Pelacur yang Menjadi Bidadari Surga

“Ya Allah, aku telah menghabiskan hidupku dalam kemaksiatan. Aku telah melangkah jauh dari-Mu. Tetapi Engkau masih memberiku tanda cinta-Mu. Engkau masih membuka pintu untukku. Ya Allah, terimalah aku, walaupun aku penuh dengan noda dosa.” (int)

 

-----

PEDOMAN KARYA

Selasa, 11 Maret 2025

 

Kultum Ramadhan:

 

Pelacur yang Menjadi Bidadari Surga

 

(Sebuah Kisah Taubat yang Menggetarkan Jiwa)

 

Oleh: Furqan Mawardi

(Muballigh Akar Rumput)

 

Segala puji bagi Allah ﷻ, yang rahmat-Nya meliputi langit dan bumi, yang mengampuni dosa sebesar gunung dan menerima taubat meskipun setinggi langit kesalahan telah dilakukan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam.

Di sebuah kota yang megah, hidup seorang wanita yang sepanjang hidupnya bergelimang dalam dosa. Ia menjual kehormatannya demi bertahan hidup, bukan sekali dua kali, tetapi sudah bertahun-tahun.

Masyarakat mencibirnya, meludah di hadapannya, dan menganggapnya sebagai makhluk yang tak punya harapan. Dia adalah simbol kehinaan, seorang wanita yang dianggap tak layak mendapat belas kasih.

Namun, siapa yang tahu isi hatinya? Siapa yang bisa membaca tangisnya di malam-malam sepi? Setiap kali tertidur, bayangan masa lalunya menghantui. Ia lelah dengan hidupnya, lelah dengan dosa yang terus menggerogoti jiwanya.

Sampai suatu hari, Allah menuntunnya pada satu peristiwa kecil yang mengubah seluruh hidupnya.

Di tengah terik matahari yang membakar, wanita itu berjalan tanpa tujuan. Hatinya kosong. Pikirannya gelisah. Seakan ada suara di dalam dirinya yang berbisik, “Adakah harapan bagiku? Adakah pintu taubat yang masih terbuka?”

Di tengah perjalanan, matanya tertuju pada seekor anjing yang terengah-engah. Lidahnya terjulur ke luar dan matanya memancarkan kehausan yang luar biasa. Anjing itu berdiri di dekat sebuah sumur tua, tetapi ia tak bisa menjangkau air yang berada jauh di dalamnya.

Wanita itu berhenti. Ia menatap anjing itu dengan iba. Sejenak ia merenung:

“Aku yang penuh dosa ini, setidaknya masih memiliki sesuatu yang bisa kuberikan. Jika manusia tak lagi melihatku dengan kasih, mungkin aku masih bisa berbuat baik pada makhluk lain.”

Ia pun turun ke dalam sumur dengan penuh perjuangan. Kakinya terluka oleh batu-batu tajam, tangannya penuh dengan debu, tetapi ia terus berusaha. Setelah berhasil mengambil air, ia kembali naik dan dengan penuh kasih menyodorkan air itu kepada anjing yang hampir sekarat.

Anjing itu meminum dengan lahap. Lidahnya yang kering kini basah kembali. Matanya yang lesu mulai bersinar. Ia menatap wanita itu dengan tatapan penuh rasa syukur.

Saat itu juga, wanita itu merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hatinya bergetar, seolah sebuah cahaya menyusup ke dalam jiwanya. Ia merasa ringan, seakan beban berat yang selama ini menindihnya mulai terangkat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَقِيَتِ امْرَأَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَلْبًا يَتَلَوَّى مِنَ الْعَطَشِ فِي رَكِيَّةٍ فَفَكَّتْ مُدَارَتَهُ فِي جَانِبِ الرَّكِيَّةِ فَأَتَتْهُ بِالْمَاءِ فَسَقَتْهُ فَغَفَرَ اللَّٰهُ لَهَا بِمَا صَنَعَتْ

“Seorang wanita dari Bani Israil melihat seekor anjing yang kehausan dan hampir mati karena kekeringan di sebuah sumur. Lalu ia melepaskan sepatunya, mengambil air, dan memberi minum kepada anjing tersebut. Karena perbuatannya itu, Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim No. 2245)

Jamaah yang dirahmati Allah,

Wanita itu tak bisa lagi menahan air matanya. Ia sadar, Allah masih menyayanginya. Jika Allah mengampuni dosa-dosanya hanya karena memberi minum seekor anjing, maka bagaimana jika ia benar-benar kembali kepada-Nya dengan sepenuh hati?

Di malam itu, ia sujud untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Tangannya bergetar, air matanya membasahi sajadah. Ia memohon ampun dengan segenap jiwa.

“Ya Allah, aku telah menghabiskan hidupku dalam kemaksiatan. Aku telah melangkah jauh dari-Mu. Tetapi Engkau masih memberiku tanda cinta-Mu. Engkau masih membuka pintu untukku. Ya Allah, terimalah aku, walaupun aku penuh dengan noda dosa.”

Allah ﷻ berfirman:

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Malam itu, wanita itu bukan lagi seorang pendosa. Ia adalah seorang wanita yang telah dibersihkan dengan rahmat Allah. Ia meninggalkan masa lalunya dan mengubah seluruh hidupnya untuk mendekat kepada-Nya.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Kisah ini bukan sekadar cerita. Ini adalah bukti bahwa tidak ada dosa yang lebih besar daripada rahmat Allah. Bahkan seorang wanita yang dihinakan oleh manusia, ketika ia kembali kepada Allah, ia menjadi lebih mulia daripada orang-orang yang merasa suci tetapi hatinya kering dari keikhlasan.

Dari Kisah pelacur yang bertaubat ini, minimal mengajarkan kita tentang tiga hal. Pertama, jangan pernah menilai seseorang dari masa lalunya. Kedua, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Ketiga, sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, Allah bisa menjadikannya sebab keselamatan kita di akhirat.

Semoga kisah ini menjadi cermin bagi kita. Kita semua punya dosa, kita semua pernah salah. Tapi selama nafas masih ada, pintu taubat tetap terbuka. Jangan biarkan hari esok datang sebelum kita kembali kepada-Nya.

“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menerima taubat wanita ini, terimalah pula taubat kami. Ampunilah dosa-dosa kami, dan kumpulkan kami kelak dalam surga-Mu.”

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama