Pemimpin Bijaksana dan Adil: Belajar dari Nabi Sulaiman

KEUTAMAAN Nabi Sulaiman sebagai hamba yang selalu kembali kepada Allah, seorang pemimpin yang tidak hanya memerintah dengan kekuatan, tetapi juga dengan hati yang penuh keimanan dan kebijaksanaan. (int)

 

-----

PEDOMAN KARYA

Selasa, 25 Maret 2025

 

Kultum Ramadhan:

 

Pemimpin Bijaksana dan Adil: Belajar dari Nabi Sulaiman

 

Oleh: Furqan Mawardi

(Muballigh Akar Rumput)

 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Segala puji bagi Allah ﷻ, yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, yang telah mengutus para nabi sebagai petunjuk bagi umat manusia. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, serta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah mewariskan cahaya kebenaran kepada kita.

Di antara kisah kepemimpinan yang penuh hikmah dan keadilan dalam sejarah para nabi adalah kisah Nabi Sulaiman عليه السلام, seorang raja yang tidak hanya memiliki kekuasaan besar, tetapi juga dianugerahi ilmu, kebijaksanaan, dan kepekaan dalam menegakkan keadilan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

وَوَهَبْنَا لِدَاوُۥدَ سُلَيْمَـٰنَ ۚ نِعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

“Dan Kami anugerahkan kepada Dawud (seorang anak bernama) Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS. Shad: 30)

Ayat ini menggambarkan keutamaan Nabi Sulaiman sebagai hamba yang selalu kembali kepada Allah, seorang pemimpin yang tidak hanya memerintah dengan kekuatan, tetapi juga dengan hati yang penuh keimanan dan kebijaksanaan.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Di antara banyaknya kisah keadilan Nabi Sulaiman, ada sebuah peristiwa yang begitu terkenal, yaitu kisah dua wanita yang berselisih tentang seorang bayi.

Dua orang wanita datang mengadu kepadanya, masing-masing mengklaim bahwa bayi tersebut adalah anaknya. Tidak ada saksi, tidak ada bukti, hanya air mata dan kata-kata. Keputusan ini bukan perkara mudah, karena taruhannya adalah kehidupan seorang anak dan keadilan bagi seorang ibu yang sebenarnya.

Nabi Sulaiman yang bijak kemudian berkata,:

“Jika kalian tidak bisa memutuskan siapa ibu yang sebenarnya, maka aku akan membelah bayi ini menjadi dua bagian. Masing-masing akan mendapat separuhnya.”

Kata-kata itu mengejutkan kedua wanita tersebut. Salah satu dari mereka langsung menangis tersedu-sedu dan berteriak,

“Tidak, jangan lakukan itu! Biarkan dia yang mengambil anak ini, asalkan bayi ini tetap hidup.”

Sementara wanita yang satu lagi tetap bersikeras, “Ya, lakukanlah jika itu keputusanmu.”

Dengan kebijaksanaan dan ketajaman hatinya, Nabi Sulaiman langsung mengetahui siapa ibu yang sebenarnya dialah wanita yang rela mengorbankan haknya demi keselamatan anaknya. Lalu beliau pun menyerahkan bayi itu kepada ibu yang penuh kasih sayang tersebut.

Keputusan ini tidak hanya menunjukkan kebijaksanaan Nabi Sulaiman, tetapi juga bagaimana seorang pemimpin harus mampu membaca hati, melihat lebih dalam dari sekadar kata-kata, dan tidak hanya terpaku pada bukti-bukti lahiriah semata.

Hadirin yang berbahagia

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa keadilan adalah fondasi utama kepemimpinan yang kuat. Tanpa keadilan, sebuah pemerintahan akan rapuh, sekuat apa pun pasukan dan kekayaannya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ، وَإِنَّ أَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ

“Sesungguhnya orang yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan yang paling dekat dengan-Nya adalah pemimpin yang adil. Dan sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh darinya adalah pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)

Sejarah telah banyak mencatat bagaimana para pemimpin yang zalim akhirnya tumbang oleh kezaliman mereka sendiri. Betapapun kuatnya mereka di awal, pada akhirnya rakyat yang menderita karena ketidakadilan akan kehilangan kepercayaan dan memberontak.

Meski tidak semua dari kita adalah pemimpin negara, tetapi setiap kita memiliki peran kepemimpinan dalam kehidupan masing-masing.

Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan bahwa kepemimpinan tidak selalu berarti menjadi raja atau presiden. Setiap kita adalah pemimpin dalam kapasitas masing-masing:

Seorang ayah adalah pemimpin bagi keluarganya. Ia harus memastikan anak dan istrinya mendapatkan pendidikan yang baik, menegakkan keadilan di rumah, dan tidak bersikap semena-mena.

Seorang guru adalah pemimpin bagi murid-muridnya. Ia harus memastikan ilmu yang diajarkan adalah ilmu yang benar dan tidak menyesatkan.

Seorang pejabat adalah pemimpin bagi rakyatnya. Ia harus menggunakan kekuasaannya untuk kesejahteraan, bukan untuk memperkaya diri sendiri.

Maka, pertanyaannya bagi kita adalah: Apakah kita sudah menjadi pemimpin yang adil?

Hadirin rahimanii warahimakumullah

Dalam kehidupan modern, kita sering menghadapi situasi yang menuntut kebijaksanaan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun dalam masyarakat. Konflik sering terjadi, kebenaran kadang tersembunyi di balik kebohongan, dan keadilan kadang dikalahkan oleh kepentingan pribadi.

Namun, belajar dari Nabi Sulaiman, kita harus memahami bahwa keputusan yang baik tidak selalu tentang memilih yang mudah, tetapi memilih yang benar.

Ketika menghadapi konflik, seorang pemimpin harus:

1. Mendengar dengan cermat, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.

2. Menganalisis dengan bijaksana, melihat lebih dalam dari sekadar kata-kata.

3. Menegakkan keadilan, meskipun itu berat dan menuntut pengorbanan.

Seorang pemimpin yang adil akan dikenang selamanya, sementara pemimpin yang zalim akan dilupakan atau dikenang dalam keburukan.

Hadirin yang mulia,.

Kisah Nabi Sulaiman عليه السلام adalah pelajaran yang hidup, bahwa kekuasaan sejati bukanlah tentang seberapa besar wilayah yang dikuasai, tetapi seberapa besar keadilan yang ditegakkan.

Jika kita ingin menjadi pemimpin yang baik, jadilah pemimpin yang bijaksana seperti Sulaiman, yang tidak hanya menggunakan kekuatan, tetapi juga hati dan kebijaksanaan dalam setiap keputusannya.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita semua pemimpin yang adil dalam kehidupan masing-masing, baik sebagai orang tua, guru, pemimpin di tempat kerja, maupun di masyarakat.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama