-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 19 Maret 2025
Kultum Ramadhan:
Ketika Laut
Terbelah
(Belajar dari Kisah Nabi Musa)
Oleh: Furqan Mawardi
(Muballigh Akar Rumput)
Aassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Ada satu kisah dalam Al-Qur’an yang begitu
menggetarkan hati dan mengajarkan kita arti tawakkal yang sebenar-benarnya. Ini
adalah kisah ketika Nabi Musa dan kaumnya, Bani Israil, berada di tepi lautan
dengan Fir’aun dan bala tentaranya yang mengejar di belakang mereka.
Bayangkan keadaan itu. Di depan ada laut
luas yang mustahil dilalui. Di belakang, pasukan Fir’aun yang siap membinasakan
mereka. Dalam situasi seperti ini, manusia biasanya panik, ketakutan, dan
kehilangan harapan. Namun, apa yang dilakukan Nabi Musa?
Ketika kaumnya mulai ketakutan dan
berkata:
فَلَمَّا تَرَآءَا ٱلْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَٰبُ
مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ
“Tatkala kedua golongan itu saling
melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, 'Kita pasti akan tersusul!”(QS.
Asy-Syu'ara: 61)
Nabi Musa menjawab dengan penuh keyakinan:
قَالَ كَلَّآ إِنَّ مَعِىَ رَبِّى سَيَهْدِينِ
“Musa menjawab, 'Sekali-kali tidak akan
tersusul! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
(QS. Asy-Syu'ara: 62)
Jamaah sekalian yang dicintai Allah,
Jawaban ini adalah bentuk tawakkal yang
luar biasa. Nabi Musa tidak tahu bagaimana cara Allah akan menyelamatkan
mereka, tetapi ia yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka binasa.
Keyakinan ini bukan sekadar optimisme biasa, tetapi keyakinan yang teguh bahwa
pertolongan Allah pasti datang.
Lalu, Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi
Musa AS:
فَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضْرِب
بِّعَصَاكَ ٱلْبَحْرَ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍۢ كَٱلطَّوْدِ ٱلْعَظِيمِ
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa, 'Pukullah
laut itu dengan tongkatmu.' Maka terbelahlah laut itu, dan setiap belahan
seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-Syu'ara: 63)
Subhanallah!
Sebuah peristiwa luar biasa terjadi. Laut
yang tadinya seolah menjadi jalan buntu, justru terbuka menjadi jalan
keselamatan. Bani Israil pun menyeberang dengan selamat, sementara Fir’aun dan
tentaranya yang mengejar mereka akhirnya ditenggelamkan oleh Allah.
Allah berfirman:
وَأَنجَيْنَا مُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ أَجْمَعِينَ
﴿٦٥﴾ ثُمَّ أَغْرَقْنَا ٱلْـَٔاخَرِينَ
“Dan Kami selamatkan Musa beserta
orang-orang yang bersamanya semuanya, kemudian Kami tenggelamkan golongan yang
lain (Fir’aun dan bala tentaranya).” QS. Asy-Syu'ara: 65-66)
Hikmah yang Bisa Kita Ambil:
1. Tawakkal yang Hakiki Membuka Jalan
Keajaiban
Ketika kita merasa terhimpit oleh masalah,
sering kali kita hanya melihat hambatan di depan dan bahaya di belakang, lalu
kehilangan harapan. Namun, kisah ini mengajarkan bahwa jika kita benar-benar
bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan membuka jalan keluar yang tak pernah
kita bayangkan.
Sebagaimana firman-Nya:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)
2. Jangan Panik dalam Kesulitan, Tetapi
Percayalah pada Allah
Ketika menghadapi masalah, reaksi pertama
kita sering kali adalah panik dan mengeluh. Bani Israil panik ketika melihat
Fir’aun mendekat, tetapi Nabi Musa tetap tenang karena ia yakin kepada Allah.
Saat kita menghadapi kesulitan dalam
hidup—pekerjaan, keluarga, kesehatan, atau keuangan serta jangan panik.
Sebaliknya, tingkatkan tawakkal kita dan serahkan semuanya kepada Allah, karena
pertolongan-Nya pasti datang.
3. Pemimpin yang Beriman Tidak Mudah
Goyah.
Nabi Musa menunjukkan karakter seorang
pemimpin sejati. Ia tidak goyah ketika kaumnya ketakutan, tetapi justru
menguatkan mereka dengan keyakinannya kepada Allah. Seorang pemimpin sejati
harus memiliki keyakinan yang kokoh dan tidak mudah terpengaruh oleh ketakutan
orang lain.
4. Jangan Menjadi Seperti Fir’aun yang
Sombong
Fir’aun adalah contoh pemimpin yang arogan
dan menolak kebenaran. Ia mengira dirinya memiliki segalanya, tetapi justru
tenggelam di lautan yang sama yang menjadi jalan keselamatan bagi orang-orang
beriman.
Jangan sampai kita menjadi seperti
Fir’aun—keras kepala, sombong, dan menolak kebenaran hingga akhirnya kita
sendiri yang celaka.
Jamaah rahimani warahimakullah,..
Kisah ini bukan sekadar cerita sejarah.
Ini adalah pelajaran hidup bagi kita semua. Ketika menghadapi ujian hidup,
jangan pernah merasa putus asa. Seberat apa pun masalah kita, Allah selalu
punya jalan keluar.
Jika kita ingin keajaiban dalam hidup,
perkuat tawakal kita. Lihat bagaimana Nabi Musa hanya dengan tongkat bisa
membelah laut! Kita pun bisa “membelah laut” kesulitan kita jika kita
benar-benar percaya kepada Allah.
Jangan sombong dengan kekuasaan atau
kekayaan. Fir’aun yang punya segalanya pun tidak berdaya di hadapan Allah.
Jadilah pemimpin yang menenangkan, bukan yang menakutkan. Jika Anda seorang
pemimpin—di rumah, di tempat kerja, atau di masyarakat—jadilah seperti Nabi
Musa yang menenangkan orang-orang di sekitarnya, bukan seperti Fir’aun yang
menindas mereka.
Jamaah sekalian yang budiman, hidup ini
penuh dengan “laut yang menghadang” dan "Fir’aun yang mengejar."
Tetapi jika kita meneladani tawakal Nabi Musa AS, kita tidak akan pernah merasa
terpojok. Selama kita percaya kepada Allah, maka lautan itu akan terbelah, dan
kita akan menemukan jalan keluar.
Marilah kita berdoa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَوَكِّلِينَ
عَلَيْكَ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا فِي الْإِيمَانِ، وَأَنْقِذْنَا مِنْ كُلِّ ضِيقٍ كَمَا
أَنْقَذْتَ مُوسَىٰ وَبَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْبَحْرِ.
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk
orang-orang yang bertawakal kepada-Mu. Teguhkan hati kami dalam keimanan, dan
selamatkanlah kami dari segala kesulitan sebagaimana Engkau menyelamatkan Musa
dan Bani Israil dari lautan.”
Aamiin, ya Rabbal 'alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.