Ketika Laut Terbelah

Sebuah peristiwa luar biasa terjadi. Laut yang tadinya seolah menjadi jalan buntu, justru terbuka menjadi jalan keselamatan. Bani Israil pun menyeberang dengan selamat, sementara Fir’aun dan tentaranya yang mengejar mereka akhirnya ditenggelamkan oleh Allah. (int)

 

-----

PEDOMAN KARYA

Rabu, 19 Maret 2025

 

Kultum Ramadhan:

 

Ketika Laut Terbelah

 

(Belajar dari Kisah Nabi Musa)

 

Oleh: Furqan Mawardi

(Muballigh Akar Rumput)

 

Aassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Ada satu kisah dalam Al-Qur’an yang begitu menggetarkan hati dan mengajarkan kita arti tawakkal yang sebenar-benarnya. Ini adalah kisah ketika Nabi Musa dan kaumnya, Bani Israil, berada di tepi lautan dengan Fir’aun dan bala tentaranya yang mengejar di belakang mereka.

Bayangkan keadaan itu. Di depan ada laut luas yang mustahil dilalui. Di belakang, pasukan Fir’aun yang siap membinasakan mereka. Dalam situasi seperti ini, manusia biasanya panik, ketakutan, dan kehilangan harapan. Namun, apa yang dilakukan Nabi Musa?

Ketika kaumnya mulai ketakutan dan berkata:

فَلَمَّا تَرَآءَا ٱلْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ

“Tatkala kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, 'Kita pasti akan tersusul!”(QS. Asy-Syu'ara: 61)

Nabi Musa menjawab dengan penuh keyakinan:

قَالَ كَلَّآ إِنَّ مَعِىَ رَبِّى سَيَهْدِينِ

“Musa menjawab, 'Sekali-kali tidak akan tersusul! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu'ara: 62)

 

Jamaah sekalian yang dicintai Allah,

Jawaban ini adalah bentuk tawakkal yang luar biasa. Nabi Musa tidak tahu bagaimana cara Allah akan menyelamatkan mereka, tetapi ia yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka binasa. Keyakinan ini bukan sekadar optimisme biasa, tetapi keyakinan yang teguh bahwa pertolongan Allah pasti datang.

Lalu, Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Musa AS:

 

فَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضْرِب بِّعَصَاكَ ٱلْبَحْرَ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍۢ كَٱلطَّوْدِ ٱلْعَظِيمِ

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa, 'Pukullah laut itu dengan tongkatmu.' Maka terbelahlah laut itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-Syu'ara: 63)

Subhanallah!

Sebuah peristiwa luar biasa terjadi. Laut yang tadinya seolah menjadi jalan buntu, justru terbuka menjadi jalan keselamatan. Bani Israil pun menyeberang dengan selamat, sementara Fir’aun dan tentaranya yang mengejar mereka akhirnya ditenggelamkan oleh Allah.

Allah berfirman:

وَأَنجَيْنَا مُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ أَجْمَعِينَ ﴿٦٥﴾ ثُمَّ أَغْرَقْنَا ٱلْـَٔاخَرِينَ

“Dan Kami selamatkan Musa beserta orang-orang yang bersamanya semuanya, kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain (Fir’aun dan bala tentaranya).” QS. Asy-Syu'ara: 65-66)

Hikmah yang Bisa Kita Ambil:

1. Tawakkal yang Hakiki Membuka Jalan Keajaiban

Ketika kita merasa terhimpit oleh masalah, sering kali kita hanya melihat hambatan di depan dan bahaya di belakang, lalu kehilangan harapan. Namun, kisah ini mengajarkan bahwa jika kita benar-benar bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan membuka jalan keluar yang tak pernah kita bayangkan.

Sebagaimana firman-Nya:

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا ۝ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)

2. Jangan Panik dalam Kesulitan, Tetapi Percayalah pada Allah

Ketika menghadapi masalah, reaksi pertama kita sering kali adalah panik dan mengeluh. Bani Israil panik ketika melihat Fir’aun mendekat, tetapi Nabi Musa tetap tenang karena ia yakin kepada Allah.

Saat kita menghadapi kesulitan dalam hidup—pekerjaan, keluarga, kesehatan, atau keuangan serta jangan panik. Sebaliknya, tingkatkan tawakkal kita dan serahkan semuanya kepada Allah, karena pertolongan-Nya pasti datang.

3. Pemimpin yang Beriman Tidak Mudah Goyah.

Nabi Musa menunjukkan karakter seorang pemimpin sejati. Ia tidak goyah ketika kaumnya ketakutan, tetapi justru menguatkan mereka dengan keyakinannya kepada Allah. Seorang pemimpin sejati harus memiliki keyakinan yang kokoh dan tidak mudah terpengaruh oleh ketakutan orang lain.

4. Jangan Menjadi Seperti Fir’aun yang Sombong

Fir’aun adalah contoh pemimpin yang arogan dan menolak kebenaran. Ia mengira dirinya memiliki segalanya, tetapi justru tenggelam di lautan yang sama yang menjadi jalan keselamatan bagi orang-orang beriman.

Jangan sampai kita menjadi seperti Fir’aun—keras kepala, sombong, dan menolak kebenaran hingga akhirnya kita sendiri yang celaka.

Jamaah rahimani warahimakullah,..

Kisah ini bukan sekadar cerita sejarah. Ini adalah pelajaran hidup bagi kita semua. Ketika menghadapi ujian hidup, jangan pernah merasa putus asa. Seberat apa pun masalah kita, Allah selalu punya jalan keluar.

Jika kita ingin keajaiban dalam hidup, perkuat tawakal kita. Lihat bagaimana Nabi Musa hanya dengan tongkat bisa membelah laut! Kita pun bisa “membelah laut” kesulitan kita jika kita benar-benar percaya kepada Allah.

Jangan sombong dengan kekuasaan atau kekayaan. Fir’aun yang punya segalanya pun tidak berdaya di hadapan Allah. Jadilah pemimpin yang menenangkan, bukan yang menakutkan. Jika Anda seorang pemimpin—di rumah, di tempat kerja, atau di masyarakat—jadilah seperti Nabi Musa yang menenangkan orang-orang di sekitarnya, bukan seperti Fir’aun yang menindas mereka.

Jamaah sekalian yang budiman, hidup ini penuh dengan “laut yang menghadang” dan "Fir’aun yang mengejar." Tetapi jika kita meneladani tawakal Nabi Musa AS, kita tidak akan pernah merasa terpojok. Selama kita percaya kepada Allah, maka lautan itu akan terbelah, dan kita akan menemukan jalan keluar.

Marilah kita berdoa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَوَكِّلِينَ عَلَيْكَ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا فِي الْإِيمَانِ، وَأَنْقِذْنَا مِنْ كُلِّ ضِيقٍ كَمَا أَنْقَذْتَ مُوسَىٰ وَبَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْبَحْرِ.

“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertawakal kepada-Mu. Teguhkan hati kami dalam keimanan, dan selamatkanlah kami dari segala kesulitan sebagaimana Engkau menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari lautan.”

Aamiin, ya Rabbal 'alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama