahim
bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga inspirasi bagi kita hari ini. Kita
mungkin tidak menghadapi berhala fisik seperti zaman Nabi Ibrahim, tetapi kita
menghadapi berhala-berhala modern:
1. Berhala materialisme yang membuat kita
lalai dari Allah.
2. Berhala ketakutan yang membuat kita
diam dari kebenaran.
3. Berhala hawa nafsu yang membuat kita
jauh dari jalan yang lurus.
Marilah kita belajar dari keberanian Nabi
Ibrahim. Jangan takut menyuarakan kebenaran, jangan gentar melawan kebatilan,
dan yang terpenting, jangan pernah ragu untuk bertawakal kepada Allah.
Semoga Allah menjadikan kita bagian dari
orang-orang yang berani menegakkan tauhid dan selalu berada dalam
lindungan-Nya. Aamiin.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ