-------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 26 Maret 2025
Metabolisme Mitos
Berpuasa
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Secara bebas, istilah Metabolisme dapat
dijuruskan pada proses sirkulasi unsur kimiawi yang mengubah makanan / minuman
menjadi suplai energi di dalam sel-sel tubuh makhluk hidup.
Dan esensi metobalisme, tidak hanya
diarahin pada dimensi energi tubuh yang berjasad saja, tetapi boleh dikiblatan
juga kepada derajat yang mensuplai energi gulita dan pelita keimanan yang
berjiwa tulen BerTuhan.
Tentu, esensi metabolisme tulen Bertuhan
_bukan juga berlanggam mitologi dengan desain logika ilusian rongsongan.
Mitologian Logika Rongsongan
Mitos / mitologi berlebihan selalu
diidentikkan dengan langgam bentuk desain logika ilusian yang dipaksakan
_seakan bisa jadi solusian. Padahal itu semua, tetap saja jadi sialan.
Sekalipun, akar yang bersuratan alami,
memang demikian ragam sirkulasian akan metabolisme arus gesekannya di dalam
tanah, berekosistem yang mesti berkalamullah lillahi Ta'ala!
Bukan memaksakan logika mitologi yang
kurang warasan mesti dijadikan patok bertandukan kesesatan.
Bah lempar batuan sembunyi di semakan
hingga mengharap mautan orang lain sebelum lebaran, dan itu terlalu lebay
berangan bayangan diri nan bercermin kematian telah bertanda purnama sedang
berhadapan.
Tentu, Tuhan tak buta tentang tebaran
batuan ciptaanNya nan akan bersaksi dari ragam ilusi berlanggam mitologi
_selama ini dipanggungi jadi akar benteng dayang berjaelangkung kangkangan !
Bukan lagi, mitologian bah imej akar
pepaya di dalam panci dimasakin. Tetapi memang berakar demikian mesti disadari
agar tidak menjadi rongsonan Abu Lahab.
Metabolisme Puasa Abu Lahab
Puasa Ramadhan merupakan metabolisme pembakaran bongkahan kemungkaran akan kerdurjanaan diri dari rongsongan arogansi
keiblisan.
Metobolisme demikian sehingga tak menjadi
bara api neraka jahanam nan setia menanti tanpa bisa diingkari.
Harapan demikian, tentu agar kita hidup di
sini tak bertelanjangan hingga terlempar, dan juga di akhirat sana pun demikian
pula terkapar bah bara api di dalam QS. Al Lahab ayat 1:
“Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya dia akan binasa.”
Dan terus bertelanjangan di atas bara yang
membara hingga jadi debu tanpa makna di dunia juga berakhiratan.
Tentu, metobilisme Puasa berdampak bah Abu
Lahabi, kita tidak harapkan. Namun, metabolism puasa yang bersinergi dengan
energi diberkahi Tuhan yang "Qul huwallahu ahad/Katakanlah: Dialah Allah,
Yang Maha Tunggal/Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya" (QS Al-Ikhlas ayat 1)
Puasa nan Lahu'ahad
Puasa Ramadhan bisa juga dimaknai sebagai
metobolisme pembakaran angkara murka diri agar bercahaya ilahiyah yang lillahi
Ta'ala.
Proses pembakaran dimaksudkan, tidak lain,
ialah hanya beresensi pada metabolisme kebeningan jiwa nurani sehingga
bertauhid tulen kepada diksi ketunggalan yang ber_"Qul huwallahu
ahad".
Terutama, metabolisme pembakaran arogansi
diri guna merontokan kekaratan sikap merasa lebih dari yang lain dikarenakan
dorongan berinsting berkeiblisan yang telah mendarah daging tanpa bisa
dipungkiri lagi.
Manakala, puasa yang hanya sekedar
berpuasa saja, maka ayam pun berpuasa di saat mengerami telurnya secara alami.
Begitu pula ular piton beritikaf dan
berpuasa yang bisa lebih dari sebulan lamanya, setelah melahap mangsanya tanpa
sisa! Dan setelah itu, ia tetap kembali dari sifat asas bermetabolisme kebuasan
di dalam berkepitonan tulen yang tunggal pula, tanpa bisa dipenggalin lagi.
Sekalipun, ia telah menjalani puasa dan bersemedian atau boleh dikesankan
beritikafan.
Cermin Itikafan
Itikaf dan mendekatlah KepadaKu tanpa
jarak antara nafas dengan urat sarafmu yang berdetak hingga tak berhingga.
Beritikafan dengan bening dan hening
hingga kau berdiam membaca diri agar tak nekatatan melawan takdir di hadapan
mata nuranimu.
Maka, berceminlah hingga kau dapat
memahami siapa dirimu sesungguhnya nan tulen pada nadi metabolisme
lillahi Ta'ala tanpa mitologi lagi!
Walahu'alam
Senin 09:12, 26/3/2025