------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 04 Maret 2025
Kisah Nabi Muhammad SAW (2):
Masyarakat
Jahiliyah Menyembah Berhala, Gemar Mabuk dan Berjudi
Penulis: Abu Hasan Ali An-Nadwi
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad
bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang
berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.
“Wahai penduduk Mekah, aku membagi
perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke
Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!”
demikian keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah
karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa persediaan
makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat sulit didapat.
“Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau
menolong kami dengan pemberian makanan ini!” seru penduduk Mekah.
Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah
berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai
tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih berganti,
baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk
Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi
mereka.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang
besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa. Itulah
sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias masyarakat yang diliputi
kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di
tempat ini.
Pembagian Urusan
Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di
antaranya Hijabah (Pemegang kunci Ka’bah), Siqayah (Penyedia air dan makanan
buat para peziarah), Rifadah (Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk
fakir miskin) dan Qiyadah (Mengatur urusan peperangan).
Percaya Takhayul
“Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri!
Aku pasti akan tertimpa sial!” umpat seseorang. Orang itu kebetulan melihat
seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri. Sepanjang
hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum
tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat
percaya kepada takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka
lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka. Sebaliknya jika burung
kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini
disebut At Tathayyur.
Selain itu, mereka percaya bahwa jika
seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa di dalam
perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga
orang merasa lapar.
“Lihat cincin tembagaku ini. Cincin ini
adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang
banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi
sekarang. Berkat cincin ini, aku merasa jauh lebih kuat!” kata seseorang kepada
temannya dengan bangga.
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka
perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala berbentuk patung.
Jika mereka meminta pertolongan kepada
berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan
darahnya di tubuh berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan
anak-anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu,
mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.
Awal Mula Penyembahan Berhala
Awal mula penyembahan berhala di Mekah,
ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang
dibelinya dari daerah Syam. Di Mekah, berhala Hubal ditaruh di Ka’bah dan
disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekah oleh Nabi
Muhammad saw, Ka’bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala yang terbuat
dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
Gemar Mabuk dan Berjudi
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar
meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa saja yang
tidak. Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang-orang
datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan
sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang kembali
berseru, “Bawakan alat alat judi kemari!”
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa
bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta dipotong, yang
kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut. Selain berjudi dengan memotong
unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah
kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan, setelah Nabi
Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam yang
masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-angsur
mengharamkan orang meminum minuman keras.
Barm
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm. (bersambung)
......
Kisah Bagian 1: