-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 23 Maret 2025
Kultum Ramadhan:
Membangun Keluarga
yang Tangguh: Inspirasi dari Nabi Ibrahim
Oleh: Furqan Mawardi
(Muballigh Akar Rumput)
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala puji bagi Allah ﷻ, Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah. Keluarga
adalah pondasi utama dalam membangun peradaban yang kuat. Jika keluarga baik,
maka masyarakat akan baik. Sebaliknya, jika keluarga rapuh, maka kehancuran
suatu bangsa hanya tinggal menunggu waktu.
Dalam Islam, ada banyak teladan dalam
membangun keluarga yang tangguh, dan salah satu contoh terbaik adalah Nabi
Ibrahim ‘alayhis-salām. Keluarga beliau tidak hanya kuat dalam menghadapi
ujian, tetapi juga mampu melahirkan generasi yang saleh dan penuh keberkahan.
Hari ini, kita akan mengambil pelajaran
dari Nabi Ibrahim dalam membangun keluarga yang tangguh, serta bagaimana kita
bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan modern.
1. Keluarga yang Dibangun atas Dasar
Keimanan
Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang
dibangun atas dasar tauhid dan kepatuhan kepada Allah. Nabi Ibrahim tidak hanya
beriman sendiri, tetapi juga mendidik keluarganya agar memiliki keyakinan yang
kokoh kepada Allah.
Hal ini terlihat dalam doanya yang
terkenal:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي
رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
(QS. Ibrahim: 40)
Hadirin yang berbahagia
Di zaman modern ini, kita sering kali
sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan pendidikan agama dalam keluarga.
Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa kesuksesan sejati bukanlah harta atau jabatan,
tetapi memiliki keturunan yang saleh dan istiqamah dalam ibadah.
Jika kita ingin membangun keluarga yang
tangguh, maka pondasi keimanan harus ditanamkan sejak dini. Ajarkan anak-anak
tentang tauhid, salat, kejujuran, dan akhlak yang baik, agar mereka menjadi
generasi yang kuat menghadapi tantangan zaman.
2. Kesabaran dan Keteguhan dalam
Menghadapi Ujian
Keluarga Nabi Ibrahim tidak pernah lepas
dari ujian, tetapi mereka selalu menghadapinya dengan sabar dan tawakal kepada
Allah.
Ujian terbesar datang ketika Allah
memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya,
Ismail, di tengah padang pasir yang tandus di Makkah. Bayangkan, seorang suami
harus meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang tidak ada makanan, tidak
ada air, dan tidak ada penduduk.
Namun, Hajar tidak mengeluh sedikit pun.
Ia hanya bertanya, “Apakah ini perintah dari Allah?” Ketika Nabi Ibrahim
menjawab, “Ya”, Hajar dengan yakin berkata:
“Kalau begitu, Allah tidak akan
menyia-nyiakan kita.”
Allah pun menolong mereka dengan munculnya
mata air zamzam, yang hingga kini terus mengalir sebagai berkah bagi umat
manusia.
Hadirin yang dirahmati Allah
Setiap keluarga pasti menghadapi ujian,
baik itu dalam bentuk kesulitan ekonomi, konflik rumah tangga, atau ujian
kesabaran dalam mendidik anak. Nabi Ibrahim dan keluarganya mengajarkan bahwa
kesabaran, ketawakalan, dan keyakinan kepada Allah adalah kunci dalam
menghadapi segala tantangan.
Ketika kita diuji, jangan langsung
berputus asa atau menyalahkan keadaan. Hadapi dengan doa, usaha, dan keyakinan
bahwa Allah akan memberikan jalan keluar.
Allah berfirman:
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا”
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
3. Peran Ayah sebagai Pemimpin dalam
Keluarga
Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim adalah
sosok yang tegas, tetapi penuh kelembutan dalam mendidik anaknya. Hal ini
terlihat ketika beliau menerima wahyu untuk menyembelih putranya, Ismail.
Alih-alih memaksakan perintah secara
sepihak, Nabi Ibrahim justru berdiskusi dengan Ismail:
يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلْمَنَامِ أَنِّيٓ
أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
“Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah, bagaimana pendapatmu?” (QS.
As-Saffat: 102)
Dan Ismail, yang telah dididik dengan
keimanan sejak kecil, menjawab dengan penuh ketundukan.
يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيٓ
إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang
diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)
Hadirin yang dimuliakan Allah
Di era modern ini, banyak ayah yang kurang
berperan dalam mendidik anak. Nabi Ibrahim menunjukkan bahwa ayah bukan hanya
pencari nafkah, tetapi juga pendidik utama dalam keluarga.
Sebagai orang tua, kita harus:
1.
Menjadi teladan dalam ibadah dan akhlak
2. Membimbing
anak dengan kelembutan, bukan paksaan
3.
Mendiskusikan permasalahan keluarga dengan komunikasi yang baik
4. Mengutamakan Doa dalam Membangun
Keluarga
Sepanjang hidupnya, Nabi Ibrahim selalu
berdoa untuk keluarganya. Salah satu doa indahnya:
رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِي
وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku serta anak cucuku dari menyembah berhala.” (QS.
Ibrahim: 35)
Dalam membangun keluarga yang tangguh,
jangan hanya mengandalkan usaha lahiriah, tetapi juga harus memperkuat doa dan
spiritualitas dalam keluarga.
Doakan anak-anak kita agar menjadi anak
yang saleh. Doakan keluarga kita agar selalu dalam lindungan Allah. Ajarkan
anak-anak pentingnya doa dalam kehidupan sehari-hari.
Kisah keluarga Nabi Ibrahim bukan hanya
cerita sejarah, tetapi juga pelajaran berharga untuk kita semua.
Jika kita ingin membangun keluarga yang
tangguh, maka kita harus meneladani prinsip-prinsip berikut:
1. Pondasi keimanan yang kuat , Tanamkan
nilai tauhid dalam keluarga.
2. Kesabaran dalam menghadapi ujian,
Jangan menyerah ketika diuji, tetaplah berpegang teguh pada Allah.
3. Peran ayah yang aktif dalam mendidik
anak ,Ayah adalah pemimpin dalam keluarga, bukan hanya pencari nafkah.
4. Kekuatan doa dalam keluarga – Jangan
pernah berhenti berdoa agar keluarga kita selalu dalam lindungan Allah.
Semoga kita semua diberikan keluarga yang
sakinah, mawaddah, wa rahmah, seperti keluarga Nabi Ibrahim.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ